Selasa, 18 November 2014

Home » » [review] Ryse - Son of Rome

[review] Ryse - Son of Rome

By Pladidus Santoso
October 22, 2014   ·   
 
Ryse Son of Rome JagatPlay (3)

Disebut-sebut sebagai game eksklusif yang memang didesain untuk mendemonstrasikan seberapa kuatnya konsol generasi terbaru Microsoft – Xbox One, Crytek memang punya tanggung jawab yang cukup berat di Ryse: Son of Rome. Mereka harus memastikan CryEngine generasi terbaru mereka memang mampu memfasilitasi hal tersebut dengan sangat baik. Namun siapa yang menyangka bahwa eksklusivitas tersebut ternyata hanya bersifat sementara. Menyusul Dead Rising 3 dari Capcom yang akhirnya menuju ke PC, Ryse: Son of Rome juga akhirnya tiba di platform yang sama. Kesan pertama yang ia tawarkan memang cukup kuat.

Anda yang sempat membaca preview kami sebelumnya tentu saja sudah mendapatkan cukup banyak gambaran nilai jual seperti apa yang ditawarkan oleh Ryse: Son of Rome versi PC ini. Kami bahkan tidak tanggung-tanggung mengkategorikannya sebagai salah satu game PC dengan kualitas visualisasi terbaik saat ini. Di setting mentok kanan, CryEngine generasi terbaru ini tampil begitu memanjakan mata, menawarkan detail karakter dan lingkungan yang begitu memesona. Namun di saat yang sama, ada catatan ekstra tentang mekanisme gameplay terlampau sederhana yang diusung. Cerita yang ditawarkan memang cukup memancing rasa penasaran, namun apakah cukup kuat untuk terus membuat Anda mengikuti setiap titik momen yang ada? Bagiamana dengan mode multiplayer yang ditawarkan? Kedua elemen ini tentu akan menjadi fokus pembahasan di review kali ini.

Lantas, apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Ryse: Son of Rome ini? Mengapa kami menyebutnya sebagai pertempuran yang memanjakan mata? Review ini akan membahasnya lebih dalam untuk Anda.

Plot

Anda akan berperan sebagai seorang prajurit Roma yang gagah berani - Marius Titus.
Anda akan berperan sebagai seorang prajurit Roma yang gagah berani – Marius Titus.
Roma adalah salah satu kekaisaran terbesar yang pernah ada di sejarah perkembangan dunia, ini menjadi fakta yang tidak bisa terbantahkan. Tidak hanya berhasil membangun sistem politik dan pemerintahan yang kuat, Roma juga dikenal dengan kekuatan militer taktis tanpa rasa takut, yang efektif untuk menangkal beragam bentuk ancaman. Jumlah masif, strategi perperangan yang cerdas, teknologi senjata yang dikembangkan, Roma dengan mudah menguasai belahan dunia yang besar, tanpa rasa ampun. Di masa keemasan Roma inilah, Ryse: Son of Rome mengambil setting utama, dimana kota dan kebudayaan yang mereka usung terlihat begitu maju pada masanya.

Anda akan berperan sebagai Marius Titus, seorang Jenderal Pasukan Roma yang kesetiaannya hanya pada Kekaisaran dimana ia bernaung dan tidak lebih. Berangkat dari keluarga militer yang sama, Marius perlahan namun pasti, membuktikan diri mengapa ia pantas menyandang gelar sebagai salah satu pasukan Roma terbaik. Perperangan demi perperangan ia menangkan, dengan membuktikan keberaniannya di garis depan. Berhasil menundukkan pasukan Barbarian yang mengancam, bukan hidup bahagia yang didapatkan Marius, melainkan tragedi. Pasukan Barbarian berhasil memasuki Roma dan berakhir menghabisi kedua orang tuanya dan sang adik perempuan yang ia cintai. Bernaung di bawah Commander bernama Vitallion dan pasukan XIV Legion, Marius bersumpah untuk menuntut balas.

