Selasa, 17 Maret 2015

Home » » [review] Resident Evil - Revelations 2

[review] Resident Evil - Revelations 2

By Pladidus Santoso
March 5, 2015   ·   
 
Resident Evil Revelations 2 - episode 1 jagatplay (1)

Apa yang sebenarnya diiinginkan Capcom dengan franchise survival horror andalannya – Resident Evil? Pertanyaan yang menghantui banyak penggemar seri lawasnya ini seolah tidak pernah terjawab. Di satu sisi, mereka merilis game sekelas Resident Evil 6 dengan cita rasa action yang terlampau kuat. Namun di sisi lain, mereka juga seolah terlihat hendak kembali ke cita rasa klasik lewat Resident Evil HD Remaster, yang secara mengejutkan, ternyata sukses besar di pasaran. Di luar dua nama besar ini, Resident Evil sebenarnya masih punya satu lagi seri yang boleh dibilang, berhasil melebur keduanya di ruang yang sama dan mengeksekusinya dengan begitu baik. Benar sekali, kita tengah membicarakan seri Revelations yang pertama kali muncul di 3DS beberapa tahun yang lalu. Kesuksesan sang seri pertama akhirnya mendorong Capcom mengembangkan sebuah seri sekuel dan akhirnya, melepasnya ke pasaran.

Namun berbeda dengan seri pertamanya, Resident Evil: Revelations 2 ditawarkan pertama kali dalam bentuk digital dan mengusung sistem rilis secara episodik ala game-game interactive story seperti The Walking Dead, Game of Thrones, atau Life is Strange. Dirilis secara mingguan, setiap episode akan memuat gameplay sekitar 1,5-2 jam dengan porsi cerita yang terus bergerak. Anda yang sempat membaca preview kami sebelumnya tentu saja cukup mengerti apa yang ditawarkan seri yang satu ini. Secara visual, Revelations 2 memang tidak terlihat memesona. Untuk PC di setting terbaik pun, Anda masih menemukan tekstur resolusi rendah dan detail yang tidak bisa disejajarkan dengan game-game yang memang dibangun untuk platform generasi terbaru.

Lantas bagaimana dengan sisi gameplay yang ada? Kami cukup merasa beruntung untuk setidaknya menunggu episode 2 sebelum menyimpulkan seperti apa atmosfer game yang satu ini. Mengapa? Review ini akan membahasnya lebih dalam untuk Anda.

Plot

Dengan begitu banyaknya kasus bio-terrorism yang terjadi dunia RE, sebuah organisasi nirlaba bernama Terra Save berkomitmen untuk mencegah dan memerangi setiap darinya.
Dengan begitu banyaknya kasus bio-terrorism yang terjadi dunia RE, sebuah organisasi nirlaba bernama Terra Save berkomitmen untuk mencegah dan memerangi setiap darinya.
Semakin banyak seri Resident Evil yang meluncur ke pasaran, semakin banyak pula “organisasi” yang harus Anda ingat, beserta dengan perannya. Setidaknya hal inilah yang kami rasakan di awal pengenalan Resident Evil Revelations 2 ini.

Revelations 2 mengambil setting antara Resident Evil 5 dan Resident Evil 6. Dunia kini mulai mengerti soal bahaya bio-terrorism yang mengancam eksistensi manusia sebagai sebuah ras. Di tengah ketidakmampuan pemerintah dan politisi untuk memberikan rasa aman untuk penduduknya, lahirlah sebuah organisasi bernama – Terra Save – yang memang difokuskan untuk memerangi kejahatan ini. Mengikuti event yang terjadi di versi film RE Degenerations, Claire Redfield merupakan salah satu ujung tombak Terra Save. Bersama dengan Moira – anggota baru yang juga merupakan anak Barry Burton, nasib Claire kembali terjebak di sebuah malam yang seharusnya berjalan damai tanpa rintangan.

