Jumat, 16 November 2012

[spec] FIFA 13


FIFA 13 Minimum System Requirements:
OS: Windows Vista SP1 / Windows 7
CPU: 1.8 GHz Core 2 Duo CPU
RAM: 2GB for Windows Vista & Windows 7
DVD-ROM at 8x Speed
HDD: 8.0 GB HDD, with additional space required for saved games and DirectX 9.0c installation
Video: 3D accelerated 256 MB video card with support for Pixel Shader 3.0
(Minimum Supported Video Cards: ATI Radeon HD 3600, NVIDIA GeForce 6800GT )
Sound Card: DirectX 9.0c Compatible
DirectX: 9.0c
Online Multiplayer: 2-22 players, 512 kbits/sec or faster

FIFA 13 Recommended System Requirements:
OS: Windows Vista SP1 / Windows 7
CPU: Intel Core 2 Quad Q6600 2.4g / AMD Athlon II X4 600e 2.2g CPU
RAM: 2GB for Windows Vista & Windows 7
DVD-ROM at 8x Speed
HDD: 8.0 GB with additional space required for saved games and DirectX 9.0c installation
Video: Nvidia 8800 GT / ATI Radeon HD 4650
Sound Card: DirectX 9.0c Compatible
DirectX: 9.0c
Online Multiplayer: 2-22 players, 512 kbits/sec or faster


[gameplay] FIFA 13

Jika ingin melihat gameplay game ini, silahkan download video di bawah :

GAMEPLAY

 

[review] FIFA 13

Sudah beberapa tahun terakhir ini franchise FIFA dari EA Sports terus berada di urutan teratas, secara kritik ataupun gameplay. Dan FIFA 13 melanjutkannya dengan sejumlah penyempurnaan yang tidak terlalu terlihat, namun memberikan dampak yang terasa ketika memasuki lapangan hijau. Memang ketika dilihat, sekilas terlihat sama dengan entri tahun lalu. Namun perbedaan itu terasa ketika sudah mulai mengendalikan pemain di lapangan. Percayalah bahwa FIFA 13 adalah game sepak bola dengan gameplay terbaik sampai saat ini.

Realistis adalah salah satu nilai jual franchise ini, dan entri tahun ini memiliki elemen yang lebih mendukung dibandingkan sebelumnya. First touch control adalah satu fitur yang cukup memberikan perbedaan. Tidak lagi kini bola akan menempel ketika pemain menerimanya. Kecepatan bola, tekanan pemain lain, ke bagian tubuh mana bola dioper akan menjadi faktor penentu, sehingga kemampuan setiap pemain yang berbeda-beda sungguh terasa.

 FIFA 13

Sedangkan fitur complete dribbling memperbolehkan kamu untuk mempunyai kendali yang lebih luas terhadap bola. Masuknya fitur ini memberikan kendali kepada kecepatan dan aliran permainan, dan kombinasikan dengan dukungan AI yang lebih pintar pada saat menyerang, maka permainan pun terasa sangat mengalir dan lebih menghibur.

Player Impact engine juga mengalami penyempurnaan. Kini perseteruan fisik antara pemain depan dan belakang kian terasa, dan berhasil meningkatkan gameplay. Saya pun berasa AI lawan lebih sering melakukan foul dibandingkan entri tahun lalu.

 FIFA 13

Perubahan yang cukup signifikan datang dari bola pertandingan. Saya tidak berbicara mengenai fisiknya, namun physics. Kini bola dapat terpental dan memantul seperti yang kalian lihat ketika bermain di dunia nyata. Ini membuat pertandingan menjadi lebih sulit untuk ditebak, bisa saja terjadi gol akibat pantulan kaki pemain belakang atau ketika terjadinya kemelut di depan gawang. 

EA tidak menghabiskan waktu yang cukup lama dalam hal visual. Grafis pemain dan environment stadion tidak mengalami banyak perbedaan, namun memang terlihat lebih halus dan memiliki animasi yang lebih bervariasi. Meskipun begitu, suasana pertandingan terasa lebih hidup berkat duo komentator Martin Tyler dan Alan Smith. Tidak hanya itu saja, Clive Tyldesley, Andy Townsend dan Geoff Shreeves juga ikut menyumbangkan suaranya untuk memberikan komentar mengenai kejadian di pinggir lapangan.