Diserang oleh para Barbarian, Martius harus kehilangan keluarga yang ia cintai.
Diserang oleh para Barbarian, Marius harus kehilangan keluarga yang ia cintai.
Balas dendam kini menjadi satu-satunya yang ingin dicapai Marius dalam pertempurannya melawan para Barbarian.
Balas dendam kini menjadi satu-satunya yang ingin dicapai Marius dalam pertempurannya melawan para Barbarian.
Misi balas dendam itu akhirnya membawa Marius dan pasukan Roma menuju Britain, sumber dari para Barbarian yang berhasil menawan Commodus, anak laki-laki dari Emperor Nero, Kaisar Roma. Namun Commodus ternyata tidak berada di sana. Para barbarian telah menukarkan tawanan penting ini dengan suku “misterius” lain di bagian utara yang selama ini lebih dikenal sekedar sebagai mitos, sebuah suku kanibal yang dari satu kisah ke kisah lainnya, disebut sebagai manusia-manusia dengan kepala binatang. Marius kembali mengemban tugas suci sebagai ujung tombak supremasi Roma dan bergerak tanpa rasa takut, berusaha merebut kembali Commodus. Menariknya lagi? Marius ternyata tidak sendiri. Tidak hanya dilindungi oleh pasukan yang bernaung di bawah komandonya, Marius juga senantiasa dikunjungi oleh sesosok wanita cantik misterius yang mengesankan vibe yang kentara, bahwa dirinya bukanlah manusia biasa seperti halnya sebagian besar musuh yang kita hadapi.

Tidak sendiri, perjalanannya juga diawasi oleh sesosok perempuan misterius.
Tidak sendiri, perjalanannya juga diawasi oleh sesosok perempuan misterius.
Pengkhianatan, tragedi, kesetiaan, pejuangan, semuanya bercampur di dalam Ryse: Son of Rome ini.
Pengkhianatan, tragedi, kesetiaan, pejuangan, semuanya bercampur di dalam Ryse: Son of Rome ini.
Commodus berhasil diselmatkan, namun Marius harus berhadapan dengan fakta lain yang jauh lebih menyakitkan. Seperti cerita Damocles – sang jenderal legendaris dalam hikayat yang dikhianati, mati, dan dibangkitkan kembali oleh dewi balas dendam – Nemesis, Marius menemukan bahwa keluarga yang ia cintai ternyata tidak serta merta begitu saja tewas karena invasi para Barbarian. Marius mulai mencium bau-bau pengkhianatan, dari Kekaisaran yang selama ini ia cintai.

Semuanya berfokus pada legenda yang sama - Damocles.
Semuanya berfokus pada legenda yang sama – Damocles.
Lantas apa yang sebenarnya terjadi? Siapa sebenarnya musuh utama Marius? Siapa sosok wanita yang “menemani” perjuangannya selama ini? Semua misteri ini akan bisa Anda jawab dengan memainkan game yang satu ini.

Gameplay yang Tidak Seberapa Menarik

Visual keren, gameplay standar. Tipikal Crytek.
Visual keren, gameplay standar. Tipikal Crytek.
Crytek adalah visual, asosisasi yang satu ini harus diakui, tidak berlebihan. Bercermin dari apa yang mereka tawarkan di Crysis 2 dan 3, serta beragam pernyataan yang dilontarkan oleh petinggi mereka di beberapa kesempatan yang ada, developer yang satu ini memang selalu menjadikan visual sebagai fokus utama pengembangan. Dan hasilnya, selalu luar biasa. Beberapa game yang mereka racik bahkan menjadi standar visualisasi tersendiri, yang tidak akan mudah ditundukkan oleh game lain dengan engine andalan mereka masing-masing. Namun sayangnya, fokus seperti ini harus dibayar mahal. Game-game racikan Crytek tidak pernah berujung menjadi sebuah produk yang menjunjung inovasi di mekanik gameplay atau sekedar kekuatan cerita yang akan terus membuat Anda terpesona. Hal yang sama juga terjadi di Ryse: Son of Rome.

