Minggu, 22 September 2013

[spec] Dead Space 3



Dead Space 3
Publisher: Electronic Arts
Developer: Visceral Games

Minimum System Requirements
OS: Windows XP/Vista/7
Processor: Intel Core 2 Duo @ 2.5 Ghz / AMD Athlon 64 X2 5400+
Memory: 2 Gb
Hard Drive: 10 Gb free
Video Memory: 256 Mb
Video Card: nVidia GeForce 6800 / ATI Radeon X1600
Sound Card: DirectX Compatible
DirectX: 9.0c
Keyboard
Mouse

[gameplay] Dead Space 3

Download video di bawah untuk melihat gameplay dari game ini :

GamePlay

 

[review] Dead Space 3

By Pladidus Santoso
February 13, 2013   ·   
 
Siapa yang bisa menyangkal kuallitas dan prestasi yang sudah ditunjukkan oleh franchise andalan Visceral Games – Dead Space? Terlepas dari usianya yang masih “muda”, game yang satu ini berhasil tampil memukau lewat kemampuannya untuk meramu berbagai elemen survival horror dalam bentuk yang unik, dimana luar angkasa, gelap, dan kesunyian memainkan peranan yang sangat penting. Menjelajahi luasnya kapal-kapal penjelajah dan melawan para Necromorph yang selalu mengintai dari kegelapan memang menawarkan sensasi ketakutan tersendiri. Berhasil dengan dua seri sebelumnya, Visceral kembali dengan seri ketiga – Dead Space 3 yang baru dirilis ke pasaran. Sebuah seri yang sama sekali tidak mengendurkan diri dan tampil begitu maksimal.

Anda yang sempat membaca preview kami sebelumnya mungkin sudah mendapatkan sedikit gambaran tentang apa yang ditawarkan oleh seri terbaru ini. Kami menyebutnya sedikit berbeda, terutama dari penerapan beberapa elemen baru nan segar yang belum pernah ada sebelumnya. Sisi cerita yang baru dengan varian musuh yang lebih beragam memang akan membuat para fans setia merasa kagok dan “asing” di awal permainan, namun pengalaman ini sendiri perlahan namun pasti, akan membaik seiring dengan berjalannya progress permainan. Terlepas dari alur ceritanya yang lambat, Visceral berhasil membuktikan kualitas yang membuatnya mudah dicintai. Tetap bertahan dengan identitas survival-horrornya, namun dengan cita rasa action yang lebih kental, Dead Space 3 menjadi perwujudan sebuah konsep yang tidak hanya akan mampu menarik fans baru, tetapi juga mempertahankan kecintaan para fans lama.

Lantas apa yang membuat kami menyebutnya sebagai pompa adrenalin yang jauh lebih intens? Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Dead Space 3 ini? Review ini akan mengupasnya lebih dalam untuk Anda.

Plot

Anda kembali akan berperan sebagai karakter utama dari dua seri sebelumnya – Isaac Clarke di seri ketiga ini.
Melanjutkan cerita dari Dead Space 2, seri ketiga ini masih berputar pada sosok sang karakter utama – Isaac Clarke dan hubungan dekatnya dengan teknologi alien yang misterius – The Marker. Setelah bersinggungan secara langsung di dua seri terakhir dan menyerap beragam pengetahuan, informasi, dan akhirnya terlibat menghancurkannya, Isaac terpaksa harus bersembunyi dari kejaran pemerintah – EarthGov yang menginginkan teknologi The Markers sebagai sumber energi dan kekuatan. Selama tiga tahun, mengakhiri fase romantisnya bersama tokoh protagonis wanita yang ia temui di seri kedua – Ellie Langford, sebuah takdir penuh ancaman kini kembali mendekati Isaac: Unitologis.

Para Unitologis – mereka yang percaya The Markers sebagai “Tuhan” dan kunci untuk evolusi yang selama ini dibutuhkan oleh manusia kini bertindak lebih radikal. Dengan pasukan khusus di bawah kendali sang pemimpin – Jacob Danik, para Unitologis berusaha membunuh Isaac, yang selama ini dianggap sebagai penghambat rencana mereka untuk menggunakan The Markers. Untungnya, ia berhasil diselamatkan oleh pasukan EarthGov yang masih tersisa – Robert Norton dan John Carver. Danik yang berhasil menghancurkan beberapa test lab Marker di seluruh planet koloni dan melepaskan signal Marker, memaksa Isaac, Norton, dan Carver untuk lari ke kapal USM Eudora dan berusaha bertemu kembali dengan Ellie. Tentu saja, sebuah misi yang lebih besar menanti mereka.

Tidak hanya para Necromorph, Isaac kini harus berhadapan dengan golongan Unitologis radikal – Inner Circle yang melihat The Markers sebagai “penyelamat” umat manusia. Di bawah kepemimpinan Jacob Danik, perang kepentingan pun dimulai.
Berhasil kabur dari sergapan Unitologis yang berusaha membunuhnya, pertemuan Isaac dengan sang mantan kekasih membuka misteri baru tentang The Markers. Sebuah pesan terenkripsi mengindikasikan bahwa satu-satunya cara untuk mengetahui dan menghentikan The Markers terletak pada sebuah objek yang disebut “The Machine” yang dapat dikendalikan dengan kunci bernama Codex.
Tidak lagi bekerja sendiri, Isaac kini didampingi oleh sebuah tim dengan misi yang sama: menghentikan Markers.
Adalah Tau Volantis – sebuah planet penuh salju yang dipercaya sebagai rumah “The Markers” dan menyimpan kunci untuk menghentikan semua kegilaan yang tercipta dari teknologi Alien tersebut.
Bersama dengan timnya, Ellie menemukan bahwa semua sinyal Markers yang telah aktif tersebut berakhir di sebuah planet es – Tau Volantis, yang diyakini merupakan rumah yang sebenarnya bagi “The Markers”. Sebuah tulisan terdeskripsi yang berhasil ditranslasi oleh Isaac mengindikasikan bahwa Tou Volantis menyimpan sebuah mesin yang dapat mematikan semua The Markers yang tersebar di seluruh alam semesta dan karenanya menjadi objektif utama Isaac dan teman-temannya. Perjalanan mereka ke Volantis membawa sebuah pencerahan, jawaban atas beragam pertanyaan yang selama ini menjadi misteri untuk dua seri Dead Space sebelumnya. “Kesimpulan” Ellie bahwa Volantis merupakan rumah bagi The Markers akhirnya terbantahkan setelah mereka berhasil mendapatkan dan mengumpulkan memori dari sebuah alien asing yang dijadikan sebagai bahan eksperimen – Rosetta. Memori Rosetta seolah memutarbalikkan semua hal yang selama ini dicurigai oleh Isaac dan Ellie.

Lewat memori sebuah alien asing bernama “Rosetta”, Isaac dibawa masuk ke dalam misteri yang lebih dalam tentang The Markers.
Keindahan Tau Volantis!
Apa sebenarnya “The Markers”? Apa tujuan teknologi yang satu ini? Rahasia apa yang disimpan oleh planet yang sempat dicurigai sebagai markas The Markers – Tau Volantis ini? Kenyataan apa yang tersembunyi dalam memori Rosetta yang akan memutarbalikkan semua hal yang Anda ketahui tentang Dead Space?
Tidak hanya sekedar usaha untuk mencari sumber masalah yang muncul dari para Necromorph dan Unitologis di bawah kepemimpinan Danik yang menyebalkan, Isaac juga harus terjebak dalam cerita “romantis” yang tidak berujung. Siapa yang menyangka bahwa Ellie yang sudah meninggalkan Isaac ternyata menjalin hubungan dekat dengan Norton, bagian EarthGov yang terlibat dalam misi penyelamatan Isaac di awal  permainan. Rasa cemburu Norton pada sosok Isaac yang ia curigai berusaha mendekatkan diri kembali pada sosok Ellie menjadi bumbu tersendiri pada plot yang ada, menjadi dasar untuk berbagai intrik yang melengkapi cerita Dead Space 3 ini.

