Selasa, 03 Februari 2015

Home » » [review] The Evil Within

[review] The Evil Within

By Pladidus Santoso
October 27, 2014   ·   
 
The Evil Within_20141016145657
Sebuah ironi memang melihat sebuah franchise yang di masa lalu, disebut-sebut sebagai akar popularitas genre survival horror justru berkembang menjadi sebuah game yang lebih pantas disebut sebagai game action. Benar sekali, kita tengah membicarakan Resident Evil. Tidak mengherankan jika kondisi seperti ini akhirnya mendorong sang otak di balik franchise ini – Shinji Mikami yang sudah hengkang dari Capcom untuk melemparkan reaksi keras. Tidak dalam bentuk umpatan atau pernyataan tertulis, tetapi lewat sebuah karya lain yang begitu diantisipasi – The Evil Within. Bersama dengan studio barunya – Tango Gameworks dan bernaung di bawah bendera Bethesda, Mikami ingin mengembalikan identitas genre survival horror itu sendiri.

Anda yang sempat membaca preview kami sebelumnya tentu saja sudah punya sedikit gambaran akan apa yang ditawarkan The Evil Within ini. Berangkat dari rasa paranoia bahwa kami mungkin tidak akan cukup berani untuk menikmati game yang satu ini, The Evil Within ternyata tidak semenyeramkan yang kami bayangkan, apalagi jika dibandingkan dengan game-game horror yang tidak memungkinkan Anda untuk melakuan perlawanan seperti Oulast atau P.T. Resource yang terbatas memang senantiasa membuat Anda merasa berada di ujung tanduk, namun tidak lantas “merebut” sensasi kontrol atas nasib Anda sendiri. Jika Mikami ingin menciptakan sebuah game yang benar-benar mengusung genre survival horror, maka impresi pertama yang ia tawarkan pantas menyandang predikat tersebut

Lantas, apa yang sebenarnya ditawarkan oleh The Evil Within ini? Mengapa kami menyebutnya sebagai sebuah kenikmatan survival horror klasik? Review ini akan membahasnya lebih dalam untuk Anda.

Plot

Anda berperan sebagai seorang detektif kawakan bernama Sebastian "Seb" Castellanos.
Anda berperan sebagai seorang detektif kawakan bernama Sebastian “Seb” Castellanos.
Darah, kematian, dan kasus pembantaian besar-besaran di Rumah Sakit Jiwa Beacon di kota Krimson akhirnya mendorong detektif handal, sekaligus sang tokoh protagonis utama – Sebastian “Seb” Castellanos untuk keluar dari “sarang”-nya. Bersama dengan dua orang partner utamanya – Joseph dan Julie, Seb menemukan kondisi rumah sakit jiwa yang penuh dengan mayat dan darah, yang tidak bisa dijelaskan secara rasional. Investigasi ringan yang ia lakukan mempertemukan Seb dengan sosok karakter misterius dengan wajah yang mulai hancur lewat kamera keamanan. Tidak hanya sosoknya yang mengancam, karakter ini juga bergerak tidak seperti manusia biasanya. Cepat, mematikan, bahkan Seb yang terhitung veteran tak punya kesempatan untuk melakukan apapun. Si karakter misterius ini membuat Seb jatuh pingsan.

Menyelidiki kasus pembantaian di rumah sakit Beacon, Seb berhadapan dengan mimpi buruk yang tidak pernah ia perkirakan sebelumnya.
Menyelidiki kasus pembantaian di rumah sakit Beacon, Seb berhadapan dengan mimpi buruk yang tidak pernah ia perkirakan sebelumnya.
Sosok pria misterius berjubah putih yang akhirnya diketahu bernama Ruvik ini ditengarai sebagai tersangka utama.
Sosok pria misterius berjubah putih yang akhirnya diketahu bernama Ruvik ini ditengarai sebagai tersangka utama.
Tidak sadarkan diri untuk waktu yang cukup lama, Seb terbangun dengan kondisi yang bahkan lebih absurd dibandingkan sebelumnya. Ia terperangkap di sebuah ruangan menyeramkan yang berisikan sosok raksasa kanibal yang tengah memotong-motong tubuh tanpa ampun. Bergerak sembunyi-sembunyi sembari berusaha memastikan diri selamat, Seb ternyata harus berhadapan dengan para monster yang siap untuk menghabisi nyawanya – The Haunted. Di tengah perjalanan inilah, Seb menemukan fakta bahwa ia ternyata bukanlah satu-satunya orang yang selamat dari mimpi buruk ini. Ia juga bertemu dengan seorang dokter dari rumah sakit yang sama – Marcelo Jimenez yang tengah berusaha mencari sang pasien penting bernama Leslie Withers. Berhasil keluar dari rumah sakit ini, ia bahkan berhadapan dengan kejadian yang lebih mengejutkan.