Acara makan malam yang seharusnya berjalan damai berakhir mimpi buruk. Claire Redfield - anggota ujung tombak Terra Save dilumpuhkan dan diculik  bersama dengan Moira.
Acara makan malam yang seharusnya berjalan damai berakhir mimpi buruk. Claire Redfield – anggota ujung tombak Terra Save dilumpuhkan dan diculik bersama dengan Moira.
Keduanya terbangun di dalam sebuah fasilitas misterius dengan sebuah gelang aneh terpasang.
Keduanya terbangun di dalam sebuah fasilitas misterius dengan sebuah gelang aneh terpasang.
Prioritas saat ini adalah menyelamatkan diri dan mencari jalan keluar.
Prioritas saat ini adalah menyelamatkan diri dan mencari jalan keluar.
Secara mendadak, markas Terra Save diserang oleh kelompok bersenjata tidak dikenal yang membawa Claire dan Moira keluar dalam kondisi tidak sadar. Ketika terbangun, mereka berdua menemukan dirinya terpenjara di sebuah fasilitas misterius yang terlihat tua dan kotor, dengan sebuah gelang terpasang di tangan mereka. Tidak hanya berfungsi sebagai alat komunikasi, gelang ini juga dapat berubah warna untuk merefleksikan emosi sang pengguna. Bersama dengan Moira, Claire berusaha mencari jalan keluar dari mimpi buruk ini. Beragam makhluk menyeramkan yang berusaha membunuh mereka seolah kian menegaskan fakta bahwa mereka kini tengah terjebak di fasilitas eksperimen yang entah digawangi oleh siapa. Namun ternyata jalan keluar adalah hal terakhir yang bisa mereka dapatkan. Claire dan Moira terjebak di tengah pulau antah berantah, dengan sinyal radio yang bahkan diragukan, bisa mencapai siapapun.

Menghilang berbulan-bulan, Barry akhirnya bergerak mencari Moira dengan clue yang begitu minim.
Menghilang berbulan-bulan, Barry akhirnya bergerak mencari Moira dengan clue yang begitu minim.
Ia ditemani seorang anak perempuan misterius yang tampaknya sudah menghuni pulau yang sama untuk waktu yang cukup lama - Natalia.
Ia ditemani seorang anak perempuan misterius yang tampaknya sudah menghuni pulau yang sama untuk waktu yang cukup lama – Natalia.
Siapa yang sebenarnya menjadi dalang di balik semua misteri ini? Siapa pula orang yang menamakan dirinya sebagai "The Overseer"
Siapa yang sebenarnya menjadi dalang di balik semua misteri ini? Siapa pula orang yang menamakan dirinya sebagai “The Overseer”
6 bulan setelah event tersebut, Barry yang tidak pernah menyerah mencari sang anak kesayangan akhirnya tiba di pulau yang sama. Bersama dengan seorang anak misterius yang menyambutnya di dermaga – Natalia, Barry berusaha menyusuri kembali jejak Moira dan Claire, termasuk berhadapan dengan serangkaian makhluk yang menjadi teror mereka. Apalagi Natalia sendiri mengaku bahwa ia sempat bertemu dengan Moira, walaupun percaya, bahwa ia kini sudah tewas karena kejadian terakhir yang menimpanya. Berita buruknya? Mereka tidak sendiri. Barry akhirnya mengetahui bahwa seorang wanita yang menamakan dirinya sebagai “The Overseer” terus membangun komunikasi dengan Claire dan Moira dan ditengarai sebagai alasan di balik nasib buruk yang menimpa keduanya.

WHAT THE..
WHAT THE..
Mampukah Claire, Barry, Natalia, dan Moira menyelamatkan diri dari pulau ini? Apa yang sebenarnya tengah terjadi di neraka dunia yang satu ini? Efek apa yang sebenarnya dihasilkan gelang yang terpaksa mereka kenakan? Siapa pula “The Overseer”? Semua jawaban ini bisa Anda dapatkan dengan memainkan RE: Revelations 2 ini.

