Minggu, 22 Desember 2013

[spec] FIFA 14


Minimum System Requirements
  • OS: Windows Vista SP1 / Windows 7/8
  • CPU: 1.8 GHz Core 2 Duo
  • RAM: 2GB RAM for Windows Vista & Windows 7/8
  • Disc Drive: DVD-ROM at 8x Speed
  • Hard Drive: 8.0 GB, with additional space required for saved games and DirectX 9.0c installation
  • Video: 3D accelerated 256 MB video card with support for Pixel Shader 3.0
  • Minimum Supported Video Cards: ATI Radeon HD 3600, NVIDIA GeForce 6800GT
  • Sound Card: DirectX 9.0c Compatible
  • DirectX: 9.0c
  • Input: Keyboard, Mouse, Dual Analogue gamepad, VOIP Headset
  • Online Multiplayer: 2-22 players, 512 kbits/sec or faster
  • Single System Multiplayer: 2-5 players on 1 PC

Recommended System Requirements
  • OS: Windows Vista SP1 / Windows 7/8
  • CPU: Intel Core 2 Quad Q6600 2.4g / AMD Athlon II X4 600e 2.2g
  • RAM: 2GB RAM for Windows Vista & Windows 7/8
  • Disc Drive: DVD-ROM at 8x Speed
  • Hard Drive: 8.0 GB, with additional space required for saved games and DirectX 9.0c installation
  • Video: Nvidia 8800 GT / ATI Radeon HD 4650
  • Sound Card: DirectX 9.0c Compatible
  • DirectX: 9.0c
  • Input: Keyboard, Mouse, Dual Analogue gamepad, VOIP Headset
  • Online Multiplayer: 2-22 players, 512 kbits/sec or faster
  • Single System Multiplayer: 2-5 players on 1 PC

[gameplay] FIFA 14

Jika ingin melihat review dari game ini, Silahkan download video di  bawah :

REVIEW


[review] FIFA 14

Mengapa tim nasional Spanyol saat ini dapat dikatakan sebagai raja sepakbola? Mudah, mereka berhasil memenangkan tiga kejuaraan besar berturut-turut – satu Piala Dunia dan dua Piala Eropa - dalam kurun waktu enam tahun. Hal yang sama juga terjadi di dunia virtual, dimana FIFA dalam empat tahun terakhir secara pelan-pelan berhasil menarik sebagian besar penggemar sepakbola untuk memilih game mereka daripada PES keluaran Konami. Dan pada tahun ini, FIFA 14 menggarisbawahi status franchise itu sebagai penguasa lapangan hijau di generasi sekarang.

Sebenarnya FIFA 14 tidak memberikan banyak tambahan. Apabila pada seri-seri sebelumnya kita diperkenalkan oleh sejumlah fitur baru - Tactical Defending, First Touch, Player Impact Engine - maka kali ini mereka hanya membangun di atas fitur-fitur tersebut. Perubahannya memang sangat kecil, dan bahkan dapat dikatakan tidak terlalu kelihatan, namun tetap berhasil meningkatkan kualitas pengalaman bermain.

FIFA 14

Kali ini EA Sports lebih banyak bermain dengan animasi pemain dengan membuat pergerakan dan interaksi - antar pemain dan bola - terasa lebih natural. Mereka tidak hanya bergerak seperti pemain yang sering kita lihat di layar televisi, tetapi menggerakkannya pun terasa nyata. Dibandingkan dengan seri-seri sebelumnya, pemain kini lebih terasa sebagai wujud fisik yang memiliki bobot. Pemain bergerak sedikit lebih lambat dan berat karena momentum memiliki andil. Lihat cara mereka menggeser momentum badan ketika mengubah arah giringan atau membangun momentum pada saat lari. Ya, mungkin pada awalnya semua ini terkesan dangkal, namun seiring waktu akan berdampak pada cara atau gaya kamu bermain.

Salah satu dampak yang dimaksud adalah ketika menggiring bola. Menggunakan istilah Precision Movement, seakan-akan setiap langkah sungguh berarti. Menggiring bola tidak pernah senyaman sekaligus senyata ini. Salah satu contoh terlihat bagaimana pemain dapat menggiring menggunakan kaki bagian luar atau dalam, tergantung dengan kemampuan mereka. Dan dengan fitur Protect the Ball, kini kamu dapat menjaga bola atau posisi secara manual ketika menggiring atau menerima bola. Fitur ini membuat permainan fisik lebih terasa dan berarti.

FIFA 14

Tidak hanya pergerakan pemain saja, pergerakan bola pun juga disempurnakan. Bola tidak lagi menempel pada kaki, bergerak lebih bebas, dan memantul seperti bola asli. Pergerakannya lebih sulit ditebak, khususnya ketika ditembakkan ke gawang. Ini disebut dengan Pure Shot. Kamu dapat melihat lebih banyak cara baru bola masuk ke dalam gawang. Itu ditentukan oleh timing, antisipasi, dan posisi pemain ketika menembakkan bola.

Dari semua yang dilakukan oleh EA Sports pada seri ini, AI mengalami peningkatan yang paling mengesankan. Kini teman sesama tim kita jauh lebih pintar dalam mengambil keputusan, entah pada saat menyerang atau bertahan. Menakjubkan sekali bagaimana mereka dengan pintar bergerak untuk mencari posisi. Sebagai pemegang bola, kamu akan memiliki banyak opsi dan membuat serangan lebih mengalir. Dan ketika bertahan, mereka akan bergerak dan menjaga pemain lain yang berada di luar pandanganmu.

Gameplay memang mendapatkan perubahan yang positif, namun tidak bisa dikatakan yang sama untuk bagian grafis. Entah itu model pemain, stadion, ataupun presentasi sebelum dan sesudah pertandingan, semuanya hampir sama dengan tahun lalu. Namun, EA Sports memang merombak user interface yang kini menyerupai dashboard Xbox 360 dan terlihat lebih modern.

Di luar lapangan hijau, FIFA 14 memiliki kedalaman yang memuaskan. Seperti biasa, seri ini dilengkapi oleh banyak sekali pilihan mode. Dari semuanya, terdapat dua mode yang mendapatkan perubahan yang menarik perhatian.

 FIFA 14

Pertama adalah sistem Chemistry yang diterapkan pada FUT. Sistem ini bagaikan sebuah elemen RPG dimana kamu dapat menentukan gaya bermain permain yang nantinya akan menambahkan atributnya. Seperti “Engine” yang menambahkan nilai pace, dribble, dan passing, atau “Powerhouse” yang memberikan manfaat kepada defending dan passing. Secara keseluruhan, FUT tetaplah adiktif.
Kemudian Career versi manager beralih fokus ke transfer dan pencarian pemain dengan penambahan Global Transfer Network. Fitur ini berfungsi untuk mengetahui bakat dan kemampuan seorang pemain. Perlu diketahui bahwa kini statistik pemain di luar timmu tidak akan diketahui (kecuali pemain yang memiliki reputasi sangat tinggi), oleh karena itu kamu perlu melakukan scouting terlebih dahulu menggunakan GTN. Pencarian bakat terpendam juga terasa jauh lebih mudah berkatnya. Cukup disayangkan fitur ini membuat navigasi di user interface menjadi berat sehingga akan seringkali membuatmu frustasi.

 FIFA 14

Permainan online tidak berbeda jauh dibandingkan sebelumnya. Season diperuntukkan bagi kamu yang menginginkan ranked match, kemudian 11v11 Pro Club juga kembali, serta masih co-op season, 2v2, dan friendly seperti biasa.

FIFA 14 bukanlah langkah raksasa dari EA Sports, melainkan sebuah pengukuhan status sebagai sang raja di atas lapangan hijau. Perubahan yang dipersembahkan sangat sedikit dan tidak terlalu kelihatan. Namun, memang semuanya membuat permainan menjadi lebih nyata dan kompetitif. Apabila kamu penggemar sepakbola yang nyata, inilah pilihan game yang paling tepat untukmu.

 FIFA 14

FIFA 14 saat ini sudah tersedia di KOBU GAMESHOP

VGI Ratings for FIFA 14

9.0 Gameplay Tidak mengalami banyak perubahan, namun EA Sports berhasil membangun dari fitur-fitur yang lalu dengan memberikan sentuhan-sentuhan kecil yang berarti.
8.0 Graphic Hampir sama dengan seri tahun lalu, dari segi tampilan dan presentasi pertandingan. Acungan jempol untuk user interface-nya.
9.5 Sound Duo komentator Martin Tyler dan Alan Smith sangat profesional dan seringkali mendiskusikan hal-hal yang menarik. Jangan lupakan juga kebiasaan EA Sports untuk melengkapi seri ini dengan soundtrack yang menarik.
9.0 Longevity Pilihan mode yang bervariasi bagi pemain offline ataupun online, seperti Career, FUT, dan Season.
9.0 Excellent
Overall

sumber : http://www.videogamesindonesia.com/reviews/fifa-14.php

Sabtu, 21 Desember 2013

[spec] Batman : Arkham Origins


 

 Minimum Requirements:

  • OS: 32-bit: Vista, Win 7, Win 8
  • Processor: Intel Core 2 Duo, 2.4 GHz / AMD Athlon X2, 2.8 GHz
  • Memory: 2 GB RAM
  • Graphics: NVIDIA GeForce 8800 GTS / AMD Radeon HD 3850 or better with 512 MB of VRAM
  • DirectX®: 9.0c
  • Hard Drive Space: 20 GB
  • Other Requirements: Broadband Internet connection
  • Additional Notes: Windows XP and DirectX® 9.0b and below not supported

Recommended Requirements:

  • OS: 64-bit: Vista, Win 7, Win 8
  • Processor: Intel Core i5-750, 2.67 GHz / AMD Phenom II X4 965, 3.4 GHz
  • Memory: 4 GB RAM
  • Graphics: NVIDIA GeForce GTX 560 / AMD Radeon HD 6950 or better with 768 MB+ of VRAM (DirectX 11 Compatible)
  • DirectX®: 11
  • Hard Drive Space: 20 GB
  • Other Requirements: Broadband Internet connection
  • Additional Notes: Windows XP and DirectX® 9.0b and below not supported

[review] Batman : Arkham Origins

Batman: Arkham Origins

Pandangan skeptis berganti jadi harapan. Kiranya itulah apa yang telah dialami Batman semenjak pertama kalinya memulai sepak terjang dalam Batman: Arkham Asylum tahun 2009 silam. Anggapan akan adaptasi video game bertema superhero yang konon kerap menuai cela, seolah langsung ditebus dengan debut judul ini. Prestasi yang demikian tentu tak lepas halnya dari andil Rocksteady Studios yang merupakan tim sukses di baliknya. Selepas keberhasilan judul pertamanya, Rocksteady pun berlanjut dengan sekuel yang dijudulinya Batman: Arkham City. Rilis 2011 lalu, entri ini tetap mencatat sukses dan sambutan positif.