Tak sadarkan diri karena serangan Ruvik, Seb menemukan dirinya terdampar di rumah jagal yang berisikan potongan tubuh manusia.
Tak sadarkan diri karena serangan Ruvik, Seb menemukan dirinya terdampar di rumah jagal yang berisikan potongan tubuh manusia.
Berusaha melarikan diri bersama dengan dua orang rekannya - Julie dan Joseph, serta seorang dokter bernama Martinez dan pasiennya - Leslie, Seb terjebak dalam kekacauan skala masif.
Berusaha melarikan diri bersama dengan dua orang rekannya – Julie dan Joseph, serta seorang dokter bernama Martinez dan pasiennya – Leslie, Seb terjebak dalam kekacauan skala masif.
Kemarahan Ruvik  membuat kota Krimson luluh lantak.
Kemarahan Ruvik membuat kota Krimson luluh lantak.
Kemarahan sang karakter berjubah putih misterius yang akhirnya lebih dikenal dengan nama Ruvik ternyata bukanlah sekedar amuk biasa. Ruvik berhasil membuat kota Krimson hancur berantakan, dengan gedung-gedung tinggi yang saling menimpa satu sama lain, dengan jalan yang luluh lantak tidak terkendali. Di tengah kekacauan ini, Seb yang berusaha menyelamatkan diri ternyata tidak bisa berbuat banyak. Ruvik berhasil menghentikan usaha Seb dan teman-teman, membuat mereka terpencar lebih jauh. Mimpi buruk Seb belum berakhir, tetapi baru akan dimulai. Sebuah misi investigasi, menjadi misi bertahan hidup.

Berhasil selamat dari kecelakaan yang memisahkan karakter-karakter ini, Seb justru jatuh ke dalam pusaran kejadian absurd yang mencekam.
Berhasil selamat dari kecelakaan yang memisahkan karakter-karakter ini, Seb justru jatuh ke dalam pusaran kejadian absurd yang mencekam.
Apa yang sebenarnya tengah terjadi dengan Seb? Siapa pula sosok Ruvik ini?
Apa yang sebenarnya tengah terjadi dengan Seb? Siapa pula sosok Ruvik ini?
Lantas siapa sebenarnya Ruvik ini? Mengapa ia memiliki kekuatan yang begitu besar? Ancaman seperti apa yang harus ditemui oleh Seb? Mampukah ia bertemu dan menyelamatkan dua partnernya yang lain – Joseph dan Julie? Apa yang sebenarnya terjadi dengan semesta yang harus dihadapi oleh Seb ini? Semua jawaban dari misteri ini bisa Anda temukan dengan memainkan The Evil Within ini.

Cita Rasa Survival Horror Klasik

The Evil Within akan mengembalikan semua alasan mengapa Anda jatuh hati dengan genre survival horror di masa lalu.
The Evil Within akan mengembalikan semua alasan mengapa Anda jatuh hati dengan genre survival horror di masa lalu.
The Evil Within adalah sebuah visi yang sudah lama didambakan oleh Shinji Mikami, sebuah jawaban yang ingin ia tawarkan kepada industri game tentang definisi sebuah game survival horror yang sebenarnya. Sebuah konsep yang di dalam interview terbarunya, ia definisikan sebagai genre yang secara konsisten menawarkan rasa cemas bagi para penikmatnya, bahwa nyawa mereka selalu berada di ujung tanduk, bahwa setiap konsekuensi berjalan fatal, di luar sensasi kontrol lewat senjata yang tetap disuntikkan. Jika ini visi yang ingin dicapai oleh Mikami untuk The Evil Within, maka ia harus diakui, berhasil. The Evil Within adalah sebuah oase untuk gamer yang mendambakan sebuah game survival horror berkualitas untuk waktu yang lama.