Muka Lama

Welcome back Claire.. Yeah, i hate your new design.
Welcome back Claire.. Yeah, i hate your new design.
Bagi para penggemar seri Resident Evil, melihat kembali Claire Redfield dan Barry Burton beraksi kembali menjadi kepuasan tersendiri. Sesuatu yang melegakan melihat Capcom ternyata masih punya cukup perhatian untuk membawa muka lama yang sempat terlupakan ini kembali, di tengah situasi genting yang kembali meminta nyawa mereka. Sayangnya, kami pribadi tidak terlalu puas dengan pendekatan yang mereka lakukan untuk Claire. Di tengah fakta bahwa karakter wanita utama lain seperti Jill dan Ada tampil seperti anggur, kian menarik di usia yang menua, Claire justru hadir dengan desain yang terlihat absurd. Ia tidak terlihat seperi Claire di Resident Evil 2 dengan ekstra kerutan, ia juga tidak terlihat seperti Claire di RE Degenerations. Terlihat tua dan tidak menarik, bertolak belakang dengan Barry Burton yang terlihat semakin badass..

Cerita RE: Revelations 2  bergerak dari 2 kacamata: Claire dan Barry.
Cerita RE: Revelations 2 bergerak dari 2 kacamata: Claire dan Barry.
Gaya permainan Claire dan Barry tak banyak berbeda. Variasi muncul dari ragam senjata yang mereka gunakan.
Gaya permainan Claire dan Barry tak banyak berbeda. Variasi muncul dari ragam senjata yang mereka gunakan.
Resident Evil: Revelations 2 bercerita dari dua kacamata berbeda – Claire dan Burton. Cerita Burton akan dimulai setelah skenario Claire berakhir, dan akan berkisar 6 bulan setelahnya. Walaupun ada sedikit perubahan rute atau wilayah baru yang harus dieksplorasi, 80% wilayah yang dijelajahi oleh Claire akan kembali menjadi setting utama perjalanan Barry dengan alasan “menyusuri” jejak Moira. Dari segi kemampuan, keduanya tidak memiliki banyak perbedaan. Tidak ada yang istimewa, selain varian senjata yang berbeda.

Masing-masing dari mereka ditemani satu karakter companion. Claire akan ditemani Moira dengan senter "ajaib"-nya.
masing-masing dari mereka ditemani satu karakter companion. Claire akan ditemani Moira dengan senter “ajaib”-nya.
Sementara Barry ditemani Natalia dengan telunjuk "ajaib"-nya.
Sementara Barry ditemani Natalia dengan telunjuk “ajaib”-nya.
Yang menariknya? Keduanya tidak hanya beraksi sendiri-sendiri. Capcom memutuskan untuk menyuntikkan satu ekstra companion masing-masing untuknya. Claire akan ditemani oleh Moira – anak dari Barry, sedangkan Barry sendiri akan ditemani oleh anak perempuan misterius bernama Natalia. Tidak hanya dalam cerita, masing-masing companion ini juga memiliki aksinya sendiri untuk membantu karakter utama. Moira, misalnya, dipersenjatakan sebuah senter dan crowbar untuk serangan melee yang lebih mematikan. Dengan senternya, Moira bisa mendeteksi item yang tersembunyi dan memungkinkannya untuk diambil oleh Claire atau menyinari para Afflicted dan membuat mereka terdiam untuk sementara waktu. Ia juga bisa membuka paksa pintu / peti berharga yang terkunci dengan crowbar yang ia miliki, di luar mengeksekusi para Afflicted yang terkapar di lantai untuk kematian secara instan.

Sementara Natalia sendiri tidak difokuskan untuk tampil agresif. Selain berbagi kemampuan yang sama untuk mendeteksi item tersembunyi untuk Barry, Natalia juga bisa “merasakan” Afflicted di sekitar dan memperlihatkan posisinya pada Barry. Tidak hanya itu saja, ia juga bisa bergerak melewati celah lantai kecil untuk memecahkan rangkaian puzzle yang ada. Natalia hanya bisa mengandalkan batu bata yang ia temui di perjalanan untuk menyerang.