Berturut-turut memetik hasil, Warner Bros. Interactive Entertainment jelas menyadari potensi yang dimiliki franchise Batman: Arkham. Mereka pun kontan mempersiapkan satu lagi judul yang diinginkan para fans. Namun, ada yang berbeda untuk kali ini. Rocksteady resmi dinyatakan tak ambil bagian dalam pengembangan terbaru ini dan menyerahkan tangkup pembuatannya pada Warner Bros. Games Montreal (WB Montreal), tim asal Kanada yang sebelumnya pernah mengerjakan versi Wii U Arkham City. Tidak sepenuhnya berarti lepas, Rocksteady masih berperan dengan memberi masukan atas sistematis in-game-nya, meski aspek cerita telah seutuhnya berada pada tangan WB Montreal. Dengan tim baru, seperti apakah jadinya persembahan baru yang dinamai Batman: Arkham Origins ini?


Berbeda dari dua judul lalu, Arkham Origins berkisah dengan latar kejadian yang punya peranan sebuah prekuel. Apabila para penyuka komik sempat membaca Batman: Year One sebagai cerita yang mengenalkan masa-masa permulaan Batman berkiprah, setting waktu yang mirip pun tampak digunakan WB Montreal dengan game ini. Lima tahun sebelum Arkham Asylum, Bruce Wayne digambarkan masih seorang Batman muda yang belum terasah dan tanpa pengalaman. Keberadaannya di Gotham bahkan belum dipandang baik oleh James Gordon (yang masih berpangkat Captain) dan GCPD (Gotham City Police Department). Seiring ceritanya, Arkham Origins akan memperlihatkan ‘perkenalan’ Batman dengan tokoh-tokoh ikonik yang kelak menjadi musuh bebuyutannya, dimana esensi ini tentunya merupakan salah satu daya tarik tersendiri di mata para pecinta sang Dark Knight.

Cerita Arkham Origins dibuka dengan sebuah kekacauan yang melanda Blackgate Prison pada malam Natal. Batman, yang tak tinggal diam melihatnya, datang dan mendapati aksi itu didalangi seorang gembong kriminal berjuluk Black Mask. Sang penjahat ternyata sudah merencanakan suatu perburuan berhadiah atas Batman. Barangsiapa dapat menghabisinya pada malam ini, maka ia akan memenangkan uang hadiah senilai $50 juta. Alhasil, para assassin handal pun berkumpul demi memperebutkan imbalan yang dijanjikan.


Tak diragukan, gameplay adalah aspek yang membuat seri Batman: Arkham begitu dicintai para gamer. Dengan standar yang ditorehkan kedua pendahulunya, membuat ekspektasi akan Arkham Origins tetaplah satu yang terhitung tinggi. Namun, pergantian tim seolah memang menanamkan pandangan skeptis terhadap WB Montreal selaku eksekutor barunya. Dengan pertimbangan yang demikian, maka bukan sesuatu yang mengherankan apabila ternyata Arkham Origins benar-benar mencoba untuk tetap mempertahankan sejumlah formula yang membuat gameplay-nya besar. Bahkan, memang dapat dikatakan identik menyoal sistemnya secara garis besar, tanpa improvisasi yang terlalu berarti. Sesuatu yang tidaklah sepositif waktu transisi Arkham City dari Arkham Asylum.


Meski seperti itu adanya, hal tersebut pun tampak tidak mengubah game ini sendiri sebagai sesuatu yang tetap menyenangkan dari sisi gameplay. Arkham Origins pada hakekatnya masihlah sebuah pengalaman menjadi Batman yang otentik dalam format game. Dan konteks sedemikian rupa tentu tak lepas dari sistem Freeflow Combat yang kembali di sini. Porsi combat yang menggambarkan penguasaan bela diri Bruce Wayne, dirancang dengan feel yang dinamis secara pergerakan dan tombol yang terbilang simpel. Mudah dilakukan, namun juga tidak berarti sepenuhnya mudah dikuasai lantaran lawan yang kerap menyerang secara berkelompok. Ditambah lagi, counter kali ini terasa agak lebih membutuhkan ketepatan timing dibanding sebelumnya. Sebagai tambahan baru, Batman kini mampu melakukan serangan combo dengan Shock Gloves di samping dari sejumlah gadget lain yang masih dapat dimanfaatkan untuk melumpuhkan lawan.

Setting bernuansa open-world yang luas seperti dalam Arkham City, pun tetap disajikan untuk mendukung sisi eksplorasi pada game ini. Kota Gotham yang dibagi ke dalam beberapa distrik dapat Batman jelajahi untuk menemukan pelosok-pelosok lokasi yang menjadi objectives, dengan menyertakan kembali banyaknya misi sampingan dan sejumlah hal opsional lain yang juga dapat diselesaikan. Dengan menyelesaikannya, gamers akan memperoleh experience points yang dibutuhkan untuk melakukan upgrade berbagai kemampuan dan gadget milik Batman. Gadget sebagian besar di antaranya masih sama seperti apa yang ada sebelumnya.


Untuk membantu eksplorasi pada lokasi-lokasi kali ini, Arkham Origins bahkan memfasilitasi fast travel dengan Batwing sebagai salah satu fitur baru yang diperkenalkan. Tidak hanya mempersingkat waktu, tapi juga menjadikan akses menuju objective lebih mudah dilakukan mengingat luasnya setting ini. Di samping itu, judul ini turut menyertakan Batcave sebagai hub yang dapat dikunjungi untuk mengakses beberapa hal, seperti mengganti kostum dan melakukan sesi training.


Lebih dari sistem pertarungan dan serangkai gadget yang mendukung, aksi Arkham Origins pun masih tak lepas dari paduan dua komponen lain yang ikut mempopulerkan seri ini. Predator Mode kembali memasukkan elemen stealth dimana Batman ditempatkan pada situasi untuk melumpuhkan lawan-lawan yang tersebar dalam suatu ruangan. Seperti sebelumnya, Batman dapat menganalisa situasi dengan menggunakan Detective Mode dan memanfaatkan patung-patung gargoyle (Vantage Points) yang ada di atas ruangan untuk memberi keuntungan secara taktis. Sementara itu, kemampuan Batman sebagai “World’s Greatest Detective” pun ada kalanya akan kembali diuji untuk memecahkan misteri suatu kasus. Pada segmen ini, Batman dapat menganalisa suatu tempat kejadian perkara (TKP) dan menggunakan Detective Mode untuk menemukan petunjuk yang ada. Batman bahkan dapat memproyeksikan suatu rekonstruksi kejadian untuk mendalami kejadiannya lebih jauh. Komposisi gameplay yang tetap menarik sebagai variasi, namun sedikit mengecewakan oleh karena porsi yang terhitung minim dan kurang cukup dipotensikan dengan baik, mengingat porsinya yang seolah terkesan hanya sekedar diadakan.

Melengkapi pengembangan kali ini, Arkham Origins turut mengemas boss battle yang memukau. Beberapa pun cukup mengesankan seperti pada saat ketangkasan Batman diuji menghadapi Deathstroke dan Firefly sebagai momen-momen keren di antaranya. Sayangnya, tidak semua boss telah dikemas dengan intens, mengingat tidak semua assassin menjadi boss battle dengan bobot pertarungan yang sepadan.


Seperti halnya gameplay, aspek grafis pun tampak mereplikasi kembali visualnya pada tampilan teknis Unreal Engine 3 yang menyerupai dua pengembangan terdahulu. Bisa dikatakan demikian lantaran visualisasi yang secara garis besar memang identik, dengan perbedaan yang sebatas terletak pada bagian desain. Untuk menampilkan Batman pada masa-masa awalnya ini, WB Montreal seolah mendapat pengaruh armor berkesan realistis seperti dalam The Dark Knight Trilogy, yang mana dirasakan cukup berbeda dari desain pada dua game sebelumnya. Selebihnya, karakter-karakter dan setting tetap dipresentasikan dengan cukup baik dan mendetil. Sama dengan Arkham Asylum dan Arkham City, desain kostum Batman pun masih akan menampilkan damage seiring progress game-nya. Sementara secara teknisnya, VGI (pribadi) tidak menemukan secara langsung bug dan glitch seperti yang dikeluhkan sebagian komunitasnya, meski permasalahan framerate sesekalinya memang didapati.

Di samping desain karakter yang disesuaikan menurut konsep latarnya, perlakuan yang sama halnya ikut diterapkan untuk kualitas voice acting yang diusungnya. Tak lagi menampilkan duet Batman dan Joker yang disuarakan oleh Kevin Conroy dan Mark Hamill, Arkham Origins menonjolkan voice acting-nya dengan dua nama pengisi suara kawakan, yakni Roger Craig Smith dan Troy Baker, di samping dari hadirnya nama-nama lain yang juga handal dalam menjalankan perannya masing-masing. Sementara dari segi musik, nada-nada orkestral yang memberi kesan epik masih terdengar menghidupkan suasana in-game-nya, dan tidak ketinggalan musik yang mendukung pembawaan nuansa Natal sebagai salah satu detil latarnya.


Menyelesaikan Arkham Origins sekedar pada skenario utamanya memang tidak akan memakan waktu terlalu lama. Sama dengan Arkham City yang lalu, judul ini juga menawarkan durasi lebih lama dengan melakukan tugas-tugas bersifat opsional. Apalagi, terdapat tokoh-tokoh villain yang hanya dapat Batman temui setelah menyelesaikan suatu kondisi tertentu. Di samping adanya fitur collectibles dan misi-misi yang opsional, Challenges masih tersedia untuk menguji ketangguhan gamers sebagai Batman, berikut adanya mode tambahan berupa New Game Plus yang akan terbuka setelah menuntaskan skenario utama, dan diikuti dengan mode I am the Night yang akan menyusul untuk terbuka setelah itu. Pada New Game Plus, skenario utama akan dapat dimainkan dengan progress atribut yang telah diperoleh dan tingkat kesulitan yang lebih menantang. Sementara itu, I am the Night akan menantang gamers untuk menyelesaikannya tanpa gagal sekalipun.

Dan yang baru dalam Arkham Origins juga terletak pada tambahan berupa multiplayer yang kali ini muncul pada franchise-nya. Untuk pertama kalinya, sebanyak delapan pemain akan dipertemukan dalam sebuah mode bersifat kompetitif yang dirancang oleh developer Splash Damage. Dinamakan Invisible Predator Mode, mode ini menampilkan latar perseteruan kubu Bane dan Joker dengan enam pemain yang dibagi dalam keduanya. Namun, di samping kedua tim yang akan berebut kekuasaan, dua pemain lain akan berperan sebagai Batman dan Robin untuk menghalangi para penjahat. Selain itu, ada kalanya pula Bane dan Joker menjadi playable pada sesi ini. Seperti kebanyakan multiplayer saat ini, komponen inipun turut menghadirkan kustomisasi di dalamnya.

Datang dari sebuah tim yang berbeda, Arkham Origins tampak menjadi suatu “jalan aman” yang diambil WB Montreal dalam membawakan persembahan terbaru Batman: Arkham. Game ini menyajikan kembali hal-hal yang pernah disukai fans dari dua judul pendahulunya, walau disayangkan karena belum memaksimalkan potensinya dengan ide yang lebih segar dibanding pengembangan dua tahun lalu. Akan tetapi, fakta tersebut tidaklah mengubah kenyataan Arkham Origins sebagai sebuah game yang tetap keren. Cerita awal mula yang tetap menarik untuk diikuti, combat system yang khas, dan sensasi menjadi sang Dark Knight memang selalu mengesankan.