Sebagian besar dari Anda yang pernah menikmati segudang screenshot dan trailer awal The Evil Within mungkin akan langsung mengasosiasikannya dengan satu kata – Resident Evil 4. Sudut pandang kamera yang hampir sama dengan atmosfer permainan yang cukup serupa terutama lewat permainan setting yang ada memang kian menguatkan asosiasi tersebut. Namun alih-alih Resident Evil 4, pengalaman yang ditawarkan oleh The Evil Within justru menurut kami, lebih kuat pada kombinasi antara dua nama game survival horror yang lain: Resident Evil pertama dan The Last of Us dari Naughty Dog. Sensasi kedua game inilah yang justru menurut kami mengalir lebih kentara, dan harus diakui, menjadi formula sinergi yang sempurna untuk menciptakan sebuah game survival horror yang menegangkan.

Walaupun setting yang ia tawarkan lebih dekat ke cita rasa Resident Evil 4, namun pengalaman yang ditawarkan The Evil Within terasa seperti kombinasi antara seri Resident Evil pertama dari Mikami sendiri dan The Last of Us dari Naughty Dog.
Walaupun setting yang ia tawarkan lebih dekat ke cita rasa Resident Evil 4, namun pengalaman yang ditawarkan The Evil Within terasa seperti kombinasi antara seri Resident Evil pertama dari Mikami sendiri dan The Last of Us dari Naughty Dog.
Anda tidak bisa berbuat seenak hati di sini. Resource bagi Anda untuk melawan balik para The Haunted sangatlah terbatas, menjelma menjadi sesuatu yang sangat berharga.
Anda tidak bisa berbuat seenak hati di sini. Resource bagi Anda untuk melawan balik para The Haunted sangatlah terbatas, menjelma menjadi sesuatu yang sangat berharga.
Dari Resident Evil pertama, kita tidak hanya membicarakan salah satu adegan di The Evil Within yang dijadikan sebagai homage untuk karya yang mengawali sepak terjang Shinji Mikami tersebut. Bertahan dengan sensasi klasik sebuah game survival horror, The Evil Within menjual dua konsep yang tereksekusi dengan sangat baik: keterbatasan resource dan kerentanan Seb sebagai karakter utama. Dengan peluru dan item yang tidak berbanding lurus dengan musuh yang harus Anda hadapi, Anda tidak bisa asal mengarahkan moncong peluru ke setiap musuh yang Anda temui dengan berharap bahwa semua masalah akan terselesaikan lewat metode ini. Mengapa? Karena bisa jadi ancaman akan terus datang, dan Anda tidak akan punya cara lagi alternatif untuk bertahan hidup. Bermain pintar akan menjadi salah satu kunci esensial.

Tidak hanya resource yang terbatas, kesan survival horror juga mengalir kuat dari karakter Seb yang terlihat rapuh.
Tidak hanya resource yang terbatas, kesan survival horror juga mengalir kuat dari karakter Seb yang terlihat rapuh.
Jika pertarungan melawan beberapa Haunted saja sudah cukup menegangkan, apalagi ketika melawan varian boss raksasa yang lebih tidak mengenal ampun. Bersiaplah untuk termutilasi!
Jika pertarungan melawan beberapa Haunted saja sudah cukup menegangkan, apalagi ketika melawan varian boss raksasa yang lebih tidak mengenal ampun. Bersiaplah untuk termutilasi!
Sensasi survival horror klasik ini juga diperkuat dari fakta bahwa Seb adalah tokoh protagonis yang sangat rentan. Satu serangan dari jenis Haunted biasa saja sudah cukup untuk menyita porsi bar health Anda dalam jumlah besar, memaksa Anda untuk menggunakan item penyembuh yang sama terbatasnya seperti peluru. Sayangnya, bukan para Haunted saja yang harus Anda hadapi. Terbagi ke dalam beberapa chapter, The Evil Within juga memuat beragam pertempuran melawan para Boss yang akan membuat Seb jauh lebih lemah. Chainsaw-Man? Sang wanita berkaki enam yang melata? Atau anjing raksasa yang memburu Anda? Sedikit saja lengah, maka Seb akan berakhir menjadi mayat dingin di tengah lapangan, atau bahkan hancur berantakan menjadi potongan daging yang tidak bisa lagi dikenali. Shinji Mikami berhasil membuat setiap musuh yang hadir sebagai sebuah ancaman yang memang pantas untuk diperhitungkan, bukan sesuatu yang bisa Anda anggap remeh. Memastikan setiap peluru Anda efektif dan bermain aman, inilah kunci memenangkan The Evil Within.