Karakter-karakter pendukung ini juga bisa dimaksimalkan untuk menghemat resource yang ada.
Karakter-karakter pendukung ini juga bisa dimaksimalkan untuk menghemat resource yang ada.
Siapa menyimpan apa, Anda yang menentukan!
Siapa menyimpan apa, Anda yang menentukan!
Menariknya lagi? RE Revelations 2 menyuntikkan mekanik menarik yang memungkinkan Anda untuk mengganti karakter ini secara real-time, dengan karakter lainnya digerakkan oleh AI. Pergantian karakter ini akan memunculkan elemen strategi tersendiri, memungkinkan Anda untuk menempuh beragam strategi menaklukkan para Afflicted sembari menghemat resource. Sebagai contoh? Berperan sebagai Moira. Mengandalkan senternya untuk menciptakan efek stun ke Afflicted, gerakan seperti ini juga akan memicu AI Claire untuk melakukan tendangan mautnya yang mendorong musuh terkapar di tanah. Anda bisa langsung mengeksekusi musuh tersebut crowbar, dan voila! Anda tidak perlu mengeluarkan satupun peluru. Begitu juga Natalia yang akan mendukung aksi Barry jika ingin membunuh secara stealth, yang juga berarti satu hal – kemenangan minim resiko. Tidak hanya itu saja, Anda juga bisa bertukar resource antar karakter dengan user-interface yang sangat sederhana.

Cita Rasa Survival yang Masih Kuat

Revelations dikenal sebagai seri RE yang mampu melebur sensasi klasik dan modern franchisenya di ruang yang sama. Revelations 2 juga tidak banyak berbeda.
Revelations dikenal sebagai seri RE yang mampu melebur sensasi klasik dan modern franchisenya di ruang yang sama. Revelations 2 juga tidak banyak berbeda.
Seperti yang kami sempat sebutkan sebelumnya, Revelations, setidaknya di seri pertama, menawarkan formula yang terhitung berhasil mengkombinasikan sensasi Resident Evil klasik dan modern di ruang yang sama. Anda bertemu dengan gameplay action yang cukup kuat, terutama lewat variasi senjata yang bisa digunakan dan resource yang bisa dikumpulkan. Namun sementara di sisi lain, ia tetap mempertahankan elemen survival dimana Anda akan secara konsisten merasa terancam dan rentan. Tidak action, namun tidak pula terlalu horror, sebuah game survival yang mudah untuk dikuasai. Sebuah formula yang dipertahankan Capcom di Resident Evil: Revelations 2 ini.

Dengan gaya kamera di belakang pundak ala Resident Evil 4 yang terus dibawa ke seri-seri modern terbaru yang ada, Anda tidak akan merasa kesulitan untk membidik musuh baru yang disebut sebagai “Afflicted” ini. Kontrol terasa responsif dan kamera yang cukup mendukung pergerakan esensial yang Anda butuhkan untuk menundukkan setiap ancaman yang ada. Beberapa peluru di kepala, atau melakukan serangan melee finisher ketika musuh berada dalam keadaan stun, dan memanfaatkan lingkungan sekitar adalah beberapa metode yang busa ditempuh. Terlepas dari varian Afflicted yang Anda temui, peluru selalu jadi jawaban yang efektif.