Marius punya tiga jenis gerakan utama yang akan membantu Anda menyelesaikan setiap tantangan yang ada. Serangan biasa, serangan perisai, dan blocking dengan fungsi efektifnya masing-masing.
Marius punya tiga jenis gerakan utama yang akan membantu Anda menyelesaikan setiap tantangan yang ada. Serangan biasa, serangan perisai, dan blocking dengan fungsi efektifnya masing-masing.
Setiap musuh yang sudah "melemah", bisa dieksekusi dengan gerakan mematikan lewat sebuah sekuens QTE.
Setiap musuh yang sudah “melemah”, bisa dieksekusi dengan gerakan mematikan lewat sebuah sekuens QTE.
Jika kita harus membicarakan gameplay, Ryse: Son of Rome jatuh pada game action mainstream yang akan terasa sangat familiar, tanpa inovasi yang signifikan. Marius akan punya tiga serangan utama untuk berhadapan dengan sebagian besar ancaman yang ada. Serangan biasa yang jika ditekan secara beruntun akan menghasilkan combo serangan, serangan perisai untuk menghasilkan efek mini stun atau membuka pertahanan lawan, serta blocking dengan perisai untuk “mematikan” sebaigan besar serangan yang dilancarkan oleh lawan. Usaha Crytek untuk menciptakan sensasi gameplay yang sinematik dan memanjakan mata terlihat jelas di gameplay ini. Untuk setiap musuh yang berhasil Anda tundukkan, Anda akan berkesempatan untuk mengeksekusi QTE singkat yang memperlihatkan aksi brutal Marius dengan gaya membunuh yang super keren. Sayangnya, seiring dengan tingginya frekuensi Anda melakukan gerakan pemungkas ini, semakin rendah pula daya tariknya. Ketika Anda sudah melihat semua gerakan yang mungkin terjadi, animasi QTE ini menjadi sekedar rutinitas. Marius juga memiliki kemampuan khusus untuk melambatkan waktu.

Tampi memesona di awal permainan, animasi ini akan kehilangan daya tariknya seiring dengan progress permainan Anda. Ia menjadi sekedar sebuah rutinitas yang menyita waktu.
Tampi memesona di awal permainan, animasi ini akan kehilangan daya tariknya seiring dengan progress permainan Anda. Ia menjadi sekedar sebuah rutinitas yang menyita waktu.
Bagian teraneh? Walaupun Anda salah menekan tombol atau bahkan mengabaikannya sama sekali, animasi ini tetap akan berlanjut dan sang musuh tetap akan tewas.
Bagian teraneh? Walaupun Anda salah menekan tombol atau bahkan mengabaikannya sama sekali, animasi ini tetap akan berlanjut dan sang musuh tetap akan tewas.
Bagian teraneh? QTE seharusnya menuntut Anda untuk menekan tombol seperti yang diperintahkan di layar secara tepat agar animasi bergerak dan misi Anda tercapai. Namun hal tersebut tidak terjadi di Ryse: Son of Rome. Terlepas apakah Anda menekan tombol yang salah atau bahkan tidak menekan tombol sama sekali, animasi gerak membunuh dari Marius tetap berjalan tanpa ada konsekuensi yang fatal. Semuanya berjalan secara otomatis. Satu-satunya konsekuensi yang dihadapi dari salah menekan tombol atau mengabaikannya begitu saja hanyalah jumlah Valor yang lebih sedikit, daripada jika Anda mengeksekusi semua tombol runtut ini dengan benar. Valor adalah mata uang yang bisa Anda gunakan untuk memperkuat sosok Marius, dari memperluas animasi gerakan eksekusi hingga meningkatkan statusnya secara spesifik. Jumlah Valor ini sendiri tidak terasa terlalu signifikan mempengaruhi progress permainan Anda.

Namun sekuens yang tepat akan memberikan bonus tersendiri untuk mempercepat proses upgrade karakter Anda.
Namun sekuens yang tepat akan memberikan bonus tersendiri untuk mempercepat proses upgrade karakter Anda.
Selain itu, eksekusi ini juga akan memberikan buff tertentu sesuai dengan perk yang Anda pilih.
Selain itu, eksekusi ini juga akan memberikan buff tertentu sesuai dengan perk yang Anda pilih.
Selain untuk mengumpulkan nilai Valor, Anda juga bisa memilih perk yang bisa didapatkan dari setiap eksekusi yang berhasil Anda lakukan. Anda bisa memilih apakah setiap QTE ini akan berujung pada pemulihan sebagian porsi health, menambah jumlah damage yang dihasilkan selama beberapa detik, meningkatkan jumlah Focus untuk memastikan Anda bisa mengakses serangan spesial lebih sering, atau sekedar meningkatkan jumlah EXP yang dihasilkan dari setiap pertempuran yang ada. Sejauh Anda bisa memastikan setiap musuh dihabisi dengan QTE, hampir tidak ada kesempatan Anda akan hancur berantakan karena game ini. Karena tidak hanya sistem sederhana yang mudah dikuasai, tingkat kesulitan yang harus Anda hadapi juga tidak terlalu tinggi.