Apa sebenarnya “The Markers”? Apa tujuan teknologi yang satu ini? Rahasia apa yang disimpan oleh planet yang sempat dicurigai sebagai markas The Markers – Tau Volantis ini? Kenyataan apa yang tersembunyi dalam memori Rosetta yang akan memutarbalikkan semua hal yang Anda ketahui tentang Dead Space? Semua jawaban dari pertanyaan ini, sekaligus sebuah konklusi akan Anda temukan ketika menjajal Dead Space 3 ini.

Penuh Aksi – Lebih Intens!

Mekanisme dasar Dead Space 3 juga tetap serupa dengan dua seri sebelumnya. Alih-alih menembak membabi buta, berusaha memutilasi Necromorph akan jadi strategi yang lebih efektif. Tidak lupa untuk menginjak setiap mayat dengan brutal untuk mendapatkan loot ekstra.
Hampir semua gamer yang sekedar mengenal ataupun pernah mencicipi seri Dead Space sebelumnya tentu tidak lagi asing dengan sisi action yang ditawarkan oleh game yang satu ini. Berbeda dengan game survival horror yang mampu membuat Anda menang dengan sekedar melemparkan peluru secara membabi buta, Dead Space selalu menuntut Anda untuk bertindak lebih strategis, apalagi ketika Anda harus berhadapan dengan sang ras alien – Necromorph. Mutilasi untuk memperlambat gerakan dan meminimalisir ancaman yang ada tetap menjadi strategi yang paling mumpuni. Bagian terbaik? Anda tetap harus menghancurkan setiap mayat yang ada dengan injakan brutal, baik untuk mendapatkan loot ekstra, atau sekedar mencegah setiap mayat ini hidup kembali karena jenis Necromorph yang lain.

Walaupun demikian, Dead Space 3 tetap menawarkan sesuatu yang baru, desain ancaman yang berbeda dibandingkan seri-seri sebelumnya. Tidak hanya harus berhadapan dengan para Necromorph, Anda kini juga harus berhadapan dengan Inner Circle – sebuah kelompok radikal bersenjata dari Unitologis. Dengan menggunakan senjata api dan bomb statis yang mampu memperlambat gerak Anda secara drastis, Inner Circle memang menjadi ancaman tersendiri. Untungnya, damage yang mereka timbulkan tidaklah cukup signifikan untuk membuat Anda panik. Anda juga hanya tinggal “memutuskan” kaki mereka untuk dapat mengalahkannya.

Tidak lagi hanya berhadapan dengan para Necromorph, Isaac kini juga harus bertempur melawan pasukan khusus Inner Circle, yang notabene manusia dengan senjata api. Walaupun tergolong “pintar”, mereka tidak sulit untuk ditaklukkan. Anda hanya butuh memutilasi kepala atau kaki mereka.
Para Necromorph kini juga tampil lebih berbahaya. Mereka kini mampu bergerak lebih cepat dengan jumlah yang lebih masif. Sedikit saja lengah, maka tidak tertutup kemungkinan Anda akan terperangkap dan tewas.
EAT THAT!
Dari semua varian baru Necromorph yang ada, The Creeper boleh jadi yang paling menyebalkan. Walaupun mudah dibunuh, The Creeper datang dengan jumlah masif, dari segala arah, dan cepat. Butuh menjaga jarak untuk memastikan Anda tidak menerima damage yang sebenarnya tidak perlu terjadi.
Lantas bagaimana dengan sisi Necromorph sendiri? Selain menghadirkan varian dengan kemampuan serang  dan sifat yang berbeda-beda, para Necromorph kini juga hadir dengan kecepatan gerak yang jauh lebih tinggi, menjadikannya sebagai ancaman yang lebih fatal. Tidak bergerak normal, mereka kini bisa “berlari” dalam waktu yang singkat. Sedikit saja lengah, maka Anda harus berkutat dengan kerumuman para alien pemakan daging yang siap untuk memangsa diri Anda secepat mungkin, apalagi ketika Anda harus berhadapan dengan varian baru yang cepat dan masif – The Creeper. Tidak hanya lebih cepat dan banyak, para Necromorph di Dead Space 3 juga akan menyerang Anda dari berbagai posisi dan tempat, bahkan dari blind spot yang tidak pernah Anda perkirakan sebelumnya. Untuk memimalisir ancaman, kewaspadaan penuh memang dibutuhkan. Tidak perlu diragukan lagi, ancaman terbaru ini akan membuat adrenalin Anda terpompa secara konstan selama menjajaki peran sebagai Isaac Clarke ini.

Ada beberapa perubahan mekanisme kecil yang juga disuntikkan untuk seri ketiga ini, antara lain konsep Ammo Clip yang kini bisa digunakan secara universal. Berbeda dengan dua seri sebelumnya yang membedakan jenis ammo untuk setiap senjata yang ada, Dead Space 3 memadatkannya hanya dalam satu jenis – Ammo Clip. Terlepas dari paket yang Anda dapatkan, setiap penggunaan jenis senjata akan mengkonsumsi jumlah ammo dalam jumlah yang unik pula. Konsep seperti ini tentu saja akan membuat stok ammo yang Anda dapatkan sepanjang permainan akan cukup untuk memenuhi kebutuhan Anda untuk bertahan hidup. Tentu saja jika Anda memanfaatkannya secara efektif, memutilasi dengan efektif dan efisien. Bagaimana jika ammo Anda habis ketika sedang terdesak? Tenang saja, Anda masih dapat menggunakan Statis untuk memberhentikan musuh dan melarikan diri, atau sekedar menggunakan Kinesis untuk mengambil benda-benda berbahaya dan melemparkannya sebagai senjata.

Berbeda dengan seri sebelumnya yang memuat ammo khusus untuk setiap senjata, Dead Space 3 mengusung konsep ammo yang lebih universal. Ammo Clip dapat digunakan untuk semua senjata, tentu dengan tingkat konsumsi yang berbeda pula.
Visceral harus diakui berhasil membangun dunia yang luar biasa untuk Dead Space 3, menghasilkan landscape yang tidak pernah gagal memukau mata. Lihat saja setting yang Anda temukan ketika bertemu dengan misi eksplorasi luar angkasa di awal-awal permainan.
Apa yang membuat Dead Space begitu menyeramkan di masa lalu? Kegelapan, kesunyian, dan berbagai kejutan yang mungkin akan membuat penderita sakit jantung berakhir di rumah sakit. Sebuah apresiasi tinggi untuk tetap mempertahankannya di seri ketiga ini.
Tidak hanya tampil memesona di sisi action, Dead Space 3 juga tampil luar biasa lewat sisi eksplorasi yang ada. Memang ada sedikit rasa pesimis di awal ketika Visceral dan EA mengumumkan bahwa Tau Volantis, sebuah planet es akan menjadi setting utama untuk seri ketiga ini. Kekhawatiran tidak akan mendapatkan sensasi luar angkasa yang sama seperti dua seri sebelumnya seolah sirna begitu saja ketika progress permainan mulai berjalan. Dalam perjalanan mencari Ellie, Anda masih akan disuguhkan dengan setting Dead Space yang selama ini kita kenal, bahkan dengan built yang jauh lebih memanjakan mata. Terbang di luar angkasa, bergerak dari satu kapal luar angkasa ke yang lainnya dalam reruntuhan yang masif menghasilkan pengalaman yang luar biasa. Setting Machine yang selama ini diasosiasikan dengan The Marker juga dibangun dengan detail yang luar biasa, kelam, gelap, dan mencekam. Sementara Volantis memperlihatkan lingkungan dingin yang juga tidak kalah brutal, dengan badai salju yang terus menerpa. Ini menjadi salah satu elemen yang kian memperkuat atmosfer yang ada.