Berbeda dengan episode 1 yang terasa begitu action, episode 2 RE Revelations 2 mulai memperlihatkan akar sebuah game survival yang kuat.
Berbeda dengan episode 1 yang terasa begitu action, episode 2 RE Revelations 2 mulai memperlihatkan akar sebuah game survival yang kuat.
Resource lebih terbatas dengan kualitas dan kuantitas musuh yang meningkat? Anda akan merasa rentan.
Resource lebih terbatas dengan kualitas dan kuantitas musuh yang meningkat? Anda akan merasa rentan.
Apalagi dengan hadirnya beberapa varian baru Afflicted yang menawarkan tantangan ekstra. Seperti varian yang satu ini. Ia tidak terlihat secara fisik dan hanya bisa dideteksi dengan penglihatan spesial milik Natalia. Koordinasi mutlak dibutuhkan.
Apalagi dengan hadirnya beberapa varian baru Afflicted yang menawarkan tantangan ekstra. Seperti varian yang satu ini. Ia tidak terlihat secara fisik dan hanya bisa dideteksi dengan penglihatan spesial milik Natalia. Koordinasi mutlak dibutuhkan.
Namun cita rasa survival ini justru baru kami rasakan ketika mencicipi Episode kedua. Di episode pertama, kami menyoroti bagaimana cita rasa action mengalir jauh lebih kental via artikel preview kami sebelumnya. Bagaimana tidak? Varian senjata yang lebih kuat seperti machine gun dan shotgun sudah tersedia di awal permainan, membuat setiap musuh yang muncul tidak terlihat seberapa mengancam, apalagi dengan resource yang cukup melimpah. Di Episode kedua, Capcom membalik sedikit sensasi tersebut. Anda memang masih bisa menggunakan senjata-senjata yang Anda temui, namun kini dengan resource yang jauh lebih terbatas. Varian Afflicted yang lebih merepotkan seperti tipe menghilang yang harus ditaklukkan oleh Barry atau sang Boss yang memegang Drill di skenario Claire akan menyita peluru Anda dalam jumlah yang tidak sedikit. Peluru menjadi begitu langka sembari berhadapan dengan musuh yang kian banyak dan mematikan. Baru di episode kedua ini, kami merasa terancam, berusaha memastikan bahwa setiap peluru yang terlontar memang akan menghasilkan efek yang signifikan. Ditambah dengan jumlah Herb yang tidak sebanyak episode sebelumnya, episode 2 ini mengubah cara kami memandang RE: Revelations 2.

Anda juga akan berhadapan dengan serangkaian puzzle di RE: Revelations 2 ini, walaupun boleh terbilang mengecewakan. Sebagian besar puzzle ini berkisar soal mencari cara bagaimana memanjat tempat yang lebih tinggi atau membuka pintu yang terkunci dari sisi yang lain. Anda bisa memecahkannya dengan hanya mengandalkan sedikit logika, sekaligus memahami fakta, bahwa Anda bisa memerintahkan AI partner Anda untuk diam atau bergerak mengikuti Anda, itu saja. Dengan ruang yang cukup terbuka, eksplorasi juga didorong untuk tidak hanya mengumpulkan resource, namun juga untuk memperkuat senjata Anda.

Puzzle bukanlah kekuatan utama seri ini.
Puzzle bukanlah kekuatan utama seri ini.
Dengan customization kit yang Anda dapatkan di sepanjang perjalanan, Anda bisa memperkuat senjata yang ada dengan buff tertentu.
Dengan customization kit yang Anda dapatkan di sepanjang perjalanan, Anda bisa memperkuat senjata yang ada dengan buff tertentu.
Benar sekali, Anda bisa mengumpulkan rangkaian Customization Kit yang akan menambahkan status buff permanen untuk senjata yang Anda inginkan, dari memperkuat damage, mempercepat proses reload, menambah jumlah peluru, hingga menambahkan status effect tertentu di setiap peluru yang ada. Dibedakan dalam bentuk warna, semakin langka Gear Kit yang Anda temukan, semakin keren pula efek yang bisa ia hasilkan. Resident Evil: Revelations 2 juga mengusung sistem Skill Points dengan berbelanja point BP yang Anda kumpulkan. Namun hal ini hanya bisa Anda lakukan ketika pergantian skenario terjadi. Skill-skill ini membuat aksi-aksi kecil Anda berujung pada buff tertentu, seperti misalnya, meningkatkan damage ketika menembak sembari menunduk. Varian yang ditawarkan cukup banyak dan akan memaksa Anda untuk memprioritaskan yang satu, di atas yang lain.