Tidak banyak perubahan dari segi mode permainan. Be A Pro dan Ultimate Team tetap hadir. EAS FC kini mendapatkan ekspansi hingga matchday, dimana kamu dapat memainkan eksibisi sesuai dengan form pemain di dunia nyata. Career mode kini lebih mendetil berkat tambahan jadwal pertandingan internasional. Tidak hanya pemain saja yang dapat dipanggil, tetapi kamu juga bisa dilirik untuk menukangi tim nasional.

 FIFA 13

Dari sekian banyak mode, ada satu mode yang sungguh menarik. EA menambahkan skill game yang dapat diakses melalui menu utama atau setiap sebelum pertandingan mulai. Ini merupakan pergerakan yang sangat baik, dimana kini kamu dapat menguasai sejumlah kemampuan bermain mulai dari paling dasar sampai advance. Setiap skill dibagi menjadi tiga: broze, silver dan gold. Kamu harus mengumpulkan sejumlah experience dalam satu sesi untuk naik ke tingkatan berikutnya.

FIFA 13 merupakan game sepak bola terbaik sampai saat ini. Game ini sangat cocok bagi kamu yang ingin mendalami permainan sepak bola, tidak hanya untuk main-main saja. Mungkin perubahan tahun ini lebih sulit untuk dilihat dengan kasat mata dan mengarah sebagai penyempurnaan saja, meskipun begitu game ini membuktikan bahwa EA Sports terus mencoba meningkatkan permainan meskipun sudah berada di atas. Ini adalah judul yang wajib dimiliki oleh penggemar sepak bola mana pun.

Pendek kata, "FIFA 13 adalah sepak bola."

VGI Ratings for FIFA 13

9.0 Gameplay Hanya penyempurnaan namun memberikan dampak yang signifikan.
9.0 Graphic Tidak banyak perubahan, namun tampil lebih halus dan menampilkan animasi yang bervariasi.
9.5 Sound Duo komentator yang hebat dan up-to-date, dilengkapi dengan reportase kejadian di pinggir lapangan oleh komentator lainnya.
9.5 Longevity Mode career, be a pro, ultimate team, seasons. Ada banyak mode, single ataupun multiplayer, yang dapat kamu mainkan dalam waktu yang lama.
9.0 Excellent
Overall

Kamis, 15 November 2012

[gameplay] Medal of Honor : Warfighter

jika ingin melihat gameplay dari game ini, silahkan download video di bawah :

GAMEPLAY


[spec] Medal of Honor : Warfighter


Medal of Honor Warfighter system requirements (minimum)

  • CPU: 2.2 GHz dual core Intel or AMD CPU with 2.4 MB cache
  • RAM: 2GB of system memory
  • Graphics: DirectX 10 compatible card with 512 MB RAM or more. Nvidia 8-series or AMD Radeon 3000 series graphics cards.
  • Operating system: Windows Vista
  • DirectX compatible sound card
  • 8 GB of hard drive space

Medal of Honor Warfighter system requirements (recommended)

  • CPU: 2.4 GHz quad core Intel or AMD processor, Core i5 or Phenom X4 or equivalent
  • RAM: 4GB
  • Graphics: DirectX 10 or DX11 compatible card with 1GB of video memory, Nvidia 400-series or AMD 5000-series.
  • Operating system: Windows 7 64-bit
  • DirectX compatible sound card
  • 8 GB of hard drive space


[review] Medal of Honor : Warfighter

By



Keinginan developer dan publisher raksasa Electronic Arts untuk menyaingi popularitas Activision di akhir tahun memang pantas untuk diacungi jempol. Daripada sekedar membiarkan Activision mendominasi setiap tahun dengan franchise Call of Duty yang fenomenal, EA menggandeng beragam developer untuk melahirkan franchise dengan genre gameplay serupa di waktu yang berdekatan. Tujuan utamanya? Tentu saja untuk mematahkan dominasi Call of Duty dan menyandang predikat sebagai game military shooter terbaik. Tujuan utama ini kian dekat setelah EA dan DICE berhasil menarik perhatian gamer lewat Frostbite Engine 2.0 yang menawan di Battlefield 3. Walaupun tidak mampu mematahkan dominasi Call of Duty: Modern Warfare 3 di kala itu, EA perlahan namun pasti, mulai merebut kembali hati gamer.