Selain para boss yang memang menuntut Anda untuk mempelajari dan mencari celah untuk melawan balik, Ryse: Son of Rome tidak banyak menawarkan tantangan di setiap pertempuran “kecil” yang Anda jalani. Sebagian besar musuh Anda akan terbagi menjadi empat varian yang terlepas dari perbedaan wujud yang diusung, mengusung gaya serangan dan kelemahan yang sama. Ada prajurit biasa dengan satu pedang yang bisa dieksekusi dengan mudah, prajurit bongsor dengan ekstra pelindung yang juga harus di-counter dengan serangan perisai terlebih dahulu, prajurit lincah dengan dua pedang yang mustahil dihadapi dengan serangan biasa secara frontal, dan satu prajurit tinggi yang tidak hanya memiliki darah yang tebal, tetapi juga serangan yang tidak bisa di-block. Anda mungkin akan bertemu dengan beberapa “bentuk” mereka, namun pada dasarnya, semua musuh yang Anda hadapi berkisar dalam format yang sama. Ciri-ciri senjata yang mereka bawa akan mempermudah Anda menentukan strategi seperti apa yang harus diusung.

Terlepas dari perbedaan bentuk dan desain, semua musuh yang Anda hadapi di Ryse: Son of Rome hadir dengan gaya yang spesifik dengan kelemahan yang sama.
Terlepas dari perbedaan bentuk dan desain, semua musuh yang Anda hadapi di Ryse: Son of Rome hadir dengan gaya yang spesifik dengan kelemahan yang sama.
Ada beberapa momen yang memosisikan Anda sebagai pemimpin untuk legion pasukan. Mekanisme yang sekedar meminta Anda bertahan, maju, menyerang dengan tombak, semuanya di timing yang tepat. Menarik di awal, tidak lagi terasa epik setelah beberapa kali terjadi.
Ada beberapa momen yang memosisikan Anda sebagai pemimpin untuk legion pasukan. Mekanisme yang sekedar meminta Anda bertahan, maju, menyerang dengan tombak, semuanya di timing yang tepat. Menarik di awal, tidak lagi terasa epik setelah beberapa kali terjadi.
Crytek sebenarnya juga menyuntikkan mekanisme permainan yang lain di Ryse: Son of Rome selain pertarungan senjata untuk memberikan sedikti variasi. Pertarungan pedang dengan sistem yang sama terus-menerus tentu saja berpotensi meninggalkan rasa bosan. Sekaligus untuk memperkuat kesan sosok Marius sebagai seorang pemimpin, beberapa titik cerita menuntut Anda menjadi komandan legion yang bergerak secara terstruktur ke dalam jantung pertahanan musuh. Bergerak dalam formasi militer lawas dan bersenjatakan tameng, Anda hanya harus memastikan pasukan Anda selamat. Caranya? Hanya tinggal memerintahkan mereka untuk kapan mengangkat tameng, atau kapan menyerang balik dengan melemparkan tombak yang ada. Ada sedikit momen epik di awal, namun tidak lagi banyak menarik di momen setelahnya. Di beberapa titik Anda juga diminta untuk menggunakan panah raksasa – Scorpion untuk menghalau puluhan Barbarian yang menyerang. Sebuah mekanisme mainstream yang juga tidak sebegitu menarik.

Di beberapa titik, Anda akan diberikan kesempatan memilih skenario pertarungan seperti apa yang ingin Anda hadapi. Sayangnya, ia tetap akan berujung pada satu hasil akhir yang sama.
Di beberapa titik, Anda akan diberikan kesempatan memilih skenario pertarungan seperti apa yang ingin Anda hadapi. Sayangnya, ia tetap akan berujung pada satu hasil akhir yang sama.
Ryse: Son of Rome sebenarnya punya potensi untuk hadir sebagai sebuah game action yang jauh lebih menarik daripada sekedar menjual sisi sinematik dan visual yang memesona. Dasarnya sebenarnya sudah terimplementasikan dengan baik di sana, walaupun pada akhirnya, berujung pada level kedangkalan yang sama. Kami tengah membicarakan soal pilihan. Di beberapa titik permainan, Anda diberi kesempatan untuk memilih satu di antara dua rute yang berbeda, masing-masing menawarkan skenario pertempuran yang berbeda. Namun sayangnya, terlepas dari variasi tantangan yang harus Anda hadapi, tidak banyak konsekuensi yang bisa dihasilkan darinya. Apapun pilihan yang Anda ambil, Anda akan berhadapan di ujung yang sama.