Baik fans maupun para gamer yang masih baru dengan franchise ini, Batman: Arkham Origins sudah dapat kalian peroleh melalui  (LYR)

VGI Ratings for Batman: Arkham Origins

8.0 Gameplay Replikasi sistematis gameplay dari judul sebelumnya, dengan daya tarik pada segi cerita. Gameplay yang tetap seru, meski belum memaksimalkan potensi yang sebenarnya.
8.0 Graphic Visual yang juga tidak mengalami banyak perbedaan dibanding sebelumnya.
8.5 Sound Kualitas voice acting baru, namun tetap mengesankan. Nuansa yang tematis kembali didukung musik-musik yang pas.
8.5 Longevity Menyediakan misi-misi opsional yang cukup menarik di samping skenario utamanya dan mode-mode yang dapat dimainkan untuk memperpanjang durasi permainan. Untuk kali pertamanya, multiplayer juga menjadi komponen baru yang dapat dicoba.
8.5 Good
Overall

[gameplay] Batman : Arkham Origins

Jika ingin melihat gameplay dari video ini, silahkan download video di bawah :

GAMEPLAY 

 

Kamis, 28 November 2013

[spec] Call of Duty : Ghost



Minimum System Requirements
  • OS: Windows 7 64-Bit / Windows 8 64-Bit
  • CPU: Intel Core 2 Duo E8200 2.66 GHZ / AMD Phenom X3 8750 2.4 GHZ or better
  • RAM: 6 GB RAM
  • HDD: 40 GB HD space
  • Video: NVIDIA GeForce GTS 450 / ATI Radeon HD 5870 or better
  • Sound: DirectX Compatible Sound Card
  • DirectX: 11
  • Internet: Broadband Internet connection and Steam and Online Multiplayer

Recommended System Requirements
  • OS: Windows 7 64-Bit / Windows 8 64-Bit
  • CPU: Intel Core i5 – 680 @ 3.6GHz
  • RAM: 8 GB RAM
  • HDD : 40 GB HD space
  • Video: NVIDIA GeForce GTX 760 @ 4GB
  • Sound: DirectX compatible sound card
  • DirectX: DirectX 11
  • Internet: Broadband connection and service required for Multiplayer Connectivity. Internet connection required for activation.

[gameplay] Call of Duty : Ghost

Jika ingin melihat review dari game ini, silahkan dowload video di bawah :

REVIEW


[review] Call Of Duty : Ghost

November 8, 2013   · 
 
Call of Duty - Ghosts (1) 

Call of Duty adalah game FPS dengan mode single player terbaik di industri game, ungkapan yang satu ini tentu saja menjadi pernyataan yang paling sering Anda dengar ketika pembahasan mengenai game-game militery shooter mengemuka di dunia maya. Konsep menarik yang ditawarkan oleh Call of Duty 4: Modern Warfare yang membawa perang sinematik modern tumbuh menjadi pondasi kebangkitan, tidak hanya franchise ini, tetapi game FPS secara keseluruhan. Formula sukses inilah yang kemudian berusaha diikuti oleh lebih banyak produk, termasuk oleh seri Call of Duty itu sendiri. Kesuksesan ini melahirkan kebijakan rilis tahunan, dan akhirnya tiba di Ghosts yang akan mewarnai tahun 2013 ini.

Anda yang sempat membaca preview kami sebelumnya tentu saja sudah mendapatkan sedikit gambaran akan apa yang sebenarnya ditawarkan oleh COD: Ghosts ini, terutama lewat kehadiran mode single player yang memang menjadi kekuatan utamanya. Menarik untuk diantisipasi, mengingat ini menjadi kesempatan pertama untuk melihat kekuatan visual yang ia tawarkan, mengingat posisi COD: Ghosts yang memang digembar-gemborkan sebagai sebuah produk next-gen. Lahir sebagai seri baru dari Infinity Ward – yang notabene merupakan otak di balik trilogi Modern Warfare di masa lalu membuat ada begitu banyak antisipasi yang kuat untuk seri yang satu ini. Terpenuhi atau tidak? Ini menjadi pertanyaan kedua yang krusial.

Lantas apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Call of Duty: Ghosts? Mengapa kami menyebutnya sebagai sebuah seri untuk awal yang baru?

Plot

Kekuatan sumber daya dan ekonomi akhirnya mendorong lahirnya The Federation - sebuah perserikatan negara-negara Amerika Selatan. Mulai berambisi menguasai lebih banyak negara, The Federation akhirnya tiba di Amerika Serikat. Mereka bahkan berhasil menguasai ODIN - senjata luar angkas milik negara super power tersebut.
Kekuatan sumber daya dan ekonomi akhirnya mendorong lahirnya The Federation – sebuah perserikatan negara-negara Amerika Selatan. Mulai berambisi menguasai lebih banyak negara, The Federation akhirnya tiba di Amerika Serikat. Mereka bahkan berhasil menguasai ODIN – senjata luar angkas milik negara super power tersebut.
Keluarga adalah harta yang paling berharga, tidak hanya untuk anggota keluarga satu sama lain, tetapi juga untuk negara. Ini mungkin menjadi kalimat yang paling tepat untuk menggambarkan jalinan plot inti yang berusaha ditawarkan Infinity Ward di Call of Duty: Ghosts. Intinya sendiri masih belum lepas dari benang merah klise yang seolah menjadi standar cerita untuk setiap game FPS military shooter yang meluncur ke pasaran. Benar sekali, ini kembali soal Amerika dan supremasinya di bidang militer dan bagaimana negara ini akan bertahan dari segala jenis serangan. MURICA!

Apalah artinya Amerika Serikat tanpa sumber daya yang cukup untuk memutar roda perekonomian mereka? Skenario inilah yang terjadi di COD: Ghosts. Setelah terputusnya pasokan minyak mentah dari Timur Tengah, posisi Amerika Serikat sebagai negara super power kini mulai tergerus oleh negara-negara Amerika Selatan yang kini memegang pasokan minyak terbesar di dunia. Tergabung dalam The Federation, negara-negara ini tidak hanya memperluas kekuasan di bidang ekonomi, tetapi juga lewat kemampuan militer. Invasi terbuka yang dilakukan akhirnya tiba di Amerika Serikat. Puncaknya? Dengan dikuasainya senjata luar angkasa – Odin.

ODIN membuat Amerika Serikat luluh lantak. Namun tidak menyerah, gelombang pertahanan pun lahir. Termasuk salah satunya dari Logan dan Hesh, dua bersaudara.
ODIN membuat Amerika Serikat luluh lantak. Namun tidak menyerah, gelombang pertahanan pun lahir. Termasuk salah satunya dari Logan dan Hesh, dua bersaudara
.
Dengan sepak terjang yang sudah terbukti, Hesh dan Logan akhirnya bergabung dengan pasukan khusus nan misterius - Ghosts di bawah bimbingan sang ayah - Elias.
Dengan sepak terjang yang sudah terbukti, Hesh dan Logan akhirnya bergabung dengan pasukan khusus nan misterius – Ghosts di bawah bimbingan sang ayah – Elias.
Pertempuran besar pun dimulai, apalagi dengan keterlibatan Rorke - sang pembelot Ghosts di sisi The Federation.
Pertempuran besar pun dimulai, apalagi dengan keterlibatan Rorke – sang pembelot Ghosts di sisi The Federation.
Invasi yang dilakukan pasukan The Federation membuat Odin berbalik menyerang “tuannya” sendiri – Amerika Serikat. Amerika Serikat pun berada di ujung kehancuran, dengan kekuatan minimal untuk menahan invasi The Federation yang gencar. Salah satunya muncul dari anggota pasukan khusus yang cukup disegani – Ghosts. Dengan topeng bermotif tengkorak khasnya, Ghosts dikenal sebagai unit yang tidak pernah gagal mengemban misi apapun yang diserahkan kepada mereka. Anda sendiri akan berperan sebagai seorang Ghosts muda – Logan yang ikut bergabung bersama dengan saudara laki-laki Anda – Hesh. Seperti sebuah reuni akbar, Logan dan Hesh berjalan di bawah komando sang ayah – Elias, seorang veteran Ghosts yang terpanggil kembali untuk menghidupkan unit khusus ini. Pertempuran besar pun dimulai untuk mengembalikan supremasi Amerika Serikat, dengan begitu banyak misi yang tersebar tidak hanya di darat, tetapi juga laut, bahkan luar angkasa. Perjalanan mudah? Tentu saja tidak. Apalagi ketika usaha ini dihadang oleh Gabriel Rorke – mantan anggota Ghosts terbaik yang kini justru bekerja di bawah The Federation. Balas dendam menjadi motif utama.

Gabriel Rorke - sang "hantu" yang paling disegani Ghosts kini berada di sisi sebaliknya. Pertarungan besar pun tidak terhindarkan.
Gabriel Rorke – sang “hantu” yang paling disegani Ghosts kini berada di sisi sebaliknya. Pertarungan besar pun tidak terhindarkan.
Can they win this war?
Can they win this war?
Mampukah The Ghosts mengembalikan kembali supremasi Amerika Serikat dan menundukkan The Federation? Apa yang sebenarnya terjadi pada Rorke? Apa yang sebenarnya ia rencanakan? Semua pertanyaan ini bisa Anda jawab dengan memainkan Call of Duty: Ghosts ini.

Pantaskah Disebut Next-Gen?

Sebagai game yang digembar-gemborkan sebagai proyek next-gen, Ghosts masih tidak mampu menghasilkan visualisasi yang memesona untuk membuktikan status tersebut.
Sebagai game yang digembar-gemborkan sebagai proyek next-gen, Ghosts masih tidak mampu menghasilkan visualisasi yang memesona untuk membuktikan status tersebut.
Sebelum kita masuk ke dalam mekanik gameplay atau inovasi apa yang mereka tawarkan di level lebih dalam, ada begitu banyak pertanyaan yang masih mengemuka kuat di level permukaan, apalagi membahas status COD: Ghosts sebagai sebuah proyek next-gen. Seperti yang bisa kita bayangkan, next-gen selalu berasosiasi dengan tingkat visualisasi yang lebih mumpuni, dengan segudang physics dan fitur yang sebelumnya tidak bisa diterapkan. Sebagai proyek next-gen, antisipasi terhadap eksistensi Ghosts tentu saja tidak bisa dipisahkan dari hal yang satu ini. Lantas, pantaskah COD: Ghosts disebut sebagai sebuah game yang benar-benar memaksimalkan potensi next-gen?

Dengan kebutuhan spesifikasi RAM hingga 6 GB (yang ternyata merupakan sebuah kebohongan), status tersebut seolah kian jelas. Namun begitu Anda menjajalnya secara langsung? Ada begitu banyak pertanyaan besar di sisi visual, apalagi jika dibandingkan dengan produk kompetitor tetangga yang memang tampil habis-habisan dengan engine teranyar mereka. Efek cahaya memang tampil lebih baik di Ghosts, namun tidak di sisi tekstur yang ada. Anda akan menemukan begitu banyak low-resolution texture berterbaran di sepanjang permainan, dan akan sangat mudah dilihat jika Anda memainkannya di monitor yang cukup besar. Tulisan kabur, batu tanpa tekstur, hingga detail ledakan dan asap yang tidak menawarkan detail apapun pantas menjadi catatan. Ini seperti sebuah engine lawas dengan sedikit permak. Berharap ekstra kehancuran untuk keuntungan strategis? Sayangnya, tidak ada fitur seperti ini.