Stealth menjadi pendekatan minim resiko yang berfungsi sangat optimal. Mengesankan mekanik yang serupa dengan The  Last of Us.
Stealth menjadi pendekatan minim resiko yang berfungsi sangat optimal. Mengesankan mekanik yang serupa dengan The Last of Us.
Atau Anda selalu punya opsi untuk menjadikan api sebagai teman terbaik Anda.
Atau Anda selalu punya opsi untuk menjadikan api sebagai teman terbaik Anda.
Dengan rasa cemas yang secara konsisten hadir, menjadi sesuatu yang sangat rasional untuk menempuh cara penyelesaian strategis untuk memperkecil resiko yang bisa terjadi. Di sinilah kami melihat pengaruh The Last of Us yang cukup kentara. The Evil Within menyuntikkan mekanisme stealth sebagai kompensasi dari terbatasnya peluru yang ditawarkan. Dengan berjalan secara pelan sembari menunduk, Anda punya kesempatan menghabisi para Haunted ini, terutama dari varian yang paling lemah, secara instan tanpa perlu membuang-buang peluru dan menarik perhatian Haunted yang lain. Metode lain yang bisa Anda gunakan adalah dengan menggunakan korek api yang menjadi elemen unik The Evil Within itu sendiri. Anda bisa menggunakannya untuk membakar mayat yang Anda curigai bisa hidup kembali sebagai The Haunted atau bahkan menggunakannya sebagai senjata “maut” untuk membunuh mereka dalam jumlah besar. Membakar genangan minyak? Meledakkan drum? Atau sekedar menjadikan mayat Haunted lain sebagai jebakan? Korek api menjadi “senjata” kecil yang bisa dimanfaatkan secara strategis.

Anda lihat musuh di sebelah kanan kami ini? Ia terus berlari menuju tembok tanpa bisa menyesuaikan diri hanya karena kami berada di dekatnya.
Anda lihat musuh di sebelah kanan kami ini? Ia terus berlari menuju tembok tanpa bisa menyesuaikan diri hanya karena kami berada di dekatnya.
Namun sayangnya, ketakutan ini tidak lagi terasa mengancam setelah Anda memahami bahwa seperti halnya zombie klasik di Resident Evil pertama, para Haunted ini juga tidak cukup pintar dan lincah untuk mengejar dan membunuh Anda. Dengan menggunakan mekanik berlari yang akan menyita stamina Seb itu sendiri, Anda bisa menghindari sebagian besar ancaman dengan cukup mudah dan para Haunted ini tidak akan punya kesempatan mengejar Anda. Dengan teknik berlari dan tembak, selama Anda punya resource yang cukup, hal ini akan menyelesaikan sebagian masalah dengan cukup efektif, bahkan para Boss sekalipun. Parahnya lagi, kami juga sempat menemukan AI yang bergerak terus-menerus melawan tembok ketika Anda berada di posisi tertentu tanpa ada kemampuan untuk menyesuaikan dirinya sendiri. Kemampuan untuk berlari lebih cepat ini juga memberikan keuntungan tersendiri, apalagi jika Anda tengah terjebak di sebuah area yang penuh dengan jebakan yang bisa diaktifkan secara manual. Kesempatan untuk membunuh musuh yang ada secara instan tanpa perlu mengorbankan resource apapun menjadi pekerjaan yang terasa lebih mudah.