Dengan prestasi yang berhasil mereka torehkan tahun lalu, tidak berlebihan rasanya jika banyak gamer yang kemudian mulai mengantisipasi kehadiran karya FPS EA selanjutnya. Sistem giliran yang mereka terapkan untuk semua franchise andalan mereka akhirnya menjadikan Medal of Honor Reboot sebagai pilihan untuk meramaikan peta persaingan di tahun 2012 ini. Bekerja sama dengan Danger Close, EA melahirkan Medal of Honor: Warfighter. Perang modern masa kini tetap dipilih sebagai tema utama, berbeda dengan sang franchise kompetitor yang kini mulai beranjak ke masa depan. Anda yang sudah membaca preview kami sebelumnya tentu cukup memiliki gambaran akan apa yang ditawarkan oleh seri terbaru ini. Lantas apa yang membuat kami menyimpulkan Medal of Honor: Warfighter sebagai sebuah seri yang minim inovasi? Kami akan membedahnya lebih dalam untuk Anda di review ini.

Plot

Anda masih akan berperan sebagai Tier 1 dari seri Medal of Honor Reboot

Medal of Honor: Warfighter mengembalikan petualangan perang penuh aksi dari kacamata kelompok favorit MOH – “Tier 1”, yang sudah menunjukkan kebolehan mereka sebagai pasukan militer elite di Medal of Honor 2010 silam. Anda akan bertemu dengan beberapa karakter yang sudah pasti tidak akan asing lagi – Dusty, Voodoo, Preacher, Mother, dan Stump di seri Warfighter ini. Seolah diposisikan sebagai kelompok “War Junkie”, Tier 1 kembali harus terlibat dalam perang patriotik untuk menyelamatkan Amerika Serikat dari ancaman para teroris. Seperti yang sudah dapat Anda prediksikan, Anda akan dipaksa untuk mencerna konsep “terorisme” dari kacamata Amerika Serikat, yang mungkin saja akan menyinggung kelompok agama tertentu. Jadi, bersiaplah!

Walaupun mengusung karakter-karakter lawas dari Tier 1, Warfighter hanya akan meminta Anda untuk berperan sebagai Preacher dan Stumpy dalam misinya untuk mencari seorang teroris yang hanya dikenal dengan panggilan “The Cleric”. Salah satu operasi militer yang dilakukan oleh Mother dan Preacher di Pakistan ternyata berbuntut pada misteri hancurnya kapal kargo yang tidak mereka rencanakan. Kapal kargo ini dipercaya memuat bahan peledak tinggi – PETN yang akan ditujukan untuk kepentingan terorisme. Peledak kecil yang dipasang oleh Preacher tidak sengaja memicu dan menghancurkan setiap darinya. Investigasi pun dilakukan untuk mencari siapa dalang di balik kepemilikan PETN ini. Tier 1 pun bergerak di bawah komando Dusty.

Sebuah misi infiltrasi yang seharusnya berjalan sederhana ternyata justru berujung pada terbukanya “rencana jahat” dalam skala masif dari pada kelompok teroris. Ledakan truk yang dilakukan oleh Preacher dan Mother justru memicu aktifnya PETN dalam jumlah besar
Perburuan untuk mencari siapa yang bertanggung jawab atas kepemilikan PETN ini membawa Tier 1 ke berbagai ujung dunia. Mereka membawa perang atas nama patriotik di negara “musuh” Amerika Serikat ini.
Sad Al Sadin, apakah benar ia adalah “The Cleric” yang selama ini dicari?

Pencarian kepemilikan PERTN ini membawa Tier 1 ke berbagai tempat berbahaya di dunia. Abu Sayyaf, kelompok teroris yang bermarkas di Filipina dicurigai bertanggung jawab atas masalah ini. Usaha untuk menguasai Isabela City dan menangkap dalang yang dicurigai bertanggung jawab ternyata membawa Preacher ke dalam “lubang kelinci” yang lebih dalam. Mereka bertemu dengan Sad al Din – seorang berkebangsaan Timur Tengah yang diduga sebagai “The Cleric”. Mereka pun bergerak ke Pakistan untuk berburu target yang dikenal kejam ini. Di sisi lain, Dusty memerintahkan Stump untuk membereskan permasalahan perompak di Somalia dan sekaligus menyusuri Bosnia untuk mencari para pemilik kapal kargo yang memuat PETN di atasnya. Tier 1 pun membawa perang patriotik mereka ke Filipina, Bosnia, Pakistan, Somalia, dan Saudi Arabia.

Mampukah mereka bertemu dengan The Cleric di akhir pertempuran? Apa yang sebenarnya direncanakan dengan PETN yang tidak sengaja meledak ini? Siapakah sosok Sad al Din sebenarnya? Semua misteri ini akan dapat Anda pecahkan begitu Anda menyusuri petualangan Tier 1 di Medal of Honor: Warfighter.