Efek cahaya boleh terbilang salah satu elemen yang disempurnakan dan memang membuat Ghosts terlihat indah. Namun ketika Anda memerhatikannya lebih dalam? Game ini dipenuhi dengan low res texture.
Efek cahaya boleh terbilang salah satu elemen yang disempurnakan dan memang membuat Ghosts terlihat indah. Namun ketika Anda memerhatikannya lebih dalam? Game ini dipenuhi dengan low res texture.
Rumput next-gen? Nope!
Rumput next-gen? Nope!
Efek asap next-gen? Nope!
Efek asap next-gen? Nope!
Detail beton next-gen? Nope!
Detail beton next-gen? Nope!
Efek air next-gen? Still nope!
Efek air next-gen? Still nope!
Pantaskah disebut next-gen? Sejauh yang kami pandang dan jika dibandingkan dengan kualitas visual game next-gen lain yang bertebaran, Activision punya PR besar untuk membuat COD pantas menyandang nama tersebut. Kecuali, jika Activision memang mengemban kebijakan yang sama dengan EA Sports dan 2K Sports, dimana engine untuk current gen dan konsol next-gen dibuat terpisah.

Woof Woof!

Sebagai sebuah game FPS, Ghosts masih menawarkan mekanik dan misi gameplay yang sama. Menembak setiap musuh yang Anda temui, bertahan hidup, serangkaian QTE, dan cut-scene tentunya.
Sebagai sebuah game FPS, Ghosts masih menawarkan mekanik dan misi gameplay yang sama. Menembak setiap musuh yang Anda temui, bertahan hidup, serangkaian QTE, dan cut-scene tentunya.
Memang sulit untuk mengharapkan sebuah inovasi yang luar biasa dari sebuah game FPS. Karena pada dasarnya, terlepas dari apapun mimpi Anda, game FPS selalu berkisar tentang bergerak dari point A ke poin B, bertahan hidup, cut-scene, dan akhirnya bertemu dengan akhir chapter, yang kemudian berulang kembali. Siklus ini tampaknya tidak akan berhenti di Call of Duty: Ghosts ini. Anda masih akan bertahan dengan mekanik gameplay yang sama. Seperti seri COD sebelumnya, ada varian senjata yang ditawarkan namun tidak menghasilkan pengalaman unik berbeda satu sama lain. Recoil tidak pernah menjadi masalah dan Anda bisa menembak membabi buta untuk menetralisir setiap ancaman yang ada.

Salah satu inovasi yang berbeda mungkin karena kehadiran sosok sang anjing – Riley, yang ikut dalam beberapa misi di awal. Anjing militer yang satu ini memang sudah menjadi nilai jual utama yang ditawarkan Infinity Ward sejak COD: Ghosts diperkenalkan pertama kali ke publik. Riley disebut sebagai kunci untuk menghadirkan pengalaman COD yang berbeda, bahkan menjadi sentral cerita. Ada begitu banyak spekulasi menyebar di dunia maya, bahkan memprediksikan kematian Riley sebagai event emosional menggugah yang membuat Ghosts terasa istimewa. Hasilnya? Woof woof!

Woof! Woof!
Woof! Woof!
Riley sebenarnya diposisikan tidak banyak berbeda dengan teman AI Anda - Hesh. Hanya saja, ia dapat diperintah secara manual untuk menyerang target tertentu.
Riley sebenarnya diposisikan tidak banyak berbeda dengan teman AI Anda – Hesh. Hanya saja, ia dapat diperintah secara manual untuk menyerang target tertentu.
Di beberapa misi, Anda bahkan bisa mengendalikan Riley sendiri, dimana Anda diceritakan terhubung dengan kontrol milik Logan. Bagaimana rasionalisasi scene ini? Frak logic!
Di beberapa misi, Anda bahkan bisa mengendalikan Riley sendiri, dimana Anda diceritakan terhubung dengan kontrol milik Logan. Bagaimana rasionalisasi scene ini? Frak logic!
Bertempur bersama dengan Riley tidaklah berbeda ketika Anda bertempur bersama dengan AI teman yang lain. Ia tidak dapat mati karena terjangan peluru dan hanya terhenti selama beberapa saat ketika serangan semakin brutal. Perbedaannya? Anda bisa menekan tombol Q untuk meminta Riley menyerang musuh-musuh yang sulit untuk Anda jangkau, terutama mereka yang bersembunyi ketat di belakang tembok pelindung. Indikator orange akan memperlihatkan posisi Riley. Tidak hanya komando seperti ini, beberapa chapter bahkan memungkinkan Anda untuk berperan sebagai Riley sendiri. Anda bergerak dan membantu Logan dan Hesh menginfiltrasi lokasi yang dipadati oleh tentara Federation. Berlari dan bersembunyi, Anda bisa mengakhiri nyawa tentara ini dengan cepat. Masalahnya? Tidak ada penjelasan lebih yang rasional bagaimana Anda bisa mengendalikan seekor anjing dan diperintah sebebas yang Anda inginkan. Namun seperti seri game lainnya, rasionalitas tidak pernah menjadi bagian penting. Another woof woof!

Mengejutkannya? Riley ternyata tidak berperan begitu penting dalam gameplay dan cerita. Dia bukanlah anjing yang akan mengikuti Anda dari awal hingga akhir permainan. Prediksi bahwa ia akan menjadi salah satu tokoh sentral terbantahkan ketika Anda memainkan COD: Ghosts ini dalam progress yang cukup jauh.

Selain Riley, Infinity Ward juga tampak berusaha mengimbangi Battlefield dengan misi-misi yang memungkinkan Anda untuk mengendari kendaraan berat sekelas tank dan helikopter.
Selain Riley, Infinity Ward juga tampak berusaha mengimbangi Battlefield dengan misi-misi yang memungkinkan Anda untuk mengendari kendaraan berat sekelas tank dan helikopter.
Tipikal game arcade, pergerakan kedua kendaraan ini sangat licin, seperti tengah meluncur di atas danau es.
Tipikal game arcade, pergerakan kedua kendaraan ini sangat licin, seperti tengah meluncur di atas danau es.
Elemen lain yang membuat COD: Ghosts berbeda juga karena keinginan Infinity Ward untuk menyuntikkkan sedikit cita rasa “Battlefield” ke dalam seri ini. Seri-seri sebelumnya memang mengakomodasi kebutuhan Anda untuk peran peralatan canggih dan berat dengan beberapa segmen kecil, dimana Anda mengendalikan kontrol misil UAV atau bahkan satelit sekalipun. Namun di COD: Ghosts, kesempatan untuk mengendarai kendaraan militer berat ala Battlefield akhirnya hadir. Anda bisa mengendarai helikopter dan tank di beberapa chapter misi. Tetapi jangan berharap Anda akan menemukan kontrol kendaraan “realistis” ala Battlefield. Seperti meluncur di atas danau es, semua gerak kendaraan ini terasa sangat licin dan cepat, terasa aneh untuk insting gaming Anda sendiri. Manuver mustahil ala game arcade terasa kentara. Tank secepat mobil atau helikopter yang bisa seenaknya maju dan mundur secara stabil dan cepat? Infinity Ward  punya pekerjaan rumah yang besar di sektor ini.

Masih Penuh dengan “WOW” Effect!

Dengan tujuh tahun sepak terjang yang menawarkan mekanik yang sama, COD seharusnya sudah kehabisan ide untuk terus meluncurkan cut-scene yang cukup untuk memukau Anda. Namun siapa yang menyangka, Infinity Ward tetap berhasil melakukan hal tersebut di Ghosts.
Dengan tujuh tahun sepak terjang yang menawarkan mekanik yang sama, COD seharusnya sudah kehabisan ide untuk terus meluncurkan cut-scene yang cukup untuk memukau Anda. Namun siapa yang menyangka, Infinity Ward tetap berhasil melakukan hal tersebut di Ghosts.
Berapa banyak seri Call of Duty yang sudah Anda mainkan sejak Call of Duty 4: Modern Warfare memperkenalkan cut-scene sinematik ala Hollywood yang luar biasa? Jika menghitung berdasarkan kebijakan rilis tahunan yang ada, maka ada lebih dari tujuh buah game Call of Duty yang mengusung konsep dan nilai jual yang sama. Dengan begitu banyak adegan sinematik yang sudah ditawarkan Infinity Ward dan Treyach, hampir tidak mungkin rasanya untuk menemukan kembali momen-momen yang cukup untuk membuat Anda terkejut dan terpukau. Bagaimana tidak? Selama tujuh tahun, Anda sudah menyaksikan perang dunia ketiga, invasi para drone ke Amerika Serikat, misi Sniping legendaris, ledakan bom atom, hingga kematian banyak karakter ikonik yang mengejutkan. Masih mampukah Call of Duty membuat Anda terkejut dan terkagum-kagum? Tidak bisa disangka, iya.

Entah mengapa, selalu ada sesuatu yang berbeda ketika Call of Duty ditangani oleh Infinity Ward daripada Treyach. Developer yang satu ini seolah tidak peduli dengan segudang fitur dan ragam mekanik baru yang mati-matian berusaha disuntikkan Treyach di Call of Duty: Black Ops II misalnya. Tidak hanya sekedar FPS, Treyach berusaha menyuntikkan mode strategy, tower defense, hingga multiple ending ke dalam seri tersebut. Berhasil atau tidak? Masih menimbulkan perdebatan panjang. Namun Infinity Ward hadir dengan apa yang membuat mereka dikenal selama ini – sebuah game FPS murni dengan kemampuan sinematik dan cerita tiada banding. Tidak ada tetek bengek seperti yang berusaha dilakukan Treyach, hanya sebuah game FPS ala Modern Warfare. Kesederhanaan yang masih mampu melahirkan efek “WOW” di Call of Duty: Ghosts.

Masih ada begitu banyak cut-scene epik yang akan membuat Anda terpukau.
Masih ada begitu banyak cut-scene epik yang akan membuat Anda terpukau.
Is that..... Holy *piiipp*
Is that….. Holy *piiipp*
Ada begitu banyak cut-scene dalam skala destruktif masif yang akan membuat Anda terpesona dan jatuh cinta, menghadirkan sensasi yang masih tetap menggugah. Fakta bahwa karakter seperti Logan dan Hesh didesain sebagai kakak adik juga menawarkan potensi keterlibatan secara emosional, terutama ketika seri-seri Ghosts terbaru meluncur di masa depan. Ledakan besar, slow motion, event yang tidak bisa diprediksi sebelumnya, kamera sinematik, dan voice acts yang tetap hidup membuat single player COD: Ghosts tetap memesona.

Tidak hanya cut-scene, varian setting pertempuran juga menghasilkan sesuatu yang menyegarkan. Dari pertarungan bawah laut.
Tidak hanya cut-scene, varian setting pertempuran juga menghasilkan sesuatu yang menyegarkan. Dari pertarungan bawah laut.
hingga luar angkasa. Infinity Ward benar-benar tidak menahan diri.
hingga luar angkasa. Infinity Ward benar-benar tidak menahan diri.