Ia tetap akan terasa menantang, namun tidak hingga batas cukup untuk membuat Anda merasa frustrasi.
Ia tetap akan terasa menantang, namun tidak hingga batas cukup untuk membuat Anda merasa frustrasi.
Walaupun tidak sesulit Resident Evil klasik, namun desain yang ditawarkan Capcom di episode kedua seolah memberikan keyakinan ekstra bahwa cita rasa survival ternyata masih melekat dengan nama Revelations. Cukup menantang dan menuntut perhitungan, namun tidak sesulit untuk membuat Anda merasa frustrasi. Jalan tengah inilah yang tampaknya disuntikkan developer asal Jepang ini.

Mode Raid yang Super Fun!

Raid Mode yang super fun!
Raid Mode yang super fun!
Bagaimana jika Anda sudah menyelesaikan dua part episode yang ada? Apa yang bisa Anda lakukan untuk mengisi waktu luang? Tidak ada pilihan yang lebih baik selain mendorong diri Anda sendiri jatuh ke dalam sensasi adiktif mode Raid yang juga kembali di Revelations 2 ini. Mode Raid sebenarnya bisa disimpulkan sebagai kumpulan side mission-side mission sederhana yang sebagian meminta Anda membunuh para Afflicted dalam jumlah tertentu dan selamat. Bedanya? Anda diberi kesempatan untuk memperkuat diri, memilih senjata dari varian yang ada, dan mengkombinasikan skill aktif dan pasif layaknya RPG. Semuanya dilakukan untuk satu tujuan utama – menyelesaikan tantangan yang semakin sulit dari satu bagian ke bagian lainnya.

Inti permainan berfokus pada memperkuat senjata dan skill karakter utama Anda untuk misi-misi lanjutan yang lebih menantang.
Inti permainan berfokus pada memperkuat senjata dan skill karakter utama Anda untuk misi-misi lanjutan yang lebih menantang.
Para afflicted ini juga hadir dalam bentuk standar. Mereka memiliki sifat serangannya sendiri-sendiri.
Para afflicted ini juga hadir dalam bentuk standar. Mereka memiliki sifat serangannya sendiri-sendiri.
Bagian terbaik mode Raid? Kesempatan menjelajahi beragam wilayah ikonik franchise yang kini jadi medan pertempuran baru.
Bagian terbaik mode Raid? Kesempatan menjelajahi beragam wilayah ikonik franchise yang kini jadi medan pertempuran baru.
Memilih karakter yang sesuai dengan gaya bermain Anda, Anda bisa memilih senjata terbaik yang menurut Anda memang layak dijadikan sebagai ujung tombak. Menyusuri level yang tidak seberapa besar, setiap Afflicted yang muncul kini memiliki bar HP dan levelnya sendiri. Serangan Anda, layaknya game RPG, juga akan memperlihatkan total damage untuk memberikan gambaran seberapa kuat serangan yang dihasilkan. Namun perjalanan tentu tidak akan semudah yang dibayangkan. Seiring dengan progress mode Raid Anda, varian The Afflicted yang muncul juga akan diperkuat dengan buff status tertentu yang menghasilkan ancaman tersendiri. Ada yang mampu menghasilkan efek Burn dan listrik, ada yang bergerak super cepat, ada yang tampil dengan damage lebih kuat, ada yang mampu menyembuhkan Afflicted yang lain, hingga yang datang dengan Shield untuk meminimalisir damage yang Anda berikan. Setiap stage hadir dengan tantangan berbeda.

Sayangnya kami tidak berkesempatan untuk menjajal mode online yang direncanakan Capcom meluncur akhir bulan ini.
Sayangnya kami tidak berkesempatan untuk menjajal mode online yang direncanakan Capcom meluncur akhir bulan ini.
Ada kepuasan tersendiri melihat karakter Anda tumbuh, apalagi ketika menemukan bahwa Anda kini bisa mengenakan rangkaian senjata atau skill yang lebih kuat. Sayangnya, ketika review ini ditulis, mode online yang dijanjikan oleh Capcom masih belum tersedia dan kemungkinan besar baru akan meluncur pada rilis versi full nanti di akhir Maret. Apakah ini berarti Anda tidak bisa bersenang-senang sendiri? Jangan salah, Raid Mode tetap menyenangkan walaupun Anda mencicipinya sendiri. Itu yang bisa dijanjikan.