Minim Inovasi, Hanya Andalkan Frostbite Engine 2.0!

Sebagai sebuah game FPS, MOH: Warfighter memang tidak menawarkan gameplay yang berbeda. Ini hanya soal memegang senjata, menembakkannya ke setiap musuh yang Anda temui, dan memastikan diri untuk selamat.

Seolah jatuh ke dalam tren yang disediakan oleh sebagian besar game FPS saat ini, Medal of Honor: Warfighter dari EA dan Danger Close ini tidak banyak menawarkan hal baru. Layaknya sebuah game first person shooter lainnya, Anda hanya harus membunuh setiap musuh yang ada sembari berusaha untuk memastikan diri Anda selamat selama menjalani misi-misi yang ada. Kesan arcade bahkan lebih kental dengan konsep unlimited ammo yang diusung oleh Warfighter. Tidak perlu merasa takut untuk memuntahkan semua peluru yang Anda miliki karena secondary weapon yang Anda miliki akan memiliki cadangan peluru yang tidak terbatas. Anda bisa melakukan reload sebanyak yang Anda inginkan. Primary weapon secara kasat mata memang terlihat terbatas, namun Anda selalu punya opsi untuk meminta cadangan senjata kepada anggota tim manapun yang ada untuk mendapatkan ekstra peluru hinga batas maksimum. Alih-alih simulasi, MOH: Warfighter justru membawa konsep arcade ke level yang lebih baru, bahkan cenderung tidak masuk akal lagi.

Apalah arti sebuah game action FPS tanpa dramatisasi yang merepresentasikan sebuah kualitas film Hollywood? Ini tampaknya masih menjadi tren yang dianut oleh sebagian besar developer dan publisher game military shooter saat ini. Namun berbeda dengan Call of Duty yang seringkali berlebihan, usaha untuk menciptakan konsep pertempuran yang lebih realistis, sesuai tema besar yang diusungnya, membuat Medal of Honor: Warfighter menciptakan dramatisasi dalam batas yang masuk akal. Anda akan berbagi momen-momen menegangkan bersama dengan Tier 1, dengan penuh ledakan, gerak lambat, dan karakter yang jatuh. Ia menawarkan pertempuran yang terkesan lebih personal, daripada sekedar epic dan masif dengan jutaan tank, kapal selam, atau gedung-gedung yang hancur berantakan. Pengalaman inilah yang akan Anda temukan di MOH: Warfighter.

Dramatisasi memang menjadi daya tarik wajib game FPS saat ini, dan tidak mungkin dilewatkan oleh setiap seri baru yang lahir di industri game, tidak terkecuali MOH: Warfighter. Sesuai dengan tema utamanya yang ditujukan untuk menciptakan skenario perang serealistis mungkin, dramatisasinya masih dalam batas cukup masuk akal untuk dicerna.
Seperti seri MOH sebelumnya, senjata Anda akan dibekali dua mode scope untuk diadaptasikan pada perang jarak dekat dan jauh.
“Kebodohan” AI yang Anda temui tidak hanya dari sisi musuh, tetapi juga teman se-tim. Setiap gerakan mereka seolah scripted dan tidak mampu beradaptasi dengan kondisi yang sedang Anda temui saat ini. Tidak jarang Anda harus membunuh semua musuh terlebih dahulu sebelum mereka akhirnya memutuskan untuk bergerak ke titik checkpoint selanjutnya.

Salah satu konsep gameplay unik yang ditawarkan di seri pertama MOH Reboot, yakni kemampuan untuk memilih dua jenis zoom: iron sight dan scope untuk keperluan perang jarak dekat dan jauh tetap dipertahankan. Ini akan menjadikan senjata utama dan secondary weapon Anda lebih dari cukup untuk memusnahkan setiap musuh yang ada, dimanapun mereka berada. Namun mudahnya membunuh para musuh tidak hanya muncul dari konsep arcade kental dan dual-scope yang ia tawarkan, tetapi juga buruknya AI yang ada. Mereka hanya seperti boneka yang dengan sabar, menantikan peluru Anda. AI yang buruk juga akan Anda rasakan di anggota tim serbu Anda yang lain. Seolah berjalan dalam skenario yang scripted, mereka seringkali berhenti tanpa memberikan aktivitas apapun sebelum Anda menyisir dan membunuh setiap musuh yang ada. Mereka bahkan tidak cukup cerdas untuk memberikan cover fire kepada Anda.