Multiplayer yang Unik

Ketika sebagian besar game berusaha mati-matian menghadirkan mode multiplayer kompetitif dengan jumlah gamer yang besar, Ryse: Son of Rome mengambil pendekatan berbeda. Hanya dua player, yang saling bahu-membahu bekerja sama menundukkan tantangan yang sama.
Ketika sebagian besar game berusaha mati-matian menghadirkan mode multiplayer kompetitif dengan jumlah gamer yang besar, Ryse: Son of Rome mengambil pendekatan berbeda. Hanya dua player, yang saling bahu-membahu bekerja sama menundukkan tantangan yang sama.
Satu hal yang menarik, tidak hanya sekedar menawarkan kesempatan untuk menjalani hidup seorang Marius, Crytek juga menyuntikkan sebuah mode multiplayer untuk Ryse: Son of Rome. Mengambil fokus kehidupan para Gladiator yang dikala itu menjadi semacam profesi ikonik tersendiri, mode multiplayer yang satu ini terhitung unik. Anda tidak akan berhadapan dengan sebuah game multiplayer yang mampu memuat player dalam jumlah masif dalam mode kompetitif layaknya sebagian besar game yang dirilis saat ini, tetapi justru sebaliknya. Ryse: Son of Rome hadir dengan mode multiplayer kooperatif dan hanya memuat 2 pemain saja.

Mekanik pertarungan yang diusung juga tidak banyak berbeda dengan mode SP. Sistem yang sama.
Mekanik pertarungan yang diusung juga tidak banyak berbeda dengan mode SP. Sistem yang sama.
Anda juga berkesempatan membeli equipment dan senjata yang lebih kuat.
Anda juga berkesempatan membeli equipment dan senjata yang lebih kuat.
Pada dasarnya, Anda berperan sebagai seorang gladiator yang dituntut untuk bertahan hidup sembari menundukkan musuh-musuh yang datang secara bergelombang. Hadir dalam arena yang tak ubahnya Colliseum, bersama dengan satu gamer lain sebagai teman, Anda harus bahu-membahu menundukkan misi yang dilemparkan kepada Anda. Terlepas dari beragam mode yang ditawarkan, garis besar misi yang disuntikkan hampir serupa satu sama lain.  Mekanik pertempuran dasar yang diusung juga tidak banyak berbeda dengan mode single player yang ada, dengan sistem menyerang, bertahan, dan QTE yang sama. Yang berbeda? Alih-alih menggunakan sistem perk untuk mendapatkan keuntungan tertentu setelah animasi eksekusi, Anda kini harus memilih salah satu Dewa sebagai pelindung Anda sebelum terjun ke arena. Dewa yang Anda pilih akan menentukan perk yang Anda dapatkan. Mendapatkan experience points dan uang, Anda bisa memperkuat karakter Gladiator Anda dengan membeli beragam equipment dan senjata yang disediakan.

Desain medan pertempuran yang pantas diacungi jempol.
Desain medan pertempuran yang pantas diacungi jempol.
Sayangnya, bahkan dengan auto matchmaking yang ada, bukan perkara mudah mencari "partner" bermain. 30 menit menunggu dan Anda belum tentu bertemu dengan satu orang pun.
Sayangnya, bahkan dengan auto matchmaking yang ada, bukan perkara mudah mencari “partner” bermain. 30 menit menunggu dan Anda belum tentu bertemu dengan satu orang pun.
Dengan kualitas visual yang serupa dengan misi single playernya, serta desain level yang pantas untuk diacungi jempol, mode multiplayer Ryse: Son of Rome memang cukup mudah dinikmati, apalagi jika Anda yang cukup merasa senang dengan gaya sinematik yang ditawarkan oleh Crytek di dalamnya. Berita buruknya? Tidak mudah untuk menemukan gamer lain untuk menempuh tantangan ini bersama. Walaupun sudah mengusung mode matchmaking otomatisnya sendiri, mencari satu teman ekstra lain untuk bertarung bersama bisa memakan waktu lebih dari setengah jam. Itupun jika teman Anda tidak serta-merta “gila” dan memutuskan untuk keluar di tengah pertempuran. Tidak jelas alasannya. Apakah memang sistem matchmaking yang disuntikkan Crytek sendiri belum sempurna? Ataukah memang sedikit gamer yang tertarik dengan mode multiplayer-nya? Atau memang karena Ryse: Son of Rome itu sendiri sepi peminat?