Mengapa Episodik? Misteri Tanpa Jawaban

Mengapa episodik? Ini mungkin jadi pertanyaan terbesar yang bisa diarahkan ke Revelations 2. Sejauh mata memandang, ia tidak berkontribusi banyak pada pengalaman yang kami dapatkan.
Mengapa episodik? Ini mungkin jadi pertanyaan terbesar yang bisa diarahkan ke Revelations 2. Sejauh mata memandang, ia tidak berkontribusi banyak pada pengalaman yang kami dapatkan.
Jika ada satu misteri yang masih menghantui kami dan gagal untuk memberikan jawaban yang pasti, maka kebijakan untuk menjadikan Resident Evil: Revelations 2 sebagai proyek episodik lah yang membuat kami bingung dengan jalan pikiran Capcom. Ia menjadi kebijakan yang sama sekali tidak memberikan kontribusi pengalaman apapun, setidaknya bagi kami, ketika mencicipi game yang satu ini.

Berbeda dengan konsep serupa seperti Life is Strange atau The Walking Dead yang pada dasarnya merupakan game-game yang menitikberatkkan diri pada pilihan dan konsekuensi, Resident Evil: Revelations 2 berjalan super linear tanpa ada kesempatan untuk memilih atau bereaksi atas apapun. Format episodik berjalan maksimal di game interactive story karena untuk alasan yang kuat, Anda selalu mengantisipasi konsekuensi seperti apa yang Anda hasilkan dari keputusan yang Anda ambil di episode sebelumnya. Dinamika tersebut yang membuat antisipasi terhadap setiap episode baru kuat. Namun di RE: Revelations 2? Tidak ada sensasi itu. Berusaha membuat ending gantung untuk memancing rasa penasaran juga tidak bekerja efektif, setidaknya bagi kami.

Berusaha mencerna, alasan utama tentu saja untuk uang.
Berusaha mencerna, alasan utama tentu saja untuk uang.
Namun alasan lain mungkin mengakar pada usaha untuk mengurangi sensasi repetitif yang mungkin muncul karena penggunakan aset berulang ketika skenario berubah dari Claire ke Barry.
Namun alasan lain mungkin mengakar pada usaha untuk mengurangi sensasi repetitif yang mungkin muncul karena penggunakan aset berulang ketika skenario berubah dari Claire ke Barry.
Lantas, untuk apa? Bisnis tentu saja. Capcom tentu berharap bahwa cerita yang terpotong akan efektif memancing rasa penasaran, yang akhirnya mendorong gamer secara tidak sadar, untuk membeli episode per episode, apalagi mengingat harganya yang cukup terjangkau. Namun kami merasa bahwa keputusan ini juga didasarkan pada satu hal – mencegah sensasi gameplay yang repetitif terasa terlalu kuat. Mengapa? Seperti yang kami bicarakan sebelumnya, skenario Claire dan Barry sebenarnya bergerak di ruang dan rute yang hampir serupa, seperti memaksa Anda untuk melakukan hal yang sama dua kali. Melakukan keduanya dalam dua jam, beristirahat satu minggu, menunggu episode baru, dan beraksi kembali dengan sistem yang sama? Akan terasa jauh lebih menyenangkan daripada melakukan hal yang sama terus-menerus selama 8 jam berturut-turut.

Apakah hal yang ini yang jadi pertimbangan Capcom? Bisa jadi, bisa juga tidak. Namun satu yang pasti, kami merasa bahwa pilihan episodik sama sekali tidak berkontribusi pada pengalaman RE: Revelations 2 yang kami dapatkan.

Kesimpulan

RE Rev 2 episode 2 jagatplay (56)
Resident Evil: Revelations 2 membuktikan diri sebagai seri Resident Evil yang pantas untuk dijajal, setidaknya dari apa yang ditawarkan oleh Capcom di dua episode yang menjadi bahan review kami ini. Jika mereka bergerak dengan arah yang konsisten, maka cita rasa survival horror yang ada seharusnya kian menguat di dua episode selanjutnya, mengembalikan alasan mengapa banyak gamer seri klasik ini jatuh hati ketika Revelations pertama ditawarkan. Sebuah kehormatan untuk melihat para muka lama, kini terlibat dalam petualangan yang baru!