Dengan inovasi yang terhitung minim, tidak berlebihan rasanya jika “menuduh” EA dan Danger Close tidak cukup berusaha untuk menghadirkan sesuatu yang baru untuk Warfighter di sisi gameplay, yang pada akhirnya, menjadikan Frostbite Engine 2.0 sebagai satu-satunya alasan untuk melirik game yang satu ini. Namun harus diakui, untuk urusan ini, EA berhasil melakukan tugasnya dengan sangat baik. Tidak hanya kualitas visualisasi yang luar biasa, desain karakter dan setting-nya sendiri akan cukup untuk memanjakan mata Anda selama  6 jam permainan di single player.  Benar sekali, hanya 6 jam perjalanan. Mereka membangun kota dalam detail yang pantas untuk diacungi jempol, dengan lalu lintas, efek debu, bahkan beragam elemen yang mungkin sering Anda temukan di dunia nyata.

You can finish this game in less than 6 hours! 6 freaking hours!
Dari dua skenario yang kami utarakan, kami lebih condong untuk memilih pilihan pertama. Bahwa Frostbite Engine 2,0 pada akhirnya menjadi penyelamat untuk minimnya inovasi yang ditawarkan EA dan Danger Close di MOH: Warfighter.
Ada dua skenario yang mungkin saja terjadi: Pertama, minimnya inovasi yang ditawarkan oleh Danger Close membuat Frostbite 2.0 tampil memesona dan muncul sebagai kekuatan utama di Warfighter. Skenario kedua? Bahwa EA berhasil menciptakan visualisasi yang begitu memesona, hingga cukup menutupi bayang-bayang inovasi yang mereka ciptakan di sisi gameplay. Namun, menurut kacamata kami sendiri, skenario pertama menjadi skenario yang lebih masuk akal. Bahwa EA dan Danger Close sudah bingung hendak menyuntikkan hal seperti apa di Warfighter sehingga terkesan mengulang apa yang sudah pernah mereka lakukan sebelumnya, sekaligus mengadaptasi beberapa ide yang mungkin akan mengingatkan Anda pada franchise kompetitor.

Namun Bukan Berarti Tanpa Hal Baru

Mengikuti apa yang kami utarakan di sub-bagian di atas, gameplay yang ditawarkan oleh Medal of Honor: Warfighter masih mewakili tipikal game serupa yang pernah dirilis sebelumnya, hampir tanpa hal baru. Oleh karena itu, masuk akal untuk mengkategorikannya sebagai sebuah seri yang miskin inovasi. Namun kata miskin melambangkan “keterbatasan”, bukan “tidak ada sama sekali”. Danger Close memang menyuntikkan dua hal baru yang pantas untuk diperhatikan, salah satunya bahkan berhasil menciptakan atmosfer permainan yang terhitung unik untuk ukuran sebuah game FPS. Dua hal baru yang ditawarkan ini adalah : misi-misi mengemudi dan kebebasan metode untuk melakukan breach.

Beberapa stage yang memungkinkan Anda mengemudi dan terlibat dalam pengejaran seru ala film Hollywood memang harus diakui cukup menyegarkan. Kejar-kejaran di Karachi, Pakistan dengan desain setting, traffic, dan dramatisasi yang keren akan cukup untuk menggerakkan hati Anda.
Anda kini bisa memilih metode Breach yang ingin Anda lakukan. Sayangnya, ia hanya menawarkan fungsi estetika semata tanpa menimbulkan efek spesifik pada musuh yang berada di dalam ruangan.
Tidak hanya sekedar mengangkat senjata dan menembak semua musuh yang Anda temui di perjalanan, Medal of Honor: Warfighter juga menyuntikkan beberapa misi yang mengharuskan Anda untuk mengendarai mobil menerobos kota-kota yang padat untuk sekedar membuntuti atau bahkan melarikan diri dari kejaran para tentara musuh. Kejar-kejaran menegangkan ala film Hollywood ini harus diakui, memang  berhasil memberikan atmosfer gameplay yang baru dan tidak monoton untuk Warfighter. Anda bisa memerhatikan detail kendaraan dan aktivitas para penduduk kota yang disimulasikan dengan cukup baik. Bagian yang paling kami suka? Ketika Anda menyusuri sudut-sudut kota Karachi – Pakistan, menerobos pasar yang ramai, jalan-jalan belumpur, hingga terjebak dalam kemacetan di lampu merah. Awesome!