Namun bukan hanya sekedar cut-scene saja yang membuat pengalaman ini luar biasa, tetapi juga fakta bahwa Infinity Ward tidak pernah membatasi diri mereka untuk melemparkan ide-ide gila dan mengimplementasikannya ke dalam gameplay. Pertarungan bawah laut dengan detail gelembung kecil yang meluncur setiap kali Anda menembakkan senjata Anda serta ancaman ikan hiu yang begitu menakutkan hanyalah sebagian kecil dari nilai jual ini. Atau pesona yang ditawarkan oleh misi yang meminta Anda untuk menginfiltrasi gedung tinggi di kala malam, dalam kesunyina. Siapa yang pernah membayangkan sebuah pertempuran senjata api di luar angkasa, vakum tanpa gravitasi, dimana Anda bergerak bebas di tengah satelit yang hancur? Well, Infinity Ward did and it’s awesome!

Kesimpulan

Ghosts akan menjadi awal baru untuk sebuah cerita yang menarik untuk terus dieksploitasi di masa depan. Tidak sesempurna Modern Warfare pertama memang, namun ada ekspektasi dan ketertarikan tersendiri untuk mengikuti arah baru Ghosts ini.
Ghosts akan menjadi awal baru untuk sebuah cerita yang menarik untuk terus dieksploitasi di masa depan. Tidak sesempurna Modern Warfare pertama memang, namun ada ekspektasi dan ketertarikan tersendiri untuk mengikuti arah baru Ghosts ini.
Pernyataan bahwa Call of Duty adalah sebuah epitome untuk mode single player game-game bergenre FPS memang sulit untuk diganggu gugat. Terlepas dari usianya yang sudah mencapai lebih dari tujuh tahun dan mekanik gameplay yang tidak banyak berbeda di setiap serinya, game yang satu ini masih tetap mampu menawarkan kualitas yang pantas untuk diacungi jempol. Kualitas sinematik, variasi setting misi, hingga beragam cut-scene senimatik yang epik masih akan membuat Anda terpesona dan setuju bahwa seperti inilah sebuah mode single player FPS seharusnya dibuat. Namun di luar semua, Call of Duty: Ghosts hampir tidak menawarkan sesuatu yang baru.

Ada beberapa kelemahan yang pantas untuk dicatat, terlepas dari mekanik repetitif yang memang sudah menjadi bagian yang tidak bisa dipisahkan dari sebuah game FPS. Salah satu yang cukup mengecewakan adalah mekanik kontrol kendaraan di misi yang terasa sangat arcade, seolah Infinity Ward tidak ingin ambil pusing untuk merepresentasikan feel tank atau helikopter yang lebih realistis. Rasanya seperti memainkan game klasik Army Men 3D zaman dulu, hanya saja dipermak ke dalam sudut pandang orang pertama. Gerak kendaraan terasa sangat licin tanpa hambatan, seolah angin dan permukaan jalan tidak memberikan feel apapun. Peran Riley yang ternyata tidak sebesar yang dibayangkan juga menjadi catatan tersendiri. Namun kelemahan paling besar? Terlepas dari semua ledakan dan perang bombastis yang ia tawarkan, Ghosts tetap terjebak pada desain plot yang sangat klise.

Namun terlepas dari semua kekurangan ini, COD: Ghosts masih mampu membuktikan diri sebagai game yang pantas untuk dijajal di mode single player, termasuk Anda yang mungkin sudah angkat tangan dan menyerah untuk mencicipi lagi franchise ini. Ghosts akan menjadi awal baru untuk sebuah cerita yang menarik untuk terus dieksploitasi di masa depan. Tidak sesempurna Modern Warfare pertama memang, namun ada ekspektasi dan ketertarikan tersendiri untuk mengikuti arah baru Ghosts ini. Kejutan apa lagi yang bisa mereka tawarkan setelah perang bawah laut dan luar angkasa untuk membuat gamer terpukau? Ini akan menjadi tugas yang berat bagi Infinity Ward.

Kelebihan

Variasi setting perang yang ditawarkan pantas mendapatkan acungan jempol.
Variasi setting perang yang ditawarkan pantas mendapatkan acungan jempol.
  • Cut-scene sinematik yang tetap memesona
  • Desain karakter dan voice acts jempolan
  • Perang bawah laut dan luar angkasa yang terasa berbeda

Kekurangan

MURICA!
MURICA!
  • Plot yang terasa klise
  • Visualisasi yang tidak merepresentasikan kualitas next-gen
  • Riley yang ternyata tidak berperan banyak dalam cerita
  • Kontrol kendaraan yang jauh dari kata realistis
Cocok untuk gamer: penggemar military shooter yang epik, yang tidak suka dengan arah Treyach di Black Ops II
Tidak cocok untuk gamer: penggemar military shooter simulasi, gamer shooter yang menginginkan lingkungan yang bisa dihancurkan

http://jagatplay.com/2013/11/pc-2/review-call-of-duty-ghosts-awal-yang-baru/

Minggu, 24 November 2013

[spec] Assassin Creed 4 : Black Flag

AC IV - Black Flag (1)

beberapa waktu lalu mengumumkan seri terbaru dari game Assassin's Creed untuk PC, yakni Assassin's Creed 4: Black Flag. Kini penerbit game asal Prancis mengungkapkan detil spesifikasi minimum hardware komputer untuk bermain game tersebut.

Sistem operasi untuk memainkan seri game populer ini minimum menggunakan Windows Vista SP atau Windows 7 SP1 serta Windows 8 versi 64 bit. Namun Ubisoft merekomendasikan agar pengguna Vista sebaiknya menggunakan sistem operasi SP2.

Prosesor untuk menjalankan game ini minimum Intel Core2Quad Q8400 2,6 GHz atau AMD Athlon II X4 620 2.6 GHz. Namun gamer direkomendasikan menggunakan Intel Core i5 2400S 2.5 GHz atau AMD Phenom II x4 940 3.0 GHz.

Memori RAM yang dibutuhkan untuk menjalankan Assassin's Creed 4 agar tidak patah-patah paling tidak sebesar 2GB, namun akan bekerja dengan baik jika menggunakan RAM 4GB atau lebih. Sediakan juga kapasitas harddisk sebesar 30GB untuk instalasi di PC.

Untuk kartu grafis, Assassin's Creed 4 minimal dijalankan dengan Nvidia GeForce GTX 260 atau AMD Radeon HD 4870 (dengan 512 VRAM dan Shader Model 4.0). Namun rekomendasinya adalah Nvidia GeForce GTX 470 atau AMD Radeon HD 5850 (dengan 1GB VRAM dan Shader Model 5.0). 

Ubisoft juga memberikan daftar kartu grafis yang kompatibel digunakan untuk bermain game ini. Kartu grafis tersebut antara lain Nvidia GeForce GTX 260, GT400, GT500, GT600, GT700, atau AMD Radeon HD4870, HD5000, HD6000, HD7000. Juga tak lupa DirectX terbitan per Juni 2010 yang kompatibel dengan sound card.

Seperti diberitakan sebelumnya, Assassin's Creed 4 akan menampilkan pertempuran di darat dan di laut. Ubisoft juga mengungkap trailer baru berjudul Pirate Heist yang menunjukkan beberapa aksi dalam permainan. (amr)

[gameplay] Assassin Creed 4 : Black Flag

Jika ingin melihat review dari game ini, silahkan download video di bawah

REVIEW


[review] Assassin Creed 4 : Black Flag

By 

November 13, 2013 

AC IV - Black Flag (1)
Assassin’s Creed tampil sebagai salah satu franchise game action yang berhasil menetapkan standar baru di industri game. Setting historis yang dibangun dengan baik, plot masa depan dan masa lalu yang bergerak dalam alur yang rapi, serta kombinasi gerak parkour yang mumpuni tumbuh menjadi identitas yang tidak bisa dipisahkan dari franchise andalan Ubisoft yang satu ini. Terlepas dari perombakan cerita yang disuntikkan di setiap seri yang dirilis selama beberapa tahun terakhir ini, Ubisoft juga berusaha menyuntikkan segudang inovasi di sisi gameplay untuk mencegah kesan repetitif yang memang terhitung rentan. Semua usaha inovatif tersebut akhirnya tiba di puncak penerapannya, di seri yang juga direncanakan akan dirilis di konsol next-gen: Assassin’s Creed IV: Black Flag.

Memang ada segudang alasan untuk menantikan kehadiran seri yang satu ini. Selain tema bajak laut yang terhitung unik, fakta bahwa ini akan menjadi seri pertama yang “berdiri sendiri” setelah akhir kisah Desmond Miles di seri ketiga memang membuka potensi arah cerita baru untuk dieksploitasi oleh Ubisoft sendiri. Anda yang sempat membaca preview kami sebelumnya tentu saja sudah memiliki sedikit gambaran akan apa yang sebenarnya ditawarkan oleh AC IV: Black Flag ini. Pertempuran laut yang epik, dengan cita rasa Assassin yang tetap kental dan dunia yang jauh lebih masif menjadi bumbu manis di atas permukaan.

Lantas apa yang sebenarnya ditawarkan oleh AC IV: Black Flag yang satu ini? Mengapa kami menyebutnya sebagai game bajak laut terbaik yang pernah mampir di industri game?

Plot

Berbeda dengan Altair, Ezio, atau Connor yang menjalani hidup sebagai seorang Assassin karena ideologi, Edward memulainya dari emas dan keserakahan.
Berbeda dengan Altair, Ezio, atau Connor yang menjalani hidup sebagai seorang Assassin karena ideologi, Edward memulainya dari emas dan keserakahan.
Templar dan Assassin, dua kubu dengan ideologi yang berseberangan ini memang masih menjadi roda penggerak cerita untuk setiap perjalanan baru yang ditawarkan oleh seri teranyar Assassin’s Creed. Assassin diposisikan sebagai kekuatan penyeimbang dan pedang kebenaran yang siap menundukkan obsesi Templar untuk menciptakan keteraturan yang absolut, dimana kebebasan tidak menjadi bagian penting sama sekali. Misi suci inilah yang disandang oleh setiap invidu yang menyerahkan hidupnya sebagai seorang Assassin. Namun tidak dengan Edward Kenway.

Edward Kenway bukanlah seorang Assassin yang legit. Mengarungi lautan sebagai pekerja kelas rendahan, kesempatan untuk meraih hidup yang lebih sukses dan dibanjiri dengan emas terbuka lebar setelah Kenway berhasil memenangkan pertarungan melawan seorang Assassin pembelot yang tengah menjalani misi untuk seorang Templar, misi yang berpotensi menghasilkan kantung emas yang lebih berat untuknya. Mengambil pakaian sang Assassin dan menyamar, ambisi Kenway ini justru membuka misteri yang lebih besar. Kunci yang ia dapatkan akan memperbesar potensi para Templar untuk menemukan Observatory – sebuah teknologi yang memungkinkan individu untuk melacak dan mengetahui lokasi siapapun di seluruh dunia. Namun untuk menemukan tempat ini, para Templar harus menemukan seseorang yang dikenal sebagai “Sage”.