Untuk kesekian kalinya pulalah, tim yang bertanggung jawab atas sound effect dan background music franchise Dead Space, terutama seri ketiga ini pantas untuk mendapatkan apresiasi tertinggi. Ketepatan untuk menyuntikkan suara,  meninggalkan kesunyian, dan mengejutkan Anda di momen-momen tertentu berhasil dieksekusi dengan sangat baik. Mempertahankan unsur horror dalam lingkup action yang juga kental.

Lebih Sempurna Dengan Multiplayer Co-Op

Visceral mengadaptasikan mode multiplayer kooperatif untuk pertama kalinya di Dead Space 3. Berperan sebagai Carver, mode ini tidak hanya memungkinkan Anda untuk bekerja sama, tetapi juga menyelami konflik yang lebih dalam di sisi Carver.
Mode co-op juga memuat beberapa konten eksklusif, termasuk side mission yang hanya bisa diakses lewat mode tersebut.
Well, it takes two to tango, but you can always dance like crazy on your own..
Salah satu nilai jual yang tidak mungkin dilepaskan dari Dead Space 3 adalah keputusan Visceral Games untuk menyuntikkan mode multiplayer kooperatif ke dalamnya. Mendatangkan karakter baru – Carver sebagai karakter kedua dengan konflik personalnya sendiri, Visceral harus diakui berhasil mengadaptasikan mode kooperatif yang pantas untuk diacungi jempol. Tidak hanya sekedar bertarung bersama, kerjasama ini menghadirkan perspektif lain terhadap konflik utama yang sedang dihadapi oleh Isaac, menciptakan cut-scene baru untuk beberapa event yang ada, serta memberikan kesempatan untuk menjajal beragam misi yang memang didesain khusus untuknya. Untuk menjajalnya, Anda tentu saja harus memiliki Dead Space 3 versi original. Apakah ini kehadiran mode yang satu ini menjadi malapetaka fatal bagi gamer bajakan? Mode multiplayer ini memang menawarkan pengalaman Dead Space 3 yang lebih sempurna, namun tidak esensial. Anda masih dapat menikmati game ini dengan sangat baik, hanya dari single playernya sendiri.


Racik dan Bangun Senjata Anda Sendiri!

Prepare for your doom, Necromorph!
Masih ingatkah Anda dengan konsep Power Nodes yang menghiasi dua seri Dead Space sebelumnya? Item kecil super penting yang satu ini memang memungkinkan Anda untuk memperkuat senjata dan armor dengan mekanisme yang super sederhana, seperti layaknya sebuah sistem skil di game-game RPG. Anda hanya tinggal memilih atribut, mengikuti jalur, dan memperkuat semua hal yang Anda inginkan. Sementara untuk item, peluru, dan beberapa item penting lainnya, Anda bisa menggunakan credit yang Anda dapatkan untuk dibelanjakan secara langsung. Sebuah sistem yang akhirnya dirombak besar-besaran oleh Visceral untuk Dead Space 3, menghasilkan sebuah mekanisme baru yang lebih kompleks dan menarik. Selamat datang di dunia Crafting!

Tidak lagi sekedar memilih dan membeli, Anda kini harus membangun senjata dan upgrade armor yang Anda gunakan. Seperti layaknya sistem crafting yang biasa Anda temukan di game RPG, setiap senjata dan upgrade armor kini akan membutuhkan komponen spesifik tertentu untuk dapat dibangun dan dieksekusi. Komponen-komponen ini dapat Anda temukan dengan beberapa cara: mendapatkannya sebagai loot dari Necromorph maupun Inner Circle yang berhasil Anda tundukkan, sebagai bayaran dari menjual item tertentu, hingga dari mekanisme scavenger bots yang dapat Anda tugaskan di titik-titik khusus untuk mengumpulkan resource dalam waktu terbatas. Semua tindakan ini akan membantu Anda mengumpulkan komponen yang Anda perlukan untuk meracik dan membangun semua hal yang Anda butuhkan, dari sekedar senjata, item, hingga penguatan armor.

Tidak lagi mengusung mekanisme sederhana dengan Power Node, Anda kini harus mengumpulkan serangkaian komponen spesifik sebelum mampu memperkuat senjata dan armor, atau bahkan menciptakan item tertentu. Sistem shop dinihilkan dari seri ketiga ini.
Ada beberapa cara untuk mendapatkan loot komponen, dari membunuh musuh, menjual item, hingga menugaskan scavenger bot Anda untuk mencarinya di tempat-tempat khusus.
Butuh memperkuat armor? Pastikan Anda memiliki komponen dalam kuantitas yang dibutuhkan.
Namun salah satu elemen yang mendapatkan konsekuensi paling ekstrim dari sistem crafting ini tentu saja adalah benching senjata yang dulunya tampil sangat sederhana. Hilangnya sistem shop yang memungkinkan Anda untuk sekedar membeli kini digantikan dengan sistem membangun. Dengan komponen dasar yang ada, Anda bisa membangun sebuah senjata dari dasar, baik berdasarkan kreasi sendiri maupun didasarkan pada blue print yang ada. Menetapkan frame, upper tool, lower tool, core, hingga ujung senjata akan menghadirkan efek yang berbeda-beda satu sama lain. Pada dasarnya, Anda bisa menciptakan sebuah senjata dengan dua ujung dan efek yang berbeda-beda kali ini. Sebuah Contact Beam dengan Plasma Cutter di bawah atau sebuah Javelin Gun dengan Rifle? Why not!

Salah satu implikasi paling krusial dari sistem crafting ini adalah kebebasan untuk menciptakan senjata dalam bentuk yang Anda inginkan. Dipecah ke dalam part, Anda bisa membangun senjata beradasarkan kreativitas ataupun blueprint yang ada.
Tidak hanya sekedar membangun, Anda juga dapat memperkuat senjata racikan Anda dengan buff-buff permanen tertentu, baik menggunakan circuit yang akan memperkuat status maupun beberapa aksesoris yang akan menghasilkan efek tertentu.
Sudah membangun senjata yang Anda inginkan? It’s time to test it on Necromorph! Pastikan Anda menggunakan senjata yang memang cocok dengan gaya bermain Anda.
Tidak hanya sekedar membangun, Anda juga dapat memperkuat senjata yang sudah Anda bangun dengan dua cara: Anda bisa menyuntikkan beragam circuit yang Anda dapatkan di sepanjang permainan untuk memberikan buff-buff spesifik secara permanen, atau Anda dapat menyuntikkan dua aksesoris tambahan yang dapat memberikan efek tertentu kepada senjata yang Anda gunakan. Salah satu favorit kami? Menyuntikkan teknologi statis-coating yang memungkinkan senjata Anda untuk menimbulkan sedikit efek Statis pada target yang sedang Anda buru. Memaksimalkannya dengan upgrade armor yang memungkinkan efek statis berlangsung lebih lama dan efektif? You just got yourself the deadliest weapon in the game, apalagi jika Anda berfokus untuk memaksimalkan damage Plasma Cutter Anda hingga batas sejajar dengan sebuah Contact Beam.