Terlepas ancaman yang Anda hadapi, Anda selalu punya opsi untuk melarikan diri dari mereka dan menyerang ketika ada kesempatan. Anda akan selalu bergerak lebih cepat.
Terlepas ancaman yang Anda hadapi, Anda selalu punya opsi untuk melarikan diri dari mereka dan menyerang ketika ada kesempatan. Anda akan selalu bergerak lebih cepat.
Dengan kecepatan lebih tinggi ini, Anda jadi punya kesempatan untuk membuat para Haunted ini "memakan" perangkap mereka sendiri.
Dengan kecepatan lebih tinggi ini, Anda jadi punya kesempatan untuk membuat para Haunted ini “memakan” perangkap mereka sendiri.
Ditambah dengan semua varian senjata yang bisa Anda  gunakan, tidak ada alasan untuk merasa takut.
Ditambah dengan semua varian senjata yang bisa Anda gunakan, tidak ada alasan untuk merasa takut.
Tidak hanya lewat kemampuannya untuk berlari cepat, perasaan ancaman ini juga akan semakin memudar lewat varian senjata yang akan dimiliki oleh Seb seiring dengan progress cerita yang ada. Dari handgun dengan damage rendah, shotgun untuk pertempuran jarak dekat, hingga sniper rifle yang mampu menghantarkan damage besar jika dibutuhkan. Resource peluru setiap senjata ini memang terbatas, namun akumulasi dari semua peluru ini akan cukup untuk memberikan rasa aman yang dibutuhkan. Apalagi Seb juga akan dipersenjatai dengan sebuah panah unik bernama Agony Crossbow. Berbeda dengan senjata lain yang hadir seperti tipikal senjata game action pada umumnya, Agony Crossbow hadir tampil dinamis dan menawarkan variasi fungsi tertentu. Sesuai dengan anak panah yang Anda sematkan, ia mampu membuat musuh meledak, keracunan, terbakar, terdiam untuk beberapa saat, hingga membeku. Menariknya lagi? Anda bisa meracik anak panah yang Anda butuhkan dengan hanya mengumpulkan jumlah part yang cukup dari setiap aksi Anda membongkar perangkap yang Anda temui di sepanjang perjalanan. Agony Crossbow menjadi jawaban sekaligus penyelamat efektif ketika Anda berada di kondisi yang terdesak. Setidaknya memastikan Anda memiliki kontrol atas situasi yang terjadi.

Agony Crossbow - si panah yang bisa menghasilkan beragam efek sesuai dengan anak panah yang Anda sematkan.
agony Crossbow – si panah yang bisa menghasilkan beragam efek sesuai dengan anak panah yang Anda sematkan.
Lewat part perangkap yang Anda kumpulkan, Anda bisa membangun anak panah yang Anda inginkan dengan mengorbankannya dalam jumlah tertentu.
Lewat part perangkap yang Anda kumpulkan, Anda bisa membangun anak panah yang Anda inginkan dengan mengorbankannya dalam jumlah tertentu.
Dengan semua mekanik ini, waluapun jauh dari kata sempurna, The Evil Within mampu menawarkan sensasi game survival horror klasik yang memang hidup sesuai dengan genre yang ia usung, dan bukan hanya sekedar “kedok” untuk menjual game action yang mulai mainstream. Ada perasaan tegang dan waspada yang secara konsisten hadir, apalagi jika Anda menyadari bahwa resource yang Anda miliki tidak akan cukup untuk menghabisi Haunted terlemah sekalipun. Dengan setting dan bentuk ancaman yang berbeda dari satu chapter ke chapter lainnya, Anda akan bersinggungan dengan sebuah perjalanan absurd yang sama sekali tidak terasa monoton, apalagi lewat varian Boss yang Anda temui di sini. The Evil Within mungkin tidak semenyeramkan P.T dengan ekstra kejutan di sana sini yang mungkin membuat Anda berteriak seperti anak perempuan dan melemparkan kontroler ke ujung ruangan, namun ia menawarkan sebuah pengalaman menegangkan yang konsisten. Seperti yang Anda temui ketika mencicipi seri Resident Evil pertama di masa lalu.

Cairan Hijau yang Menentukan

Masuk ke dalam Asylum, sebuah tempat aman, Seb bisa memperkuat dirinya dengan menggunakan cairan hijau yang ia kumpulkan di sepanjang perjalanan.
Masuk ke dalam Asylum, sebuah tempat aman, Seb bisa memperkuat dirinya dengan menggunakan cairan hijau yang ia kumpulkan di sepanjang perjalanan.
Seb mungkin adalah seorang detektif veteran yang sudah bersinggungan dengan dunia kriminal untuk waktu yang cukup lama. Namun dunia kriminal tidak akan pernah berisikan mayat hidup dengan kawat duri di kepala, iblis wanita berkaki enam yang lahir dari genangan darah, atau makhluk besar dengan kepala kotak dan bersenjatakan palu besar. Dunia yang tercabut dari realita ini  menjadi sesuatu yang harus dihadapi Seb, yang untungnya punya kesempatan untuk memperkuat dirinya sendiri. Semuanya bergantung pada cairan hijau misterius yang bisa Anda temukan di sepanjang mimpi buruk Anda ini.