Menyamar menjadi seorang assassin untuk sekedar mengklaim hadiah uang, Edward masuk dalam pusaran konflik rahasia yang belum pernah ia ketahui sebelumnya.
Menyamar menjadi seorang assassin untuk sekedar mengklaim hadiah uang, Edward masuk dalam pusaran konflik rahasia yang belum pernah ia ketahui sebelumnya.
Informasi dari para Templar membuka tabir misteri tentang sosok yang disebut Sage dan sebuah teknologi bernama Observatory. Diyakini akan mampu membuatnya berkuasa dan menjadi kaya raya, Edward terobsesi mendapatkan benda ini.
Informasi dari para Templar membuka tabir misteri tentang sosok yang disebut Sage dan sebuah teknologi bernama Observatory. Diyakini akan mampu membuatnya berkuasa dan menjadi kaya raya, Edward terobsesi mendapatkan benda ini.
Perburuan terhadap sosok Sage sendiri pun dimulai.
Perburuan terhadap sosok Sage sendiri pun dimulai.
Identitas palsu yang terbongkar tidak lantas membuat Kenway menyerah. Informasi yang ia dapatkan dari para Templar ini justru membuatnya kian berambisi untuk menemukan Sage dan Observatory, tidak untuk idealisme menyelamatkan dunia, tetapi potensinya sebagai sumber emas yang luar biasa. Naluri dan keserakahan inilah yang membentuk identitasnya sebagai seorang bajak laut dan mendorong perjalanan Kenway menyusuri lautan. Dalam perjalanan “suci” ini, Kenway juga berusaha membangun sebuah kota impian – Nassau, sebuah kota bajak laut dimana kebebasan menjadi pesona utama, sebuah kota dimana pemerintah kolonial sekelas Inggris dan Spanyol tidak memiliki pengaruh apapun, dan para bajak laut ternama sekelas Blackbeard dan Charles Vane mulai menciptakan identitas mereka masing-masing. Sayangnya, perjalanan ini sendiri dipenuhi dengan begitu banyak rintangan.

Walaupun tidak berhubungan dengan ideologi para Assassin, namun para Assassin sendiri tertarik dengan sosok bajak laut yang berani mengenakan pakaian besar mereka ini.
Walaupun tidak berhubungan dengan ideologi para Assassin, namun para Assassin sendiri tertarik dengan sosok bajak laut yang berani mengenakan pakaian besar mereka ini.
Konflik dengan para Templar, Assassin, Pemerintah kolonial, dan rekan sesama bajak laut menemani perjalanan Kenway ini.
Konflik dengan para Templar, Assassin, Pemerintah kolonial, dan rekan sesama bajak laut menemani perjalanan Kenway ini.
Mampukah Kenway menemukan apa yang selama ini ia cari? Takdir apa yang menanti sepak terjangnya? Semua pertanyaan ini tentu saja bisa Anda jawab dengan memainkan game yang satu ini.
Mampukah Kenway menemukan apa yang selama ini ia cari? Takdir apa yang menanti sepak terjangnya? Semua pertanyaan ini tentu saja bisa Anda jawab dengan memainkan game yang satu ini.
Tidak hanya para Templar dan militer kolonial yang melihatnnya sebagai ancaman, pakaian kebesaran yang ia kenakan tentu saja memancing rasa penasaran para kelompok Assassin di laut Karibia yang mempertanyakan posisi Kenway dalam konflik antara Assassin dan Templar. Namun bagi Kenway, tidak ada yang lebih penting daripada mencari Sage, menemukan Observatory, dan menguasai teknologi yang akan menguntungkan dirinya ini.
Lantas mampukah Kenway menemukan Sage dan mendapatkan teknologi di balik Observatory ini? Bagaimana posisinya di dalam konflik antara Templar dan Assassin? Mampukah ia membangun Nassau seperti yang selama ini ia impikan? Apakah ia tetap akan menjadi seorang Assassin “gadungan”? Semua jawaban ini bisa Anda temukan dengan memainkan AC IV: Black Flag in


Menjalani Hidup Seorang Assassin


Tidak mudah mendefinisikan soosk Edward sendiri. Ia bukan hanya seorang Assassin, tetapi juga seorang bajak laut.
Tidak mudah mendefinisikan soosk Edward sendiri. Ia bukan hanya seorang Assassin, tetapi juga seorang bajak laut.
Jika kita mengambil waktu untuk berpikir sejenak, Assassin’s Creed IV: Black Flag menjadi seri Assassin’s Creed pertama yang mengusung karakter utama dua buah jenis pekerjaan yang berbeda – bahkan dengan idealisme yang berbeda satu sama lain. Karakter-karakter AC yang lain sekelas Altair, Ezio, maupun Connor Kenway selama ini hanya diceritakan menjalani hidupnya murni sebagai seorang Assassin, sebagai pemimpin dari faksi yang eksis hanya untuk satu tujuan utama: menghalangi keteraturan absolut yang diusahakan oleh para Templar. Fakta inilah yang membuat Black Flag ini menarik. Ubisoft punya dua pekerjaan besar: memastikan Edward mampu mengusung identitas yang kuat sebagai seorang bajak laut, namun di sisi yang lain – tetap menghadirkan kesan Assassin yang kentara darinya. Tugas yang berhasil dieksekusi dengan sangat baik.

Perannya sebagai seorang Assassin memang tidak menawarkan mekanik gameplay inovatif baru sama sekali. Aksi Edward di darat memang lebih mepresentasikan formula yang sudah dibangun di Ubisoft di seri ketiga. Tidak lagi hanya bisa sekedar melakukan parkour di antara gedung, beragam terrain seperti pohon dan tebing juga menjadi media untuk bergerak ke tempat-tempat yang sulit dijangkau. Seperti seri-seri sebelumnya pulalah, Anda hanya tinggal menekan satu tombol untuk melakukan quick run dan beraksi parkour secara instan. Pertarungan pedang dengan dua buah schimitar sebagai trademark utama juga mengusung sistem serupa dan tidak sulit untuk dikuasai. Tantangan ekstra mungkin hadir dari varian musuh yang kini membutuhkan strategi tersendiri untuk bisa ditundukkan.

Beberapa mekanik dasar khas Assassin's Creed, khususnya dari seri ketiga tetap dipertahankan di sini.
Beberapa mekanik dasar khas Assassin’s Creed, khususnya dari seri ketiga tetap dipertahankan di sini.
Mekanik pertarungan klasik ala Assassin's Creed selama ini juga tidak akan sulit untuk Anda kuasai. Tantangan ekstra hadir lewat varian musuh yang membutuhkan strategi khusus untuk ditundukkan.
Mekanik pertarungan klasik ala Assassin’s Creed selama ini juga tidak akan sulit untuk Anda kuasai. Tantangan ekstra hadir lewat varian musuh yang membutuhkan strategi khusus untuk ditundukkan.
Fakta bahwa Anda tetap harus menuju ke tempat tertinggi untuk melakukan sinkronisasi dan membuka lebih banyak point of interest di sekitar map memang meninggalkan atmosfer nostalgia tersendiri. Beragam side mission seperti Assassin Contract dan beragam peti yang bisa Anda buka untuk keuntungan finansial tertentu masih memberikan kesibukan ekstra tersendiri. Anda juga akan menemukan objektif unik lainnya seperti Mayan Stelae yang akan memperbesar potensi Anda untuk mendapatkan armor khusus, misalnya. Salah satu yang cukup menarik dari seri keempat adalah fakta bahwa Ubisoft menyuntikkan mekanisme “buronan” yang lebih dinamis. Untuk menghilangkan status buruan ini, Anda tinggal bersembunyi hingga situasi aman tanpa perlu lagi merobek poster atau membayar Herald seperti di seri-seri sebelumnya. Nice addition!

Walaupun terlihat cukup serupa dengan seri sebelumnya, ada satu hal yang membuat Black Flag juga tampil sedikit berbeda. Ubisoft tampaknya sangat terobsesi untuk memastikan Black Flag mampu menjual atmsofer Assassin yang kuat. Alhasil? Gameplay stealth kini mendominasi sebagian besar chapter misi utama yang ada. Bukankah hal ini juga sama di seri-seri sebelumnya? Sejak zaman Ezio dan Connor, “stealth” masih menjadi pilihan, bukan sebuah keharusan. Anda masih seringkali diberikan kebebasan untuk menyelesaikan misi dengan berperang terbuka atau sembunyi-sembunyi. Sementara di Black Flag, ada begitu banyak misi yang memaksa Anda untuk bergerak tanpa ketahuan. Sebagai contoh? Segudang misi “tailing” atau menguntit yang disajikan di dalamnya. Menarik di awal, namun mulai mengesalkan ketika misi ini terus hadir frekuentif. Dipadukan dengan sistem kontrol yang terkadang bergerak di luar apa yang Anda inginkan, misi-misi ini berpotensi menghasilkan perasaan frustrasi tersendiri.

Minim variasi misi utama, Anda akan sering menemukan misi stalking yang harus diakui, akan mudah terasa repetitif.
Minim variasi misi utama, Anda akan sering menemukan misi stalking yang harus diakui, akan mudah terasa repetitif.
Seperti konsep yang pernah diterapkan, Anda kini dituntut untuk berburu binatang spesifik untuk dapat memperkuat perlengkapan yang digunakan oleh Edward sendiri.
Seperti konsep yang pernah diterapkan, Anda kini dituntut untuk berburu binatang spesifik untuk dapat memperkuat perlengkapan yang digunakan oleh Edward sendiri.
Ada begitu banyak elemen Black Flag yang memang terlihat diadaptasikan dari proyek Ubisoft yang lain – Far Cry 3. Salah satunya adalah sistem berburu yang kini disempurnakan dan diposisikan lebih krusial. Dengan puluhan pulau yang terlentang di laut Karibia, Anda kini berkesempatan untuk menemukan dan berburu binatang-binatang khas yang menempati setiap tempat. Tidak hanya untuk sekedar dijual, tetapi sebagian bahan baku utama untuk menyediakan armor dan perlengkapan yang lebih kuat untuk Edward sendiri. Sistem crafting kini membutuhkan bahan kulit atau tulang binatang tertentu sebelum bisa diakses.

Yang kami rindukan dari seri ini? Kapak!
Yang kami rindukan dari seri ini? Kapak!
Walaupun mengambil setting Karibia dengan lautan yang super luas sebagai daya tarik utama, namun Ubisoft masih tetap menyuntikkan kesan gameplay Assassin’s Creed yang selama ini kita kenal dengan cukup baik. Dengan begitu banyak kota besar yang tersebar di semua belahan pulau inilah, Anda akan menemukan sensasi AC yang selama ini Anda kenal. Tentu saja, dengan beberapa ekstra inovasi. Salah satu yang kami sayangkan? Preferensi pribadi memang, namun ada kesan badass yang sulit dipungkiri ketika Connor menggunakan kapak ketika bertarung di AC III. Senjata yang sayangnya tidak mereka sertakan di Black Flag ini. Sang kakek – Edward terlihat sedikit lebih “halus” ketika menghabisi nyawa para musuh dengan schimitar dan hidden blade yang ia kenakan.

Nenek Moyangku Seorang…….Bajak Laut!