Kini Dengan Side Mission

Tidak lagi berjalan linear, Isaac akan menemui beberapa side mission di bar “Optional Mission” yang sayang untuk dilewatkan. Misi sampingan ini biasanya menawarkan reward krusial, dari sekedar komponen crafting hingga part senjata yang langka.
Bingung harus bagaimana menyelesaikan side mission ini? Anda hanya tinggal memilihnya dari opsi dan tracker Anda akan secara otomatis mengarahkan Anda pada objektif yang perlu dilakukan.
Perjalanan Isaac untuk mencari dan membongkar misteri yang menyelimuti kehadiran The Markers kini jauh lebih kompleks dari sebelumnya. Usaha untuk memecahkan kebuntuan dari pemanfaatan teknologi alien yang satu ini tidak lagi berfokus pada sebuah jalan cerita linear yang seperti dua seri sebelumnya, tetapi juga memuat beragam side mission yang terlalu sayang untuk dilewatkan. Pada beberapa titik dalam permainan, sebuah UI akan muncul dan mengindikasikan kehadiran side mission yang dapat Anda pilih. Dengan memilihnya dari menu yang ada, tracker Anda secara otomatis akan mengarahkan Anda pada misi tersebut dan hal apa saja yang diperlukan untuk menyelesaikannya. Mengapa setiap side mission ini begitu berharga? Selain menawarkan kesempatan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih lengkap terhadap semesta Dead Space, ia juga akan memberikan reward berharga di ujungnya, dari sekedar komponen hingga blue print ynag terlalu sayang untuk dilewatkan.

Kesimpulan

Dead Space 3 tetap harus diakui sebagai sebuah seri sekuel yang pantas untuk diacungi jempol. Menggabungkan beberapa mekanisme baru dan lama dalam porsi yang proporsional, menciptakan sebuah game action yang akan mampu memompa adrenalin Anda secara konstan lewat pengalaman intens yang terus mengemuka. Dead Space 3 menawarkan sensasi sebuah game action-thriller yang sudah lama tidak mampu ditawarkan oleh game-game lain di industri ini. Super awesome!

Luar biasa, dengan pengalaman yang senantiasa memaksa adrenalin Anda untuk berpacu kencang dan tak kenal lelah lewat serangkaian sisi aksi yang kian intens, tampaknya menjadi kesimpulan yang pantas untuk disandangkan pada seri terbaru Dead Space 3 ini. Terlepas dari pergerakan plotnya yang mungkin terasa lambat dan beberapa perubahan yang mungkin akan membuat beberapa fans setia merasa sedikit canggung di awal permainan, pengalaman Dead Space 3 akan membaik seiring progress permainan yang Anda lewati. Perlahan namun pasti, Anda akan menemukan sebuah seri yang tetap bertahan pada identitas awal yang membuatnya begitu dicintai di masa lalu, tetapi juga mampu “disegarkan” dengan penambahan elemen yang menghasilkan pengalaman yang lebih baik. Walaupun harus diakui bahwa kesan horror Dead Space 3 sedikit tergerus karena sisi aksinya, namun sinergi beberapa elemen kecil seperti sound effect dan music masih cukup kuat untuk membuat Anda terus tegang dan terkejut selama menjajalnya. Apalagi dengan varian dan kecepatan Necromorph yang kian mengancam.

Apakah berarti Dead Space 3 ini datang tanpa kekurangan? Sayangnya, ada beberapa hal yang cukup untuk diperhatikan dan sayangnya, cukup mempengaruhi sensasi yang ada. Salah satu yang mengecewakan adalah keputusan Visceral untuk mengadaptasikan bumbu cerita cinta romantis ala remaja di sisi Isaac – Ellie – Norton yang tengah sibuk menyelamatkan semesta dan menguak misteri The Markers. Ini tentu saja berbeda dengan kisah cinta kelam Isaac dan halusinasinya yang menyeramkan di kedua seri sebelumnya, yang memang meninggalkan kesan horror tersendiri. Elemen lain yang juga disayangkan adalah minimnya kreativitas Visceral untuk menciptakan dramatisasi di sisi cerita sehingga meninggalkan kesan repititif yang begitu kentara. Anda akan bertemu dengan skenario yang sama berulang-ulang: Isaac yang tengah bertempur, bertemu dengan anggota tim lain, terjadi ledakan besar / kehadiran monster besar, Isaac terpisah, mencari cara untuk kembali bertemu, bertemu kembali, bertempur bersama, terpisah kembali, mencari jalan kembali, dan begitu seterusnya. Minimnya kreativitas untuk menciptakan dramatisasi yang tepat membuatnya mudah untuk diprediksi, terlepas dari sisi plot yang memang pantas untuk diacungi jempol.

Namun terlepas dari kekurangan yang ada, Dead Space 3 tetap harus diakui sebagai sebuah seri sekuel yang pantas untuk diacungi jempol. Menggabungkan beberapa mekanisme baru dan lama dalam porsi yang proporsional, menciptakan sebuah game action yang akan mampu memompa adrenalin Anda secara konstan lewat pengalaman intens yang terus mengemuka. Dead Space 3 menawarkan sensasi sebuah game action-thriller yang sudah lama tidak mampu ditawarkan oleh game-game lain di industri ini. Super awesome!

Kelebihan

Desain lingkungan dan visualisasi yang jauh lebih baik menyempurnakan keseluruhan pengalaman yang ditawarkan oleh Dead Space 3.
  • Visualisasi yang lebih baik
  • Desain lingkungan yang mampu memperkuat atmosfer yang ada
  • Mekanisme crafting yang inovatif
  • Kesempatan untuk menjalani side mission
  • Mode multiplayer co-op jempolan
  • Sound effect dan music yang baik
  • Plot
  • Variasi suit yang ditawarkan

Kelemahan

Unnecessary romance, seriously!
  • Kisah cinta ala remaja antara Isaac – Ellie – Norton
  • Dramatisasi yang kurang variatif dan mudah untuk ditebak
Cocok untuk gamer: penggemar survival-horror, fans setia Dead Space 3, pencinta game action intens
Tidak cocok untuk gamer: penakut dan penderita sakit jantung



sumber : http://jagatplay.com/2013/02/xbox/review-dead-space-3-pompa-adrenalin-yang-jauh-lebih-intens/

[spec] Tomb Raider 2013 Survivor



Tomb Raider (2013)
Publisher: Square Enix
Developer: Crystal Dynamics

Minimum System Requirements
OS: Windows XP/Vista/7/8
Processor: Intel Core 2 Duo @ 1.8 Ghz / AMD Athlon 64 X2 4000+
Memory: 2 Gb
Video Memory: 512 Mb
Video Card: nVidia GeForce 8600 / ATI Radeon HD 2600
Sound Card: DirectX Compatible
DirectX: 9.0c
Keyboard
Mouse
DVD Rom Drive

Recommended System Requirements
OS: Windows Vista/7/8
Processor: Intel Core i5 @ 2.66 GHz / AMD Phenom II X2 @ 3.4 GHz
Memory: 4 Gb
Video Memory: 1 Gb
Video Card: nVidia GeForce GTX 480 / ATI Radeon HD 4870
Sound Card: DirectX Compatible
DirectX: 11
Keyboard
Mouse
DVD Rom Drive

[gameplay] Tomb Raider 2013 Survivor

Download video di bawah untuk melihat gameplay dari game ini

GamePlay

 

[review] Tomb Raider 2013 : Survivor

y Pladidus Santoso
March 14, 2013   ·   
 
 

Penolakan, kekhawatiran, dan ketakutan memang menjadi sebuah reaksi yang normal ketika berhadapan sebuah langkah ekstrim untuk merombak sesuatu yang sudah begitu familiar dan melekat. Kondisi seperti inilah yang tampaknya paling tepat untuk menggambarkan apa yang tengah terjadi di industri game saat ini. Tidak hanya sekedar melakukan HD Remake untuk membantu game-game lawas tampil maksimal dalam definisi tinggi, para publisher mulai mencari cara untuk menghidupkan kembali franchise mereka yang kian tenggelam. Salah satu cara yang dihitung paling rasional? Tentu saja dengan melakukan sebuah reboot, tidak hanya membangun sebuah franchise yang sudah mapan dari awal, tetapi juga merombak mekanisme gameplay dan beragam elemen yang dulu identik dengannya. Inilah yang berusaha dilakukan Crystal Dynamics dengan proyek terbaru mereka – Tomb Raider.