Berpetualang di dunia super menyeramkan, Seb untungnya punya satu ekstra “rumah” aman untuk melarikan diri dari pengalaman yang akan membuat manusia manapun untuk mempertanyakan kewarasan mereka ini. Bisa diakses lewat cermin yang merefleksikan cahaya terang yang unik dengan musik halus yang mengalun menghipnotis, Seb bisa mengunjungi Asylum yang dijaga oleh seorang suster bernama Tatiana. Tidak hanya sekedar sebagai tempat untuk melakukan save data secara manual, Anda juga bisa menghabiskan semua cairan hijau misterius yang Anda dapatkan di Asylum ini. Tentu saja, untuk meningkatkan kemampuan Seb itu sendiri.

Ada empat kategori utama yang bisa Anda perkuat.
Ada empat kategori utama yang bisa Anda perkuat, yang masing-masing elemen di dalamnya juga terbagi atas beberapa level yang berbeda.
Asylum juga memuat rentetan locker berisikan resource yang kuncinya bisa Anda dapatkan dengan mengeksplorasi setiap chapter yang Anda lalui.
Asylum juga memuat rentetan locker berisikan resource yang kuncinya bisa Anda dapatkan dengan mengeksplorasi setiap chapter yang Anda lalui.
Terikat di sebuah kursi dan mengalami proses eksperimen yang terlihat menyakitkan, cairan hijau ini berfungsi sebagai mata uang untuk memperkuat Seb di beragam sektor yang ada. Terbagi menjadi empat bagian besar: Abilities untuk meningkatkan status Seb seperti stamina atau health, Weapons untuk meningkatan efektivitas senjata yang sudah dimiliki sebelumnya, Stock untuk memperbanyak jumlah item yang bisa Anda bawa, dan Agony Bolts untuk mengatur jumlah dan efektivitas panah dari Agony Crossbow, Anda bisa meningkatkan setiap elemen yang Anda inginkan jika berhasil mengumpulkan cairan hijau ini dalam jumlah tertentu. Setiap elemen ini juga akan terbagi ke dalam beberapa level, yang setiap levelnya tentu saja akan meningkatkan buff dari level sebelumnya, yang harus dibayar dengan jumlah cairan hijau yang lebih mahal. Cairan hijau ini sendiri tidak hanya bisa didapatkan dari eksplorasi, tetapi juga dari beberapa Haunted yang berhasil Anda tundukkan sebelumnya. Ia akan memfasilitasi dan mendukung gaya anda bermain yang unik.

Tidak hanya sebagai tempat upgrade untuk memperkuat Seb, Asylum juga menyediakan rentetan locker terkunci yang masing-masing darinya berisikan resource yang tentu saja sangat berharga di The Evil Within ini. Kunci untuk membuka locker ini akan terbesar di setiap chapter yang Anda temui, menunggu untuk ditemukan. Butuh ekstra usaha untuk menjelajahi level yang Anda hadapi untuk mendapatkannya.

Beberapa Desain yang Dipertanyakan

Terlepas dari cita rasa survival horrornya yang kuat, ada beberapa desain dalam The Evil Within yang pantas dipertanyakan.
Terlepas dari cita rasa survival horrornya yang kuat, ada beberapa desain dalam The Evil Within yang pantas dipertanyakan.
Terlepas dari kemampuan Shinji Mikami menawarkan pengalaman yang senantiasa mencekam dan menegangkan di The Evil Within lewat mekanik utama yang pantas untuk diacungi jempol, ada beberapa masalah desain yang cukup terlihat tidak rasional dan justru mengundang lebih banyak tanda tanya bagi kami, sebagai gamer yang menikmatinya. Kelemahan desain yang tidak bisa diabaikan begitu saja.

Salah satu catatan yang terbesar adalah keharusan untuk mempertahankan dua baris garis hitam di bagian atas dan bawah layar Anda tanpa ada kesempatan untuk menonaktifkannya. Walaupun diklaim dihadirkan untuk menghasilkan sensasi yang jauh lebih sinematik, namun kedua bar ini berarti membuat Anda harus berhadapan dengan resolusi gameplay yang lebih kecil dibandingkan dengan game-game lainnya di pasaran. Hasilnya? Anda punya ruang yang sangat terbatas untuk memerhatikan apa yang sebenarnya tengah terjadi di sekitar Anda, terutama semua bentuk ancaman yang berada di bawah pinggang Seb, apalagi jika Anda bergerak cepat. Memang ada cara untuk menonaktifkannya di PC, namun untuk versi Playstation 4 yang kami gunakan untuk review, opsi tersebut nihil. Sangat mengganggu, dan sangat disayangkan.