Inovasi lain yang dihadirkan? Anda akan seringkali ditemukan pada fase pertempuran yang menuntut Anda untuk melakukan breach dan membunuh semua musuh di dalam ruangan dengan cepat. Namun berbeda dengan game FPS lain yang seringkali tidak menawarkan opsi dan bergerak dalam skenario yang fixed, Medal of Honor: Warfighter memungkinkan Anda untuk memilih beragam metode Breach. Namun sayang seribu sayang, metode yang beragam ini hanya ditujukan untuk kepentingan estetika belaka tanpa menimbulkan efek apapun di dalam pertempuran. Sesuatu yang seharusnya dapat disempurnakan oleh Danger Close sendiri untuk menciptakan pengalaman yang lebih beragam.

Kesimpulan

Pada akhirnya, Medal of Honor: Warfighter hanya mampu tampil sebagai game FPS dengan kualitas “mediocre” dan tidak berhasil menciptakan sebuah atmosfer pertempuran wah yang akan melekat di memori Anda dalam waktu lama. Namun ia tetap pantas untuk dimainkan, terutama untuk menikmati keindahan Frostbite Engine 2.0 yang ia usung.
Apa yang dapat disimpulkan dari Medal of Honor: Warfighter? Sebagai sebuah game FPS yang bergerak di jalur mainstream, mengusung konsep military shooter yang memang sedang menjadi tren, Medal of Honor: Warfighter memang tidak menawarkan sesuatu yang tergolong baru di dalamnya. Mekanisme gameplay yang tetap serupa, bahkan terkesan lebih arcade mewarnai gameplaynya secara keseluruhan. Karena hal inilah, MOH: Warfighter justru lebih mengesankan sebagai sebuah seri “showcase” untuk menampilkan keunggulan Frosbite Engine 2.0 yang sudah disempurnakan, daripada sebuah game military shooter yang utuh. Apakah masih dapat dinikmati? Bagi Anda gamer yang mudah puas dengan game-game yang menghadirkan visualisasi terbaik di pasaran, MOH: Warfighter akan lebih dari cukup untuk memanjakan mata. Namun untungnya ia masih datang dengan sedikit elemen baru yang cukup menarik untuk dijajal. Salah satunya? Misi-misi mengemudi yang Anda temukan.

Minimnya inovasi ini tentu saja menjadi kekurangan utama dari Medal of Honor: Warfighter sendiri. Pada akhirnya ia jatuh pada level “hanya sebuah game FPS lain”, di luar nama besar EA dan Danger Close yang diusungnya. Hal ini diperparah dengan buruknya AI yang diusung, baik dari pihak musuh maupun teman dalam se-tim sendiri. Plotnya sendiri tidak bisa terbilang unik, karena tetap mengusung hegemoni Amerika Serikat sebagai negara adikuasa dan terkesan kembali memojokkan kelompok masyarakat yang dicap sebagai teroris. Walaupun berusaha untuk merepresentasikan kondisi nyata yang terjadi di dunia saat ini, Danger Close sebenarnya punya segudang kesempatan untuk menciptakan lebih banyak twist yang mungkin akan meninggalkan cerita yang lebih menggigit, daripada sekedar mengejar satu tersangka ke ujung dunia.

Pada akhirnya, Medal of Honor: Warfighter hanya mampu tampil sebagai game FPS dengan kualitas “mediocre” dan tidak berhasil menciptakan sebuah atmosfer pertempuran wah yang akan melekat di memori Anda dalam waktu lama. Namun ia tetap pantas untuk dimainkan, terutama untuk menikmati keindahan Frostbite Engine 2.0 yang ia usung.

Kelebihan

Tanpa Frostbite Engine 2.0 yang diusungnya, MOH: Warfighter tidak akan menarik sama sekali.
  • Misi mengemudinya yang unik
  • Frostbite Engine 2.0
  • Opsi untuk memilih metode Breach
  • Dramatisasi yang tidak berlebihan

 Kekurangan

Semua AI musuh ini seperti sedang menunggu untuk Anda musnahkan!
  • Plot yang kurang kuat
  • AI bodoh, baik untuk tim dan musuh
  • Waktu gameplay yang singkat
  • Inovasi yang minim
Cocok untuk gamer: penggemar FPS, penggemar military-shooter, penggemar game dengan visualisasi mumpuni
Tidak cocok untuk gamer: yang butuh game military shooter dengan mekanisme yang realistis



sumber : http://jagatplay.com/2012/10/pc-2/review-medal-of-honor-warfighter-minim-inovasi/

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | free samples without surveys