Anda yang sudah membaca preview kami sebelumnya tentu saja sudah mendapatkan sedikit gambaran apa yang ditawarkan oleh seri reboot yang satu ini. Alih-alih berperan sebagai sosok ikonik Lara Croft yang sudah mahir berpetualang, Crystal Dynamics membawa Anda menuju sang akar yang belum pernah tersentuh sebelumnya. Tomb Raider versi reboot ini membawa petualangan pertama sang Croft muda dengan kisah, tragedi, dan kepiluan yang membentuknya menjadi seorang karakter heroine yang selama ini dikenal oleh para gamer. Mereka juga merombak mekanisme gameplay yang ada untuk beradaptasi dengan perkembangan teknologi dan tren gaming saat ini. Lantas apakah formula ini berhasil? Anda yang sempat pesimis dan skeptis akan cukup terkejut dengan hasil yang berhasil dicapai oleh Square Enix dan Crystal Dynamics.

Lantas apa yang sebenarnya ditawarkan oleh seri reboot Tomb Raider ini? Mengapa kami menyebutnya sebagai petualangan Lara Croft dengan sensasi yang benar-benar berbeda? Review ini akan mengupasnya lebih dalam.

Plot

Anda akan berperan sebagai Lara Croft muda, yang menjalani petualangan besarnya yang pertama. Petualangan yang membentuknya menjadi karakter yang selama ini kita kenal.
Menyandang nama Croft seperti sang ayah, Lara Croft muda tampaknya tidak bisa melepaskan diri dari hasratnya untuk berpetualang dan mencari jawaban atas beragam misteri yang ada. Petualangan pertamanya dimulai dari ekspedisi untuk mencari kebenaran dari legenda sebuah kerajaan kuno di sekitaran wilayah Jepang – Yamatai dan sang ratu – Himiko, sang ratu matahari yang diyakini memiliki kemampuan magis tertentu. Dengan sebuah kapal besar bernama – Endurance, Lara Croft ditemani oleh sebuah tim besar dengan perannya masing-masing, termasuk Roth sang guru dan Sam – teman terbaiknya. Mereka mencurigai Yamatai berada di sekitar Dragon’s Triangle, sebuah area laut yang selalu dipenuhi badai dan memakan banyak korban kapal dan pesawat terbang. Dengan penuh keberanian, Endurance bergerak menuju sang pusat. Benar saja, badai ini ternyata bukanlah sebuah lawan yang bisa dianggap enteng. Endurance hancur berantakan, melempar Lara Croft dan sisa krunya ke sebuah pulau asing yang tidak mereka kenal. Sebuah pulau penuh dengan atmosfer mistis, kematian, dan tragedi.

Berusaha menyelidiki sebuah pulau legendaris – Yamatai, badai justru merenggut kapal ekspeidisi Croft – Endurance dan membuat semua krunya terdampar, termasuk Lara.
Terdampar bersama kru-nya yang lain, Lara harus mencari cara untuk dapat keluar dari Yamatai – sebuah pulau terkutuk penuh kejadian supranatural.
Terdampar dan diculik, Lara menemukan dirinya tergantung di dalam sebuah gua dengan sebuah ritual yang mengerikan. Hampir menjadi korban, ia berhasil melarikan diri dan kini jatuh pada satu tugas sederhana, berusaha bertahan hidup seorang diri. Ia mulai belajar berburu untuk mencari makan dan membuat api untuk membuat tubuhnya tetap hangat di tengah terpaan badai yang seolah tidak bertahan diri.  Mencari teman-temannya yang tersebar di seluruh pula, Lara akhirnya bertemu dengan sang teman baik – Sam yang juga berhasil selamat, ditemani oleh seorang pria tua misterius yang memperkenalkan dirinya sebagai Mathias. Dipenuhi rasa lega, Lara kecolongan. Di kala dirinya tidak sadarkan diri, ia justru menemukan Sam menghilang dari pandangan. Usahanya untuk menemukan Sam justru membuat Lara jatuh ke dalam tragedi yang lebih dalam. Berhadapan dengan para pasukan bersenjata yang berada di bawah komando Mathias, Lara yang masih lemah hampir diperkosa oleh sang pemimpin. Dan untuk pertama kalinya, Lara Croft harus mengakhiri nyawa seorang manusia, untuk mempertahankan diri.

Sejak awal kemunculannya, sosok pria misterius yang memperkenalkan dirinya sebagai Mathias – tampaknya memiliki agenda misterius terhadap Sam – sahabat terbaik Lara.
Perjalanan untuk menolong Sam membawa Lara pada sebuah petualangan yang tidak pernah ia harapkan. Untuk pertama kalinya jugalah, ia harus mengakhiri nyawa manusia. Manusia yang berusaha untuk memperkosanya.
Lara menemukan bahwa jawaban untuk keluar dari Yamatai terletak pada sosok sang Ratu legendaris – Himiko dan legenda yang mengikatnya.
Setelah mengetahui identitas sang pulau yang diyakini benar merupakan Yamatai, Lara dan timnya yang lain berusaha mencari cara untuk menyelamatkan diri keluar dari pulau. Namun apa yang terjadi? Badai yang mengelilingi pulau ini seolah menjadi perisai yang tidak memungkinkan siapapun untuk masuk dan keluar. Kekuatan mistis kental dan petir yang terus menyambar membuat bala bantuan yang seharusnya datang menyelamatkan, berakhir menjadi korban. Pertempuran terus terjadi untuk mencari jawaban di balik misteri ini. Tidak hanya harus membunuh, Lara juga harus berhadapan dengan kepiluan melihat orang-orang yang ia kasihi juga menjadi korban. Kesedihan terus mendorongnya untuk mencari jalan keluar demi mereka yang berhasil mempertahankan diri. Jawabannya pun terletak pada satu sosok – sang legenda, Ratu Himiko yang dipercaya menjadi kunci sentral dari semua misteri yang ada, termasuk badai konstan yang membuat semua orang terperangkap. Namun perjalanan Lara tidak pernah mudah. Selain pasukan Mathias, ia juga harus berhadapan dengan ancaman lain yang jauh lebih mengerikan. Sebuah ancaman yang lahir dari masa lalu dan tetap bertahan, bahkan hingga masa hidup Lara saat ini.