Now we are talking..
Now we are talking..
Sebuah easter egg yang cukup mengejutkan juga disuntikkan Crytek di mode ini. Anda yang sudah bosan berperan sebagai gladiator bisa berperan sebagai karakter ikonik yang gambarnya kami sertakan di atas ini. Tentu saja, Anda tetap harus berperang dengan menggunakan pedang dan perisai, dan bukannya plasma rifle. Sekedar kosmetik, Anda juga tidak akan bisa mengakses kemampuan nanosuit ini sama sekali. Cloak disengaged!!

Visual Terbaik di Platform PC Saat Ini!

Tidak berlebihan rasanya untuk menyebut Ryse: Son of Rome sebagai game PC dengan visual terbaik sejauh ini.
Tidak berlebihan rasanya untuk menyebut Ryse: Son of Rome sebagai game PC dengan visual terbaik sejauh ini.
Anda yang sempat membaca preview kami dan menikmati serangkaian screenshot “mentah” yang kami sertakan di sana tentu saja sudah punya gambaran seperti apa kualitas visual yang ditawarkan Ryse: Son of Rome di sana. Ia menjadi game pertama yang mendapatkan suntikan CryEngine generasi terbaru Crytek, yang kini sudah memutuskan untuk tidak lagi membubuhkan nomor apapun untuk menjelaskan versi engine andalannya ini. Hasilnya? Memesona. Tidak hanya berangkat dari fakta bahwa CryEngine itu sendiri memang mumpuni, tetapi juga keseriusan Crytek ketika melakukan proses port game ini ke PC. Berjalan tanpa masalah dan minim bug, gamer PC akan mudah jatuh hati dengan game yang satu ini.

Detail wajah dan pakaian yang pantas untuk diacungi jempol.
Detail wajah dan pakaian yang pantas untuk diacungi jempol.
Tata cahaya yang ditawarkan juga tidak kalah mengagumkan.
Tata cahaya yang ditawarkan juga tidak kalah mengagumkan.
Predikat sebagai game PC terbaik dari sisi kualitas visual memang sangat pantas disematkan di Ryse: Son of Rome. Anda akan berhadapan dengan detail wajah karakter yang begitu luar biasa, tidak hanya ketika cut-scene tetapi juga di dalam gameplay Ryse itu sendiri. Detail lingkungan, kualitas tata cahaya, hingga atmosfer pertempuran yang epik dibangun dengan maksimal di sini, setidaknya cukup untuk mengaburkan fakta bahwa game ini tampil sangat monoton di sisi gameplay. Animasi gerak yang halus, eksekusi dengan kamera sinematik, hingga presentasi voice acts yang cukup kuat kian menguatkan hal tersebut.

Crytek berhasil kembali membuktikan diri, sebagai developer "legendaris" dengan game-game yang memesona di sisi visual.
Crytek berhasil kembali membuktikan diri, sebagai developer “legendaris” dengan game-game yang memesona di sisi visual.
Untuk kesekian kalinya, Crytek kembali membuktikan, bahwa mereka memang pantas menyandang status sebagai developer game legendaris, apalagi jika menyangkut game-game yang berfokus di sisi visual.