Pesona utama dari Black Flag: tentu saja ketika Anda mengarungi luasnya lautan dan bermain peran sebagai bajak laut!
Pesona utama dari Black Flag: tentu saja ketika Anda mengarungi luasnya lautan dan bermain peran sebagai bajak laut!
Laut, adalah pesona dan identitas utama yang mendefinisikan Assassin’s Creed IV: Black Flag itu sendiri. Fakta bahwa Edward bukan hanya seorang “Assassin” tetapi juga bajak laut, menuntut Ubisoft untuk memastikan elemen yang satu ini mampu tereksusi dengan baik. Jawaban terbaik? Tentu saja dengan menyempurnakan elemen yang berhasil membuat banyak gamer jatuh cinta di seri AC III sebelumnya – pertempuran di laut. Saling bertukar peluru meriam dalam jumlah masif dan bermanuver di tengah badai yang mencekam dengan kapal besar kini memainkan porsi yang lebih signifikan di Black Flag. Sebuah sensasi yang berhasil disempurnakan dengan baik.

Mobilitas dengan kapal pribadi Anda – Jackdaw bukanlah pekerjaan yang sulit. Seperti halnya mengemudikan mobil di game racing, Anda hanya perlu mengatur tiga tingkat kecepatan untuk bergerak di tengah laut. Semakin cepat kapal bergerak, semakin sulit ia bermanuver, demikian pula sebaliknya. Kombinasi dan kecekatan mengatur kecepatan dan pergerakan kapal akan memberikan keuntungan yang absolut. Angin atau ombak besar? Bukan sesuatu yang perlu Anda pikirkan dengan serius. Satu yang pasti, bergerak dengan menggunakan kapal akan menjadi pekerjaan yang secara konsisten Anda lakukan di Black Flag. Apa pasal? Karena seperti kondisi di dunia nyata, 80% dari total wilayah Karibia adalah laut. Anda harus mengarungi wilayah biru nan luas ini untuk bergerak dari satu pula ke pulau lainnya. Fitur fast-travel memang disertakan untuk mempersingkat hal ini, namun hanya bisa dipicu di daerah yang memang sudah pernah Anda lewati sebelumnya.

Full Sail!
Full Sail!
Dengan 80% daerah yang dikuasai lautan, kapal menjadi satu-satunya cara Anda untuk bergerak dari satu misi ke misi lainnya.
Dengan 80% daerah yang dikuasai lautan, kapal menjadi satu-satunya cara Anda untuk bergerak dari satu misi ke misi lainnya.
Bagian paling menakjubkan? Ketika Anda bisa mengendarai atau berhenti dari kapal Anda tanpa perlu waktu loading sama sekali.
Bagian paling menakjubkan? Ketika Anda bisa mengendarai atau berhenti dari kapal Anda tanpa perlu waktu loading sama sekali.
Menjadi bagian utama yang terintegrasi dalam gameplay, Ubisoft benar-benar serius membangun mekanik yang satu ini. Tidak perlu jauh-jauh memuji betapa “hidup”-nya lautan ini berkat lusinan kapal kolonial, sipil, dan bajak laut yang lalu lalang di dalamnya, Ubisoft bahkan menyediakan fitur  teknis yang membuat pengalaman ini lebih menyenangkan. Anda sama sekali tidak lagi harus berhadapan dengan waktu loading sama sekali setiap kali Anda naik dan turun dari kapal dan mengakses sebagian besar pula terdekat. Jika bisa dibandingkan, ini tidak berbeda ketika Anda mengendarai kuda ketika di seri-seri AC sebelumnya, tinggal naik dan jalan. Bedanya? Ini kapal besar dengan puluhan meriam, kru, dan layar raksasa. Amazing!

Pertempuran lautnya sendiri bukan sesuatu yang sulit untuk dikuasai. Seiring dengan progress dan upgrade yang Anda suntikkan, Jackdaw memiliki lebih dari cukup senjata untuk mengatasi setiap kapal yang ada. Anda bisa secara otomatis melontarkan puluhan peluru besi dari meriam samping Anda, atau menembakkan Sharpnel ke titik-titik krusial kapal musuh yang terekpos, melemparkan mortar untuk pertempuran jarak jauh, atau ke cara yang lebih “barbaric” – dengan menabrakkan moncong kapal Anda ke kapal musuh. Semua dilakukan sembari bermanuver dan memastikan diri bertahan dari potensi serangan yang ada.

Namun bukan hal ini yang mendefinisikan sifat bajak laut yang ditawarkan Black Flag, tetapi tujuan dari Anda menyerang setiap kapal yang ada. Benar sekali, dengan menundukkan kapal perang kolonial yang berlayar di tengah laut, Anda berkesempatan untuk mendulang beragam resource yang krusial, tidak hanya untuk mendapatkan sedikit uang, tetapi juga sebagai bahan utama untuk memperkuat kapal Anda – Jackdaw sendiri. Hal menakjubkan juga diperlihatkan Ubisoft di mekanisme yang satu ini.

Dengan begitu banyak kapal kolonial untuk dibajak, Anda bisa menggunakan serangkaian senjata untuk menundukkan setiap dari mereka.
Dengan begitu banyak kapal kolonial untuk dibajak, Anda bisa menggunakan serangkaian senjata untuk menundukkan setiap dari mereka.
Untuk apa? Untuk mengumpulkan resource yang cukup untuk dijual demi uang, atau memperkuat Jackdaw - kapal utama Anda lewat fitur upgrade yang ada.
Untuk apa? Untuk mengumpulkan resource yang cukup untuk dijual demi uang, atau memperkuat Jackdaw – kapal utama Anda lewat fitur upgrade yang ada.
Bertarung di atas kapal yang hendak dibajak memang memesona di awal permainnan, namun terasa kian membosankan dan tidak lagi menarik seiring dengan waktu permainan Anda.
Bertarung di atas kapal yang hendak dibajak memang memesona di awal permainnan, namun terasa kian membosankan dan tidak lagi menarik seiring dengan waktu permainan Anda.
Berhasil mencedarai kapal lawan hingga titik tertentu, Anda bisa menaiki kapal lawan tersebut secara real-time dan bertempur untuk merebut kendali utama. Objektif sampingan akan muncul memberikan guideline apa yang harus Anda lakukan untuk menguasai kapal tersebut, dari sekedar membunuh musuh dalam jumlah tertentu hingga mengibarkan sang bendera hitam di bagian teratas kapal. Selain memberikan resource unik dalam jumlah tertentu,  Anda juga akan dihadapkan pada tiga pilihan untuk aksi yang bisa Anda terapkan setelah merebut kapal ini: menghancurkannya untuk memperoleh bahan baku memperbaiki Jackdaw, melepaskannya untuk menurunkan level buronan, atau merekrutnya sebagai fleet pribadi Anda sendiri.

Menarik, ini mungkin menjadi kesan pertama yang Anda dapatkan dari mekanisme yang satu ini. Namun dengan kebutuhan untuk memperkuat Jackdaw dan secara konsisten mengumpulkan resource dan uang yang dibutuhkan, Anda akan terus membajak setiap kapal yang Anda temui. Apalagi ketika spyglass memperlihatkan status kapal yang memang tengah mengangkut semua sumber daya yang Anda butuhkan. Seiring dengan semakin jauhnya permainan, mekanisme yang seharusnya memukau dan menyenangkan ini perlahan namun pasti, berakhir menjadi sebuah “kewajiban” yang membosankan, menyita waktu, dan terasa kian repetitif. Seandainya saja Ubisoft memberikan alternatif pilihan untuk tidak memaksa Anda harus menginvasi setiap kapal yang ada, tentu masalah ini tidak akan terasa signifikan. Berbagai tantangan ekstra seperti Fort juga dihadirkan. Benteng raksasa ini bertindak tak ubahnya Borgia  Tower di Brotherhood dan Far Cry 3. Mengalahkannya akan membuka akses untuk segudang fitur ekstra lainnya di sekitar area.

Seperti sistem BorgiaTower di AC II dan Comm Tower di Far Cry 3, Anda juga bisa menghancurkan Fort dan membunuh sang komandan untuk membuka beragam POI di sekitar area tersebut - dan tentu saja memimalisir ancaman dari kapal kolonial yang lain.
Seperti sistem BorgiaTower di AC II dan Comm Tower di Far Cry 3, Anda juga bisa menghancurkan Fort dan membunuh sang komandan untuk membuka beragam POI di sekitar area tersebut – dan tentu saja memimalisir ancaman dari kapal kolonial yang lain.
Tidak hanya sekedar mengarungi lautan, Anda juga bisa berburu beragam makhluk raksasa nan eksotis sebagai bahan crafting atau sekedar untuk ekstra uang.
Tidak hanya sekedar mengarungi lautan, Anda juga bisa berburu beragam makhluk raksasa nan eksotis sebagai bahan crafting atau sekedar untuk ekstra uang.
Tidak hanya di darat, Anda juga bisa mencari harta karun di dalam laut. Sayangnya kontrolnya terhitung kurang intuitif, apalagi ketika harus berhadapan dengan segudang ancaman yang siap untuk menghabisi nyawa Anda dengan mudah.
Tidak hanya di darat, Anda juga bisa mencari harta karun di dalam laut. Sayangnya kontrolnya terhitung kurang intuitif, apalagi ketika harus berhadapan dengan segudang ancaman yang siap untuk menghabisi nyawa Anda dengan mudah.
Tidak hanya sekedar membajak kapal laut, posisi Edward sebagai seorang komandan yang mumpuni di atas lautan juga kian terbukti lewat dua aktivitas lain yang tidak kalah seru. Pertama, tentu saja berburu binatang laut raksasa sekelas ikan hiu dan paus bungkuk sekalipun. Lewat sebuah mini game kecil yang tidak terlalu sulit untuk ditundukkan, kegiatan ini akan memberikan Anda kulit dan tulang yang Anda butuhkan di proses crafting atau sekedar dijual. Kegiatan kedua? Bukan bajak laut namanya, jika Anda tidak tertarik dengan lusinan harta karun yang terbenam bersama karamnya kapal yang mengangkutnya. Dengan sebuah diving bell raksasa sebagai tempat untuk mencari udara, Anda bisa menyusuri atmosfer bawah laut ini sembari membukat setiap harta karun yang biasanya memberikan item-item super penting. Namun jangan berharap proses ini dengan mudah, karena hampir setiap binatang yang Anda temui sembari menyelam seolah memang didesain membunuh Anda dengan cepat. Kontrol yang terhitung tidak intuitif juga membuat proses ini sendiri cukup sulit. Tidak hanya berburu di dalam laut, Anda juga bisa berburu harta karun di seluruh Karibia yang koordinat posisinya akan terbuka dengan jumlah peta yang Anda temukan.