Perjalanan penuh tragedi dan darah untuk mencari jawaban misteri Yamatai pun dimulai.
What the…..
Lantas siapa sebenarnya sosok Mathias? Mengapa ia begitu tertarik pada sosok Sam dan berusaha menculiknya? Kekuatan seperti apa yang sebenarnya dimiliki oleh Himiko? Mampukah Lara dan sisa krunya keluar dari Yamatai? Tragedi seperti apa lagi yang harus dipikul oleh sosok muda yang satu ini? Semua jawaban dari pertanyaan ini bisa Anda temukan  dengan memainkan Tomb Raider reboot ini.

Lara Croft dengan Sensasi Baru

I am not the same Lara Croft that you used to know..
Menyebut nama Lara Croft dan franchise yang ia sandang – Tomb Raider, maka sebagian besar gamer lawas yang familiar dengan seri-seri awalnya mungkin akan langsung mengasosiasikan nama ini dengan salah satu game platformer tersulit yang pernah ada di industri game. Tomb Raider memang identik dengan sebuah game penuh lompatan sulit, puzzle yang akan dengan cepat membuat mata Anda berkunang-kunang, serta pertarungan melawan berbagai ancaman yang butuh perhitungan. Dengan dual-wielding pistol-nya, Lara Croft tidak hanya menjelma menjadi karakter wanita penuh sensualitas, tetapi juga ikon yang merepresentasikan sebuah franchise dengan tingkat kesulitan yang menantang. Ada kebanggaan tersendiri begitu Anda berhasil menyelesaikannya. Semua identitas ini dibongkar dan diluluhlantakkan oleh Crystal Dynamics, yang membangun seri reboot Tomb Raider dengan cita rasa yang benar-benar baru.

Sebelum kita terlibat lebih jauh, perlu diingat bahwa skill bertahan hidup, bertarung, dan menggunakan senjata Lara Croft muda ini bukanlah sesuatu ia dapatkan secara instan di Yamatai. Di beberapa percakapan dan monolog yang ada, Croft sudah memiliki dasar lewat latihan intensifnya dengan sang guru – Roth. Oleh karena itu, terlepas dari minimnya pengalaman  Lara berhadapan dengan beragam ancaman yang siap untuk merenggut nyawanya kapan pun, tidak perlu diragukan ia mampu menangani beragam senjata, perjalanan yang membutuhkan kemampuan fisik, dan keberanian.

Jangan bingung dengan kehandalan Lara untuk menggunakan senjata dan kecekatan fisiknya. Lewat monolog dan percakapan yang ada, Lara sendiri sudah dibekali dengan kemampuan bertahan hidup dari sang guru – Roth.
Animasi gerak yang disuntikkan oleh Crystal Dynamics begitu mengalir dan dinamis. Ia akan secara otomatis berada dalam mode cover ketika bergerak mendekati dinding terdekat.
Tidak hanya kamera yang berjalan sinematik, Anda juga akan dilibatkan dalam beberapa QTE dan dramatisasi cerita yang memang harus diakui, berhasil membuat atmosfer gameplay intens.
Berbeda dengan game Tomb Raider selama ini, seri reboot ini memang mengikuti tren sebagian besar game action bertema sama yang hadir di pasaran, terlebih lagi franchise Naughty Dog – Uncharted. Kamera akan berjalan dengan sisi yang sangat sinematik dan penuh dramatisasi, memastikan gamer untuk dapat melihat dengan jelas gerak Lara dan termasuk arah utama yang seharusnya ia ambil. Ini tentu saja menjadi formula yang tepat untuk menawarkan sisi eksplorasi yang memanjakan mata. Gerak Lara Croft sendiri dibangun dengan animasi yang mengalir dan dinamis, dengan gerak yang akan bertransformasi dengan cepat ketika sedang berada dalam siaga tarung, berlindung di balik tembok, atau sekedar berjalan mengeksplorasi setiap area yang ada. Lara masih bisa melompat tinggi, memanjat, dan tentu saja menggunakan obornya, tidak hanya untuk menerangi area yang gelap, tetapi juga beberapa puzzle yang ada.

Lantas bagaimana dengan sisi actionnya sendiri? Tidak ada yang berbeda dibandingkan dengan game-game action pada umumnya. Croft akan dibekali dengan empat senjata utama: panah, shotgun, machine gun, dan pistol. Setiap senjata ini juga akan dibekali dengan mode tembak alternatif untuk beradaptasi dengan beberapa situasi, seperti machine gun dengan grenade launcher, ataupun shotgun yang mampu melontarkan peluru yang lebih terpusat. Panah yang tengah menjadi tren tentu saja menjadi jawaban ketika Anda berusaha untuk menghabisi para prajurit Mathias secara stealth. Sementara tiga senjata lainnya dapat diandalkan ketika Lara terjebak dalam konflik terbuka dengan desingan peluru yang terus meluncur. Berhadapan dengan granat dengan serangan melee, Lara juga dibekali dengan kemampuan untuk menghindar dengan cepat. Seiring dengan progress permainan, kemampuan ini akan bertransformasi menjadi sebuah bentuk counter yang bisa dibarengi dengan instant kill. Sementara untuk Anda yang terobsesi untuk bermain secara stealth, tidak hanya panah, Anda juga menghabisi setiap musuh dari belakang.

Layaknya sebuah game action third-person shooter yang ada, Lara tentu saja dibekali dengan empat jenis senjata utama untuk menetralisir setiap ancaman yang ada.
Seiring dengan progress permainan yang ada, Lara juga dimungkinkan untuk melakukan beragam gerakan eksekusi yang menjamin instant kill.
Obor dengan pemantik ini akan memainkan peranan yang sangat krusial.
Lara Croft juga akan dibekali dengan beragam perlengkapan untuk memperkuat sisi eksplorasi yang ada. Ia tidak mungkin hanya dapat bertahan hidup dan bergerak dengan hanya sekedar berlari, memanjat, dan melompat. Ada pike yang akan membantu Anda tidak hanya membuka beragam peti dan pintu yang ada, tetapi juga memanjat daerah berbatuan untuk menuju ke tempat yang lebih tinggi. Ada panah dengan tali untuk bergerak lintas area dengan cepat, apalagi dengan katrol yang bisa Anda dapatkan seiring dengan progress permainan. Namun yang paling penting di antara semua itu? Sebuah obor dengan pemantik yang akan menjadi kunci untuk sebagian besar puzzle yang Anda temukan. Puzzle? Benar sekali, Lara tidak hanya harus mengandalkan fisik, tetapi juga kemampuan nalar otaknya. Jangan panik, Anda tidak akan berhadapan dengan puzzle ala Tomb Raider lawas yang mengundang frustrasi. Puzzle di Tomb Raider reboot ini memang terhitung jauh lebih sederhana dan dapat diselesaikan jika Anda menemukan hubungan antara para elemen yang ada. Tidak perlu takut terlebih dahulu.

Lara juga akan dibekali dengan sejumlah perlengkapan untuk membantunya menyelesaikan beberapa rintangan yang ada, termasuk menyelesaikan puzzle yang tetap dihadirkan di seri reboot ini.
Walaupun mengusung satu garis cerita yang linear, Anda tetap memiliki kebebasan untuk mengeksplorasi sudut Yamatai sesuka hati. Ada sejumlah side mission dalam bentuk harta karun, makam, dan berbagai artifak yang bisa Anda temukan.
Tenang saja, sebuah peta akan disediakan untuk membantu Anda melacak beragam area penting yang pantas untuk dilirik.
Berbeda dengan seri-seri sebelumnya, Tomb Raider reboot ini boleh dikategorikan sebagai sebuah game open-world. Walaupun cerita akan membawa Anda pada satu jalur gerak tertentu, namun Anda selalu punya kebebasan untuk mengeksplorasi sudut pulau Yamatai yang lain, apalagi dengan kehadiran fungsi fast travel yang ada. Percayalah, Yamatai memiliki segudang misteri dan side mission untuk Anda selesaikan. Selain mencari artifak dan harta karun yang bertebaran, ada beberapa harta karun dalam makam yang bisa Anda invasi untuk mengukuhkan identitas Anda sebagai “The Tomb Raider”. Lara juga akan dibekali dengan sebuah peta yang terus ter-update untuk mengetahui point of interest apa saja yang berada di sekitar keberadaan Anda. Keuntungannya? Anda berkesempatan untuk membuka part senjata dan salvage points dalam kuantitas yang cukup besar. Untuk apa kedua elemen ini? Kita akan membahasnya di part selanjutnya.