Kesimpulan

Ryse Son of Rome JagatPlay (252)
Jika Anda termasuk gamer yang sangat menjunjung tinggi kualitas visual, bahkan menjadikannya standar utama daya tarik sebuah game, Ryse: Son of Rome menjadi game yang wajib untuk Anda nikmati. Alasan lain? Jika Anda termasuk gamer yang menggemari garis plot yang berpusat pada peradaban klasik seperti Roma yang diproyeksikan luar biasa oleh Crytek lewat jalinan kisah, desain, hingga atmosfer yang ditawarkan.
Game dengan kualitas visual yang memesona dan menjadikannya sebagai nilai jual utama, ini mungkin menjadi kalimat yang paling tepat untuk menjelaskan keseluruhan pengalaman yang bisa Anda dapatkan dari Ryse: Son of Rome ini. Dengan lusinan game yang mengklaim dirinya sebagai proyek “generasi terbaru”, Ryse: Son of Rome boleh terbilang sebagai game yang berhasil membuktikan bahwa ia memang pantas menyandang predikat tersebut. Detail wajah, tata cahaya, lingkungan, hingga atmosfer yang dibangun akan dengan mudah membuat jatuh hati. Crytek juga berhasil membuktikan bahwa proyek port ini bukanlah sesuatu yang ditangani main-main. Dibandingkan dengan game-game multiplatform selama beberapa bulan terakhir ini, proses port Ryse ke PC juga sama pantasnya untuk mendapatkan acungan jempol. Minim masalah, visual optimal, performa sesuai hardware yang Anda miliki, Crytek membuktikan klaim mereka.

Walaupun demikian ada beberapa kekurangan yang pantas untuk dicatat dari Ryse: Son of Rome ini. Salah satu concern utama yang kami rasakan adalah mekanisme pertempuran yang terasa hambar dan monoton, dengan variasi musuh yang juga tidak banyak memberikan tantangan. Parahnya lagi, format eksekusi sinematik terakhir yang diwarnai dengan QTE ternyata berujung menjadi sebuah animasi otomatis yang tetap akan berjalan, terlepas apakah Anda menekan runtut tombol yang benar atau bahkan sekedar mengabaikannya. Menarik di menit-menit awal permainan, daya tarik mekanik dan animasi ini akan mulai tergerus perlahan seiring progress permainan dan berubah menjadi semacam rutinitas yang tidak lagi menggugah. Implementasi sistem pilihan yang tidak berujung pada hasil akhir yang banyak berbeda juga jadi catatan tersendiri.

Jadi pantaskah Ryse: Son of Rome versi PC ini untuk dimainkan? Jika Anda termasuk gamer yang sangat menjunjung tinggi kualitas visual, bahkan menjadikannya standar utama daya tarik sebuah game, Ryse: Son of Rome menjadi game yang wajib untuk Anda nikmati. Alasan lain? Jika Anda termasuk gamer yang menggemari garis plot yang berpusat pada peradaban klasik seperti Roma yang diproyeksikan luar biasa oleh Crytek lewat jalinan kisah, desain, hingga atmosfer yang ditawarkan. Namun jika Anda termasuk gamer yang lebih berfokus pada sisi gameplay dan mengharapkan sebuah game dengan daya tarik gameplay yang bervariasi, maka Ryse: Son of Rome tidak akan tampil sebegitu menarik yang Anda bayangkan.

Kelebihan

Jalinan cerita yang cukup solid untuk memancing rasa penasaran Anda.
Jalinan cerita yang cukup solid untuk memancing rasa penasaran Anda.
  • Kualitas visual yang memesona
  • Mode multiplayer yang unik
  • Cerita yang cukup dramatis dan memancing rasa penasaran
  • Atmosfer permainan yang terasa tepat dengan desain keren
  • Proses port minim masalah

Kelemahan

Gelombang musuh, bunuh, gelombang musuh, bunuh, pindah tempat, gelombang musuh, bunuh, pindah tempat, gelombang musuh, bunuh. Kira-kira hal inilah yang akan Anda temui di game ini.
Gelombang musuh, bunuh, gelombang musuh, bunuh, pindah tempat, gelombang musuh, bunuh, pindah tempat, gelombang musuh, bunuh. Kira-kira hal inilah yang akan Anda temui di game ini.
  • Gameplay yang mudah terasa monoton
  • QTE yang tetap berlanjut walaupun Anda tidak menekan tombol apapun
  • Sistem skill yang dangkal
  • Minim sisi eksplorasi
  • Pilihan rute yang tetap berujung pada satu yang sama
Cocok untuk gamer: yang menyanjung sisi visual sebuah game, suka denga game-game yang mengambil tema peradaban kuno
Tidak cocok untuk gamer: yang mudah merasa bosan dengan gameplay yang monoton, yang mengharapkan kesempatan untuk menjelajahi dunia yang ditawarkan

sumber : http://jagatplay.com/2014/10/pc-2/review-ryse-son-of-rome-pertempuran-memanjakan-mata/3/



 

0 komentar :

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | free samples without surveys