Let the black flag rise!
Let the black flag rise!
Untuk urusan untuk mencitrakan Kenway sebagai seorang bajak laut yang luar biasa, Ubisoft memang pantas untuk mendapatkan pujian empat jempol untuk semua usaha yang mereka lakukan, tidak hanya di sisi cerita, tetapi juga detail mekanik gameplay di atas laut yang luar biasa

Dramatis lewat Dunia yang Dinamis


Salah satu kekuatan terbaru AC IV: Black Flag adalah dunia yang dinamis, membuat atmosfer terkadang terlihat begitu dramatis.
Salah satu kekuatan terbaru AC IV: Black Flag adalah dunia yang dinamis, membuat atmosfer terkadang terlihat begitu dramatis.
Bayangkan betapa membosankannya Karibia dan AC IV: Black Flag secara keseluruhan, jika yang Anda temukan hanyalah sebuah dunia penuh sinar matahari yang tenang selama menjelajahinya. Untungnya, teknologi yang diterapkan Ubisoft untuk memastikan Black Flag tampil sebagai proyek next-gen yang menarik untuk diikuti tidak hanya sekedar berkisar visualisasi atau dunia yang lebih luas untuk dieksplorasi. Penambahan fitur dinamis yang diusungnya benar-benar membuat Black Flag terasa jauh lebih menyegarkan dan tentu saja memesona, di saat yang sama. Terlihat sederhana memang, namun dunia yang dinamis ini menjadi salah satu kunci keberhasilan Black Flag menghadirkan pengalaman dramatis.

Pergantian siang dan malam menghasilkan efek visual tersendiri ketika Anda mengeksplorasi luasnya Karibia.
Pergantian siang dan malam menghasilkan efek visual tersendiri ketika Anda mengeksplorasi luasnya Karibia.
Namun kekuatan utama justru ada pada perubahan cuaca yang mampu menghasilkan efek dramatis, apalagi ketika Anda berlayar di tengah laut.
Namun kekuatan utama justru ada pada perubahan cuaca yang mampu menghasilkan efek dramatis, apalagi ketika Anda berlayar di tengah laut.
Sebuah dunia yang tidak lagi terpaku pada skenario yang tengah Anda jalankan, Black Flag kini hadir dengan fitur siang-malam untuk memberikan kesan dan pengalaman eksplorasi yang berbeda, tidak hanya di darat tetapi juga laut. Namun bukan pergantian tugas matahari – bulan yang membuatnya pantas untuk dipuja-puji, tetapi fakta bahwa mereka akhirnya menyuntikkan konsep pergerakan yang serupa untuk cuaca. Seperti dunia open-world sekelas GTA, misalnya, cuaca di Black Flag juga dapat berubah secara acak. Hal ini mungkin terasa biasa saja ketika Anda tengah berada di pulau dan terlibat dalam aksi Anda sebagai seorang Assassin. Namun begitu Anda merasakan efek perubahan ini ketika Anda tengah berlayar? Tidak ada yang lebih dramatis selain melihat hujan dan angin besar yang terus menggulung laut dan mempersulit setiap manuver kapal yang Anda butuhkan. Angin topan yang turun dari awan membentuk pusaran yang bisa menyedot dan menghancurkan kapal Anda dengan mudah, atau bagaimana Anda harus bergerak memecah ombak supaya memastikan Jackdaw selamat dari cuaca ekstrim ini. Memadukan semua pengalaman ini dengan situasi dimana Anda tengah bertempur hebat dengan kapal besar dari sisi musuh? Epic! Hal ini kian disempurnakan dengan salah satu phsyics gerak air laut terbaik yang pernah kami nikmati di industri game.

Hint untuk Assassin’s Creed Selanjutnya?



*Might Contain Spoilers – Proceed With Caution*



Seperti seri-seri AC sebelumnya, setting masa modern di Black Flag tetap dihadirkan. Namun Anda kini berperan sebagai salah satu pegawai baru Abstergo yang kebetulan diminta untuk menangani memori milik Desmond Miles.
Seperti seri-seri AC sebelumnya, setting masa modern di Black Flag tetap dihadirkan. Namun Anda kini berperan sebagai salah satu pegawai baru Abstergo yang kebetulan diminta untuk menangani memori milik Desmond Miles.
Timur Tengah, Italia, Revolusi Amerika, dan akhirnya – Karibia, apalagi yang akan dipersiapkan Ubisoft untuk AC tahun depan? Kebudayaan apalagi yang akan mereka jual sebagai pesona utama? Pertanyaan ini selalu menjadi misteri setiap kali sebuah seri terbaru AC diluncurkan. Beragam spekulasi dan harapan gamer mengemuka, namun Ubisoft selalu berhasil tutup mulut dan baru membuka tabir misteri ini hanya pada saat pengumuman resmi diluncurkan. Namun di AC IV: Black Flag, kita mendapatkan hint yang cukup jelas. Seri AC baru seperti apa yang pantas untuk kita antisipasi?

Masa modern memang masih menjadi bagian penting dari Black Flag. Namun tidak lagi harus berperan sebagai Desmond, Abstergo kini memiliki teknologi yang memungkinkan orang lain untuk mengakses memorinya via Animus. Berperan sebagai karyawan baru Abstergo yang memang ditugaskan untuk menjalani hidup sebagai Edward Kenway dan mencari tahu tata letak Observatory di dunia modern, Anda dihadapkan pada sebuah “sudut pandang” Abstergo yang baru. Sebagai pegawai Abstergo, Anda memiliki akses ke beragam email rahasia yang bertebaran di perusahaan raksasa yang memiliki asosiasi kuat dengan para Templar ini. Salah satu email yang membahas garis keturunan Desmond yang masih menjadi subjek memori utama menjadi hint untuk seri AC selanjutnya.

Lewat email yang didistribusikan internal di antara pegawai Abstergo, Anda akan melihat potensi setting untuk seri AC selanjutnya dari garis darah ayah dan ibu Desmond sendiri.
Lewat email yang didistribusikan internal di antara pegawai Abstergo, Anda akan melihat potensi setting untuk seri AC selanjutnya dari garis darah ayah dan ibu Desmond sendiri.
Tidak hanya itu saja, beberapa artwork juga terlihat di email tersebut.
Tidak hanya itu saja, beberapa artwork juga terlihat di email tersebut.
Seperti di screenshot yang terlihat, email ini menjelaskan silsilah keturunan Desmond dan kebudayaan apa saja yang pernah menjadi bagian dari sosok yang satu ini. Dari garis keturunan sang ayah, Abstergo menemukan jejak kebudayaan Italia, Ottoman, Amerika Serikat, dan New England di dalamnya. Sementara dari garis keturunan sang ibu, memori Desmond memuat kebudayaan Timur Tengah, Mesir, Jepang, Perancis, Taiwan, dan Pantai Pasifik Amerika. Di email ini juga, event spesifik masing-masing kebudayan tertulis: Renaissance, Ashikaga Shogunate, Revolusi Perancis, hingga Summer of Love. Email juga ini memuat beberapa artwork fans dan official Ubisoft yang menggambarkan seperti apa kebudayaan tersebut.

Dan untuk pertama kalinya, sesuai dengan mimpi yang selama ini kami bangun, potensi untuk melihat Assassin’s Creed dari zaman klasik Jepang terbuka lebar. Hell do Ubisoft, we want it!

Kesimpulan


AC IV - black flag part 2 (34)
Seri Assassin terbaik? Keputusan yang satu ini mungkin masih akan mengundang banyak perdebatan dari para fans berat franchise yang satu ini. Namun menyebutnya sebagai game bajak laut terbaik yang pernah hadir di industri game? Sangat tidak berlebihan.
Seri Assassin terbaik? Keputusan yang satu ini mungkin masih akan mengundang banyak perdebatan dari para fans berat franchise yang satu ini. Namun menyebutnya sebagai game bajak laut terbaik yang pernah hadir di industri game? Sangat tidak berlebihan. Seolah memenuhi semua fantasi gamer yang selama ini memang memimpikan hidup berbahaya sebagai bajak laut, Ubisoft mengeksekusi setiap elemen yang ada dengan sangat tepat untuk memunculkan atmosfer tersebut. Pertempuran kapal yang menantang, cuaca dinamis yang menghasilkan atmosfer dramatis, nyanyian klasik para bajak laut di tengah laut, hingga aksi menaiki kapal sendiri dan musuh yang tidak membutuhkan waktu loading sama sekali benar-benar memperlihatkan keseriusan Ubisoft ini. Keberhasilan ini kian lengkap lewat fakta bahwa mereka masih menyertakan porsi peran Assassin yang masih sama kuatnya, setidaknya sebagai definisi yang tidak terbantahkan bahwa Black Flag, memang merupakan sebuah game Assassin’s Creed.

Apakah berarti ini AC IV: Black Flag hadir tanpa kekurangan? Tentu saja tidak. Ada beberapa masalah yang pantas untuk menjadi catatan. Frekuensi misi stalking yang terlalu banyak meninggalkan kekecewaan tersendiri dan terasa repetitif. Kontrol yang kurang sempurna juga seringkali membuat misi ini semakin sulit, ketika Edward bertindak di luar aksi yang sebenarnya ingin Anda picu. Kesan repetitif ini juga muncul ketika Anda berusaha menaiki kapal musuh untuk mendapatkan resource secara optimal. Terasa menarik di awal, kegiatan optional ini justru menyita waktu dan terasa sangat repetitif. Merebut lebih dari 20 kapal? Anda akan merasakan kesan repetitif yang kental darinya.

Namun terlepas dari kekurangan tersebut, AC IV: Black Flag berhasil membuktikan diri sebagai sebuah seri Assassin’s Creed yang luar biasa, dan tidak meninggalkan begitu banyak momen dramatis dan epic yang tidak akan mudah Anda lupakan begitu saja. Mengkombinasikan peran Edward sebagai bajak laut dan Assassin dalam skala yang proporsional, Anda seperti membeli dua game dalam satu paket: salah satu game Assassin yang akan mudah Anda cintai dan salah satu game bertema bajak laut terbaik yang pernah Anda mainkan. Should you play it? Aye, aye, Cap’n!

Kelebihan


Sebuah dunia yang masif dan dimanis, Ubisoft membangun setting Black Flag ini dengan begitu luar biasa. Lautan luas dan segudang aksi bajak laut yang bisa Anda lakukan menghasilkan pengalaman epic tersendiri.
Sebuah dunia yang masif dan dimanis, Ubisoft membangun setting Black Flag ini dengan begitu luar biasa. Lautan luas dan segudang aksi bajak laut yang bisa Anda lakukan menghasilkan pengalaman epic tersendiri.
  • Plot yang tersusun manis
  • Desain setting Karibia yang eksotis dan memanjakan mata
  • Efek hari dan cuaca yang dinamis dan dramatis
  • Pertempuran laut yang menegangkan
  • Kehadiran karakter ikonik yang diproyeksikan baik
  • Sistem berburu dan crafting
  • Voice acts dan soundtrack
  • Waktu gameplay yang panjang

Kekurangan


Stalking? Stalking? Stalking? More stalking? Lame!
Stalking? Stalking? Stalking? More stalking? Lame!
  • Misi stalking yang terasa repetitif
  • Pembajakan kapal musuh yang kehilangan pesonanya seiring waktu
  • Kontrol gerak yang terkadang melenceng dari apa yang Anda inginkan
Cocok untuk gamer: penggemar bajak laut, pencinta gameplay kapal di seri AC III, pengikut franchise AC sendiri
Tidak cocok untuk gamer: yang punya fobia air laut dan tenggelam, yang mudah bosan dengan mekanik yang repetitif

sumber : http://jagatplay.com/2013/11/xbox/review-assassins-creed-iv-black-flag-game-bajak-laut-terbaik/

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | free samples without surveys