Melihat Sang Karakter Ikonik Tumbuh

Api unggun yang akan Anda temukan di sepanjang permainan tidak hanya akan menjadi basis fast travel Anda, tetapi juga tempat untuk mempersenjatai Lara dengan kemampuan dan senjata yang lebih kuat.
Crystal Dynamics memang harus diakui berhasil menciptakan keterikatan emosional yang kuat lewat tema Lara Croft muda yang diusungnya di seri reboot ini. Alih-alih memainkan sosok Lara yang sudah mapan dan tangguh, Anda akan terlibat dalam petualangan pertamanya yang rapuh dan penuh rintangan. Tidak hanya itu saja, Anda juga berkesempatan untuk berperan besar dan menjadikannya tumbuh lebih kuat dan mematikan. Semua berkat sistem skill dan weapon upgrade yang disuntikkan Crystal Dynamic ke dalamnya.

Ada dua elemen penting di Tomb Raider reboot ini: experience points dan salvage points. Exp points akan memberikan skill points ketika terakumulasi dalam jumlah tertentu, sementara salvage memungkinkan Anda untuk memperkuat senjata yang ada. Ada banyak cara untuk mendapatkan kedua poin ini, dari membunuh, menghancurkan peti, mencari harta karun dan efektif, hingga manjarah makam tertentu.
Selama mengeksplorasi luasnya pulau Yamatai, mencari harta karun, sekedar berburu, melakukan loot pada mayat musuh yang berhasil Anda bunuh, atau menjarah makan rahasia yang Anda temukan, Lara akan mendapatkan sejumlah salvage points dan Exp Points yang terus terakumulasi. Seperti halnya intergrasi serupa yang dilakukan oleh game lain, experience points yang terkumpul dalam jumlah yang cukup akan memberikan Anda skill points yang dapat didistribusikan untuk skill-skill tertentu yang ada, dari membuat Lara lebih tahan serangan, melakukan instant kill dengan beragam senjata, hingga menampung amunisi senjata lebih banyak. Sementara itu, salvage points memainkan peranan krusial di sisi equipment.

Salah satu skill yang dapat Anda ambil.
Menggunakan panah dan bermain secara stealth memang seru, namun bukan berarti Anda bisa melupakan senjata lainnya.
Di sisi senjata, eksplorasi yang Anda lakukan akan memberikan dua keuntungan utama: Salvage points dan part. Mengumpulkan part dalam jumlah tertentu berarti memberikan kesempatan bagi senjata Anda untuk dimodifikasi menjadi bentuk lebih kuat yang menawarkan fitur yang lebih beragam. Di sinilah, salvage points berperan, untuk membuka beragam fungsi dan fitur senjata yang sudah ada. Anda bisa memperkuat tarikan sang busur untuk membuat panah Anda dapat menembus beragam armor, menjadikan shotgun Anda memiliki alternatif fungsi tembak, atau sekedar membuat akurasi machine gun Anda lebih dapat diandalkan. Kedua hal ini tentu saja saling mempengaruhi. Namun perlu diingat, panah bukanlah jawaban untuk semua ancaman yang akan Anda hadapi sehingga Anda juga perlu berfokus untuk memperkuat senjata yang lain.

Lewat berbagai skill dan senjata yang ada, Anda akan melihat bagaimana sosok Lara tumbuh dari yang diburu menjadi pemburu handal.
Lewat dua fungsi ini, Anda akan melihat bagaimana Lara tumbuh dari seorang karakter yang lemah menjadi heroine ikonik yang tidak hanya sekedar bertahan hidup di Yamatai, namun berjuang untuk seesuatu yang menurutnya berharga.

Kekejaman ala Film Thriller

Salah satu hal yang pantas untuk diacungi jempol dari Crystal Dynamics? Keberanian mereka untuk menyuntikkan desain setting yang mengerikan lewat darah dan beragam potongan tubuh yang akan Anda temukan sepanjang perjalanan.
Mayat bergelimpangan dalam bentuk terpotong-potong? Tomb Raider ini tak ubahnya sebuah film thriller Hollywood.
Apakah Anda merupakan penggemar franchise Tomb Raider yang juga kebetulan merupakan pencinta film bergenre thriller? Anda suka dengan beragam perangkap dan kematian penuh darah, mutilasi, luka, dan brutal? Maka Tomb Raider reboot ini akan menjadi franchise yang Anda cintai. Apa pasal? Tidak ingin setengah-setengah, Crystal Dynamics memang terbilang efektif membuat gamer pencinta Lara Croft untuk mengalami lonjakan emosi terhadap sosok mudanya yang satu ini, tidak hanya dari sisi cerita dan ancaman yang harus ia hadapi, tetapi jugasemua  rasa sakit yang harus ia alami. Anda akan bertemu dengan Yamatai yang penuh darah dan potongan tubuh, apalagi ketika berhadapan dengan bala tentara Ratu Himiko – Stormguard.

No..no…Noooo..NOOOOOO…!!
Terlepas dari brutalnya sebagian besar kematian Lara yang ada, ini terbukti menjadi strategi yang efektif untuk memperkuat keterikatan emosional Anda dengan karakter ini. Anda akan berusaha untuk terus melindungi sosok Lara muda ini sehingga ia tidak perlu lagi harus menjalani kematian menyakitkan seperti ini. It works!
Tidak hanya dari segi setting yang penuh darah dan luka, beberapa adegan kematian yang harus dihadapi Lara ketika Anda kurang cekatan akan cukup untuk membuat keringat dingin meluncur dari tubuh Anda. Bagaimana tidak? Tidak ada yang ditutup-tutupi, Anda akan melihat bagaimana tubuh Lara tertusuk, tembus, terpotong, dan mengerang menuju kematiannya selama beberapa detik, penuh darah. Sebuah keputusan yang memang terhitung sangat berani namun berhasil membuat keterikatan emosional Anda dengan karakter ini menjadi sangat kuat. Ada keinginan untuk terus melindungi Lara Croft muda ini, untuk memastikan dirinya tidak mengalami kematian mengerikan yang sama berulang-ulang. We love her too much, to let her get through all the painful experience..

Nikmati TressFX – The Hair Porn!

TressFX – teknologi baru dari AMD dan Crystal Dynamic yang diciptakan untuk mensimulasikan gerak rambut yang lebih realistis.
Memang tidak dapat dipungkiri bahwa untuk sebuah game yang dirilis secara multiplatform, PC dengan spesifikasi perangkat yang lebih kuat tentu saja menawarkan performa yang jauh lebih maksimal. Ia tidak hanya menawarkan visualisasi yang lebih indah, tetapi juga framerate tinggi yang membuatnya jauh lebih nyaman untuk dimainkan. Namun untuk Tomb Raider reboot yang satu ini, versi PC mendapatkan satu ekstra fitur yang mungkin akan membuat para gamer konsol iri. Benar sekali, kita membicarakan teknologi gabungan antara AMD dan Crystal Dynamics yang mensimulasikan gerak rambut yang lebih realistis lewat TressFX hair. Lantas, bagaimana sebenarnya performa fitur terbaru yang satu ini?