Bar hitam di bagian atas dan bawah game yang justru lebih banyak mengganggu daripada menawarkan kesan sinematik yang didengungkan oleh Mikami.
Bar hitam di bagian atas dan bawah game yang justru lebih banyak mengganggu daripada menawarkan kesan sinematik yang didengungkan oleh Mikami.
Berharap obor ini akan berfungsi seperti layaknya korek api raksasa? Nope.
Berharap obor ini akan berfungsi seperti layaknya korek api raksasa? Nope.
Desain yang lain adalah sensasi tidak konsistennya beberapa elemen gameplay yang ditawarkan The Evil Within itu sendiri. Salah satu bukti yang paling nyata adalah fungsi korek api yang esensial untuk membakar para Haunted, misalnya. Jika sebatang korek api bisa membakar satu mayat secara efesien dan memastikan mereka tidak kembali, bayangkan apa yang bisa dilakukan oleh sebuah obor api yang menyala terang? Logikanya adalah obor seharusnya bisa digunakan untuk membakar lebih banyak mayat, setidaknya membantu Anda menghemat korek api yang terbatas. Tapi apa yang terjadi? Anda tidak bisa melakukan hal itu di The Evil Within. Obor hanya bisa digunakan sekali untuk membakar Haunted yang berdiri tegak secara instan dan hancur seketika. Berniat menggunakannya sebagai pengganti korek api? Lupakan. Hal yang sama juga terjadi dengan senjata melee seperti kapak yang juga hanya bisa digunakan satu kali per musuh. Desain yang tentu aneh dan terasa dibuat-buat.

Salah satu “cacat” desain lain yang sempat kami rasakan juga lahir dari fakta bahwa Mikami terlihat terlalu tegas dengan konsep resource The Evil Within yang terbatas, dan terkadang berakhir pada sebuah pertempuran yang mustahil untuk diselesaikan. Seperti yang sempat terjadi pada kami. Berhadapan dengan hampir lebih dari 20 Haunted yang sudah berusaha ditindak dengan beragam cara yang menutut resource sekecil mungkin, kami berhasil selamat dari tantangan yang satu ini dengan jumlah peluru dan Agony Bolt yang terhitung sangat terbatas. Dengan tidak ada lagi resource di sekitar yang bisa dikumpulkan, kami berasumsi bahwa Mikami akan cukup “baik hati” untuk menyediakan resource tersebut di area selanjutnya. Namun apa yang kami hadapi? Chainsaw-Man di depan pintu yang harus ditundukkan sebelum bisa bergerak ke area selanjutnya. Dengan akumulasi dari beragam senjata yang nyaris kosong dan Agony Bolt juga bernasib sama, bagaimana caranya menundukkan ancaman seperti ini ketika lari bukan opsi? Salah satu opsi paling rasional adalah mengulang kembali chapter namun dengan pendekatan resource yang berbeda. Kami sendiri berhasil menundukkanya lewat 3 lemparan granat spekulatif yang mencederai sang musuh, setelah hampir belasan kali mengulang.

Tidak punya lagi resource dan dipaksa bertarung melawan boss setelah menundukkan puluhan Haunted? What the..
Tidak punya lagi resource dan dipaksa bertarung melawan boss setelah menundukkan puluhan Haunted? What the..
Tewas di sini? Anda dipaksa mengulang event non-cutscene yang tidak bisa di-skip. Ditambah ekstra loading time tiap kali Anda mati? Buang-buang waktu.
Tewas di sini? Anda dipaksa mengulang event non-cutscene yang tidak bisa di-skip. Ditambah ekstra loading time tiap kali Anda mati? Buang-buang waktu.
Berita yang lebih buruk dari sekedar mati dan mengulang, beberapa titik cerita bahkan memiliki titik checkpoint dengan event berbentuk non-cutscene yang tidak bisa Anda lewati. Seperti ketika Anda bertemu dengan si kepala besi di chapter 7 misalnya. Anda harus melewati animasi pintu besar yang terbuka, animasi pertama kali bertemu dengan si kepala besi di ujung ruangan, animasi kaki yang terperangkap, dan kemudian terlibat aksi lari dari perangkap dengan kamera yang mengambil sudut dari depan. Gagal? Tidak sengaja tewas? Anda harus melewati semua animasi ini kembali, yang bisa memakan waktu sekitar 3-4 menit sendiri, atau bahkan 5-6 menit jika Anda menghitung waktu loading yang kembali berputar.