Jadi apa yang bisa disimpulkan oleh Resident Evil: Revelations 2 ini? Seperti halnya sang seri pertama, Revelations 2 tetap membuktikan diri sebagai seri Resident Evil yang menarik untuk diikuti, terutama karena formula campuran klasik dan modernnya yang masih berjalan efektif. Keputusan untuk mengembalikan wajah lama – Claire Redfield dan Barry Burton juga pantas untuk diacungi jempol. Namun kekuatan utama seri ini tetap mengakar pada sensasi survival yang masih kuat terasa, dimana tingkat kesulitan tetap akan membuat Anda merasa tertantang, namun tidak cukup gila untuk membuat Anda merasa frustrasi. Sistem upgrade, skill, dan gun handling yang nyaman jadi nilai plus dari mekanik gameplay yang ada. Inovasi untuk menyertakan karakter companion dengan fokus fungsi yang berbeda juga menjadi daya tarik tersendiri. Apalagi, Anda juga selalu punya opsi untuk menenggelamkan diri di Raid Mode.

Namun demikian, ada beberapa catatan yang pantas diambil dari RE: Revelations 2 ini. Pilihan untuk merilis game ini secara episodik sendiri masih dipertanyakan karena absennya kontribusi pada pengalaman bermain, setidaknya dari kacamata kami. Setting yang terlalu datar juga jadi catatan, di luar voice acts yang sepertinya tidak pernah berhasil dibenahi dari seri-seri Resident Evil sebelumnya. Catatan terburuk kami tentu mengakar pada desain wajah Claire yang kami lihat seperti “penghinaan”, apalagi jika melihat bagaimana Capcom memperlakukan Jill dan Ada Wong dengan begitu baik.

Satu yang pasti, di luar kekurangan tersebut, Resident Evil: Revelations 2 membuktikan diri sebagai seri Resident Evil yang pantas untuk dijajal, setidaknya dari apa yang ditawarkan oleh Capcom di dua episode yang menjadi bahan review kami ini. Jika mereka bergerak dengan arah yang konsisten, maka cita rasa survival horror yang ada seharusnya kian menguat di dua episode selanjutnya, mengembalikan alasan mengapa banyak gamer seri klasik ini jatuh hati ketika Revelations pertama ditawarkan. Sebuah kehormatan untuk melihat para muka lama, kini terlibat dalam petualangan yang baru!

Kelebihan

Sensasi survival yang masih terasa kuat tentu jadi nilai jual utama.
Sensasi survival yang masih terasa kuat tentu jadi nilai jual utama.
  • Kembalinya Claire Redfield dan Barry Burton
  • Garis cerita yang cukup memancing rasa penasaran
  • Kontrol senjata yang nyaman
  • Sistem upgrade senjata dan skill
  • Cita rasa survival yang masih dipertahankan
  • Raid Mode
  • Berganti-ganti peran dengan karakter pendukung
  • Varian Afflicted yang harus Dihadapi

Kekurangan

Tahu apa yang dibutuhkan Claire saat ini? Krim anti-aging..
Tahu apa yang dibutuhkan Claire saat ini? Krim anti-aging..
  • Sistem episodik tidak terasa memberikan kontribusi apapun
  • Desain wajah Claire yang mengecewakan
  • Voice acts yang masih kaku
  • Desain lingkungan yang tidak menarik sama sekali
  • Puzzle yang terlalu sederhana
Cocok untuk gamer: pencinta seri Revelations pertama, yang menginginkan cita rasa klasik / modern di saat yang sama.
Tidak cocok untuk gamer: yang mengharapkan sisi action yang lebih kental, yang fanatik dengan sensasi survival horror ala RE HD Remaster.
 

 

 

0 komentar :

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | free samples without surveys