Sayangnya, bagian yang terpengaruh oleh efek fitur ini hanyalah pada bagian kunciran Lara. Buktinya? Dengan posisi tergantung terbalik, hanya bagian kunciran saja yang terpengaruh gaya physics gravitasi, sementara bagian rambut yang lain tetap tertata rapi.
Terlepas dari klaim AMD bahwa rambut ini akan terpengaruh pada cuaca yang ada, bukti yang kami jajal justru membuktikan kebalikan. Berdiri dan mengarah pada sumber angin yang luar biasa kuat, kunciran Lara tidak terlihat terpengaruh sama sekali.
Bagaimana dengan efek air dan hujan? Selain bentuk yang lebih mengkilat, hampir tidak ada perbedaan yang signifikan.
Terlepas dari potensinya yang besar, Crystal Dynamics harus diakui belum memanfaatkan fitur TressFX ini dengan sempurna.
AMD sendiri sempat mengklaim bahwa TressFX akan mampu menampilkan rambut yang realistis, tidak hanya dari bentuk tetapi juga sifatnya ketika terlibat dalam berbagai kondisi yang ada, alias dengan fungsi physicsnya sendiri. AMD mengklaim bahwa ia berubah sifat ketika berhadapan dengan cuaca ekstrim Yamatai yang beragam, dari badai hingga angin yang super kencang. Atas dasar klaim inilah, kamibergerak menjajalnya. Hasilnya? Ternyata cukup mengecewakan. Terlepas dari bentuk terurainya yang membuat tampilan Lara Croft jauh lebih memanjakan mata, hanya bagian kuciran rambutnya saja yang bergerak secara aktif. Namun sayangnya, kuciran ini juga tidak terpengaruh pada cuaca untuk merepresentasikan kondisi yang lebih realistis. Kami menjajalnya melawan angin dan hujan, namun tidak ada perubahan gerak signifikan yang terjadi. Tidak berlebihan rasanya jika melihat TressFX sebagai sebuah fitur yang penuh potensi, namun belum tampil maksimal di seri Tomb Raider kali ini. Kami juga memberikan beragam screenshot untuk membantu Anda mendapatkan sedikit gambaran tentang apa yang kami bicarakan.

TressFX memang harus diakui membuat tampilan Lara lebih memanjakan mata, tidak lebih.
Lantas, apakah ini berarti Anda HARUS memainkan Tomb Raider di PC? Jika Anda mengagungkan kualitas visualisasi yang lebih baik, maka ini menjadi opsi yang rasional. Namun jika hanya ingin melihat dan menikmati sisi TressFX yang ada, Anda mungkin akan terpesona di awal pertama kali melihatnya, namun perlahan namun pasti, akan menemukan kekurangannya. Tentu saja, sekedar kosmetik rambut tidak akan berpengaruh pada keseluruhan pengalaman bermain yang ada.

Kesimpulan

Keberanian untuk melakukan reboot sebuah franchise yang sudah melekat kuat di hati gamer memang bukan pekerjaan yang mudah, namun Crystal Dynamics boleh dikatakan berhasil melakukan pekerjaan yang mengagumkan dengan Tomb Raider ini. Mengambil cerita petualangan awal Lara, Anda dibawa dalam sebuah perjalanan penuh tragedi, kepiluan, dan sebuah kisah yang berhasil membentuknya menjadi heroine yang selama ini kita kenal.
Keberanian untuk melakukan reboot sebuah franchise yang sudah melekat kuat di hati gamer memang bukan pekerjaan yang mudah, namun Crystal Dynamics boleh dikatakan berhasil melakukan pekerjaan yang mengagumkan dengan Tomb Raider ini. Mengambil cerita petualangan awal Lara, Anda dibawa dalam sebuah perjalanan penuh tragedi, kepiluan, dan sebuah kisah yang berhasil membentuknya menjadi heroine yang selama ini kita kenal. Mekanisme open-world yang dipadukan dengan sisi action sinematik juga menawarkan sensasi yang jauh berbeda, namun tentu, tetap membuatnya mudah untuk dinikmati. Bagian terbaiknya? Anda  akan merasakan keterikatan emosional yang kuat dengan karakter yang satu ini lewat rangkaian cerita dan elemen yang ada, membuat Anda ingin terus memastikannya tidak tersakiti oleh apapun. Klise memang, namun Crystal Dynamic terbukti berhasil melakukannya.

Apakah lantas game ini datang tanpa kekurangan? Ada beberapa hal yang pantas untuk dicatat, terutama dari animasi gerak yang ada. Dalam keadaan tenang, animasi geraknya sendiri memang tidak bercela, namun begitu Anda terlibat dalam situasi genting yang memaksa untuk bergerak cepat, Anda akan menemukan beberapa lompatan animasi gerak yang mudah terlihat. Selain itu, senjata alternatif lain Lara, terutama Shotgun harus diakui terlalu overpowered. Berbekalkan senjata ini, Anda bisa dengan mudah tampil begitu mematikan ketika terlibat dalam perang frontal. Hasilnya? Hampir tidak ada kebutuhan untuk bermain secara stealth, selain untuk kepuasan pribadi semata. Kekurangan yang lain? Ekspektasi terhadap TressFX yang tidak terpenuhi dengan baik. Pada akhirnya, fitur kosmetik ini tidak merepresentasikan beragam klaim yang sempat diluncurkan sebelumnya.

Namun terlepas dari kekurangan yang ada, seri reboot Tomb Raider ini harus diakui, merupakan sebuah produk yang sangat mengagumkan dan akan membuat insting gamer Anda terpuaskan. Memang, ia datang dengan beberapa mekanisme yang mungkin akan membuat Anda merasa familiar dengan franchise kompetitor yang lain, namun sejauh ini, Crystal Dynamics membuktikan bahwa ini menjadi formula yang tepat untuk menghidupkan kembali sosok Lara Croft yang mulai tenggelam. Sebuah game yang HARUS Anda jajal dan antisipasi seri kelanjutannya. Welcome back, Lara!

Kelebihan


kamera sinematiknya yang pantas untuk diacungi jempol!

  • Plot
  • Mekanisme open-world yang akan mendorong Anda terus mengeksplorasi Yamatai
  • Animasi gerak yang dinamis
  • Kamera yang sinematik
  • Dramatisasi yang epik
  • Sistem skill dan upgrade senjata
  • Beragam side mission dengan puzzle yang cukup menantang
  • TressFX (versi PC) yang menawarkan sisi visual yang lebih baik
  • Desain setting dan karakter jempolan
  • Beragam adegan kematian yang brutal
  • Background music

Kekurangan

Di beberapa scene yang cepat, Anda akan menemukan lompatan animasi yang membuatnya tidak terlihat mengalir.
  • Senjata diluar panah yang terlalu overpower, menihilkan kebutuhan untuk bermain stealth
  • Potensi TressFX yang masih belum  maksimal
  • Lompatan animasi gerak yang terkadang terjadi
Cocok untuk gamer: pecinta franchise Tomb Raider, yang membutuhkan game action dengan kualitas tinggi.
Tidak cocok untuk gamer: yang melihat Lara Croft hanya sebagai ikon sensualitas belaka.




sumber : http://jagatplay.com/2013/03/playstation3/review-tomb-raider-lara-croft-dengan-sensasi-berbeda/3/

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | free samples without surveys