Kesimpulan

The Evil Within_20141022235749
The Evil Within menjadi sebuah proyek game survival horror yang pantas untuk dinikmati, terutama jika Anda sudah lama mendambakan game yang berkualitas tinggi dari genre ini. Resource terbatas, karakter utama yang rapuh, atmosfer yang mencekam, dan cerita yang cukup memancing rasa penasaran, The Evil Within muncul layaknya sebuah oase bagi para penggemar Resident Evil dan Silent Hill klasik.
Sebuah penantian yang terbayarkan dengan manis, ini mungkin kalimat yang tepat untuk menggambarkan keseluruhan pengalaman yang ditawarkan oleh The Evil Within ini sendiri. Sebagai proyek yang sejak diperkenalkan diklaim akan mengusung cita rasa genre survival horror klasik, Shinji Mikami tidak hanya sekedar menjual kata-kata, namun membuktikan semua ucapannya lewat The Evil Within ini. Mencekam dengan atmosfer permainan yang terbangun sangat baik, Anda akan berhadapan dengan situasi yang selalu menegangkan, terutama lewat fakta bahwa Anda tidak punya kebebasan untuk melawan balik sesuka hati Anda. Resource yang terbatas dan fakta bahwa karakter utama Anda cukup rentan terhadap serangan membuat rasa was-was yang senantiasa hadir, memastikan langkah yang Anda tempuh berujung pada resiko seminim mungkin. Seperti genre yang ia usung, The Evil Within memang menuntut Anda untuk bertahan hidup.

Walaupun demikian, The Evil Within tentu saja tidak sesempurna yang dibayangkan. Ada beberapa catatan yang sayangnya, cukup mencederai pengalaman bermain yang ditawarkan – dari bar hitam yang tidak bisa dihilangkan dari versi konsol, hingga AI musuh yang harus diakui tidak cukup cerdas. Beberapa cacat desain lain seperti jumlah resource yang tidak diperhitungkan, checkpoint yang jauh, hingga desain mekanik yang terasa tidak sesuai juga menjadi sesuatu yang pantas diperhatikan. Ada satu hal ekstra lain yang cukup disayangkan, yakni kepribadian sang karakter utama – Sebastian Castellanos yang sangat dangkal dan tidak menarik. Terlepas dari fakta bahwa ia harus berjuang di tengah gempuran para “monster” absurd mematikan dan terlempar ke dunia cermin yang misterius, Seb tidak melemparkan reaksi yang seharusnya dimunculkan oleh manusia pada umumnya. Takut? Cemas? Tidak percaya? Seb terlalu “anteng”.

Namun terlepas dari semua hal tersebut, The Evil Within menjadi sebuah proyek game survival horror yang pantas untuk dinikmati, terutama jika Anda sudah lama mendambakan game yang berkualitas tinggi dari genre ini. Resource terbatas, karakter utama yang rapuh, atmosfer yang mencekam, dan cerita yang cukup memancing rasa penasaran, The Evil Within muncul layaknya sebuah oase bagi para penggemar Resident Evil dan Silent Hill klasik.

Kelebihan

Holy..
Holy Shit
  • Cerita yang cukup memancing rasa penasaran
  • Resource yang terbatas
  • Karakter utama yang terasa rapuh
  • Kesempatan untuk memperkuat Seb
  • Atmosfer yang mencekam
  • Setiap chapter yang terasa unik, tidak monoton
  • Desain Boss yang keren

Kekurangan

Seb jadi karakter utama yang harus diakui, terlalu "datar" dan tidak menarik.
Seb jadi karakter utama yang harus diakui, terlalu “datar” dan tidak menarik.
  • Bar hitam untuk kesan sinematik yang tidak bisa diotak-atik
  • Framerate tidak stabil
  • Visualisasi yang tidak seberapa istimewa
  • Checkpoint yang terkadang terlampau jauh
  • Beberapa desain gameplay yang dipertanyakan
  • Kepribadian karakter yang tidak terlalu menarik
Cocok untuk gamer: pecinta genre survival horror klasik, penikmat karya Mikami di masa lalu

Tidak cocok untuk gamer: yang mengharapkan game horror ala Resident Evil modern, yang menginginkan game dengan resource melimpah

sumber : http://jagatplay.com/2014/10/playstation3/review-the-evil-within-kenikmatan-survival-horror-klasik/2/
 

0 komentar :

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | free samples without surveys