Sabtu, 22 November 2014

Home » » [review] Assassin Creed - Unity

[review] Assassin Creed - Unity

By Pladidus Santoso
November 17, 2014   ·   
 
Assassin's Creed® Unity_20141113220806

Ubisoft memang tengah diterpa badai besar karena kesalahan besar mereka sendiri. Bagaimana tidak? Terlepas dari fakta bahwa ia menjadi salah satu seri game yang paling diantisipasi tahun ini, Ubisoft justru menawarkan rilis penuh masalah untuk produk terbarunya – Assassin’s Creed Unity. Proyek yang diposisikan sebagai sebuah seri peralihan ke generasi terbaru ini memang memperlihatkan potensi yang begitu luar biasa dari serangkaian trailer dan screenshot yang dirilis selama beberapa bulan terakhir ini. Sayangnya, harus dicederai dengan serangkaian masalah teknis yang terjadi di ketiga platform rilis yang ada – Playstation 4, Xbox One, dan tentu saja – PC. Sesuatu yang tentu saja, sangat disayangkan.

Anda yang sempat membaca preview kami sebelumnya tentu saja sudah mendapatkan sedikit gambaran akan apa yang ditawarkan oleh Assassin’s Creed Unity ini. Terlepas dari semua masalah teknis – seperti framerate yang tidak stabil, bug dan glitch yang mengganggu permainan, hingga mekanik yang dipertanyakan, atmosfernya sebagai sebuah game untuk platform generasi terbaru memang mengalir kentara. Desain kota Paris yang ramai dan padat, konten kekejaman masa lampau yang diperlihatkan secara eksplisit, hingga salah satu kualitas tata cahaya terbaik yang pernah ditawarkan sebuah video game. Semua nilai jual yang sebenarnya cukup untuk membuat Assassin’s Creed Unity tampil memesona untuk standar sebuah game action.

Lantas, apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Assassin’s Creed Unity ini? Mengapa kami menyebutnya sebagai game yang tidak seburuk yang dibicarakan? Review ini akan membahasnya lebih dalam untuk Anda.

Plot

Anda berperan sebagai Arno Dorian - seorang Assassin yang beraksi di tengah momen historis penting dunia - Revolusi Perancis.
Anda berperan sebagai Arno Dorian – seorang Assassin yang beraksi di tengah momen historis penting dunia – Revolusi Perancis.
Revolusi Perancis, sebagian besar dari Anda yang sempat mengikuti pelajaran sejarah di sekolah dengan seksama tentu tidak asing lagi dengan kata yang satu ini. Tidak lagi tahan dengan pemerintahan kerajaan yang korup dan tidak pernah peduli dengan kondisi hidup rakyatnya, penduduk Perancis memutuskan untuk mengambil tindakan radikal di akhir era abad 17. Kebebasan, Persamaan, dan Persaudaraan, ketiga prinsip inilah yang akhirnya mendorong rakyat untuk meruntuhkan kekuasan Monarki yang dikala itu dikuasai oleh Raja Louis XIV. Perancis tengah mengalami sebuah pergolakan hebat untuk menjadi sebuah negara Republik, sebuah negara demokrasi.

Di tengah kekacauan inilah, Arno Dorian beraksi dalam kegelapan. Namun tidak hanya didorong oleh pada prinsip teguh organisasi Assassin tempat ia bernaung, Arno membangun sebuah jalan untuk misi balas dendam pribadi. Kehilangan sang ayah di usia yang sangat muda, Arno juga harus berhadapan dengan tragedi melihat tewasnya sang ayah angkat yang juga begitu menyayanginya –   De la Serre. Berada di tempat kejadian dan dituduh sebagai pembunuh, Arno dijebloskan ke dalam penjara Bastille. Di sana ia bertemu dengan seorang Assassin lain yang menjadi mentor untuk melatih kemampuannya bertarung. Berselang tahun, kesempatan Arno untuk membebaskan diri akhirnya tiba. Revolusi Perancis meletus dan Arno muncul sebagai salah satu tahanan yang berhasil kabur dari penjara Bastille selama event historis tersebut.

Tidak hanya mengikuti hidupnya sebagai seorang Assassin, Arno juga mengejar sebuah misi balas dendam pribadi atas kematian sang ayah angkat.
Tidak hanya mengikuti hidupnya sebagai seorang Assassin, Arno juga mengejar sebuah misi balas dendam pribadi atas kematian sang ayah angkat.
Belajar tentang masa lalunya yang mengakar pada kubu Assassin, Arno justru berhadapan dengan fakta bahwa wanita yang paling ia cintai - Elise adalah seorang Templar.
Belajar tentang masa lalunya yang mengakar pada kubu Assassin, Arno justru berhadapan dengan fakta bahwa wanita yang paling ia cintai – Elise adalah seorang Templar.
Belajar tentang latar belakangnya sebagai keluarga seorang Assassin, Arno harus berhadapan dengan mimpi buruk yang lebih menyedihkan. Elise de la Serre, wanita yang ia cintai, sekaligus anak dari ayah angkat yang menjadi motivasi balas dendamnya ternyata adalah seorang Templar. Konflik ribuan tahun lalu yang terus mengakar ini akhirnya membuat keduanya tidak bisa bersatu. Mengambil jalan yang berbeda, berada di bendera yang saling berlawanan, Arno Dorian tidak pernah berhenti berusaha untuk menebus kesalahannya. Mencari tahu siapa sebenarnya yang bertanggung jawab atas kematian De la Serre menjadi sebuah misi pribadi yang terus ia kejar, terlepas dari posisinya sebagai seorang Assassin.

Investigas mengarah pada fakta bahwa ada kekuatan luar yang menjadi setir di belakang bergeraknya Revolusi Perancis. Templar kah? Assassin kah?
Penyelidikan Arno mengarah pada fakta bahwa ada kekuatan luar yang menjadi setir bergeraknya Revolusi Perancis. Templar kah? Assassin kah?
Aksi Anda juga akan melibatkan beberapa karakter historis ikonik seperti Napoleon Bonaparte ini misalnya.
Aksi Anda juga akan melibatkan beberapa karakter historis ikonik seperti Napoleon Bonaparte ini misalnya.
Perlahan namun pasti, semua investigasi yang dilakukan Arno mengarah pada satu sosok yang identitas dan keberadaannya masih begitu misterius. Namun kharisma dan misi yang ia dimiliki oleh sang tokoh antagonis utama ini berhasil mengikat begitu banyak Templar kuat lainnya, yang tidak ragu untuk memengaruhi kondisi politik Perancis yang tengah kacau untuk sebuah misi “suci” yang masih dipertanyakan. Di tengah perjalanan ini pula, Arno bertemu dengan beberapa tokoh historis yang tentu tidak akan asing lagi bagi Anda, termasuk Napoleon Bonaparte di dalamnya.

Lantas, siapa sebenarnya dalang dari semua kekacauan ini, termasuk tewasnya De la Serre? Apakah Arno dan Elise akan bersama? Bagaimana konflik historis antara Assassin dan Templar ini akan berakhir? Jawaban dari semua pertanyaan tersebut bisa Anda jawab dengan memainkan Assassin’s Creed Unity ini.

Banyak Hal Baru yang Menarik!

Secara garis besar, mekanik open world yang ia tawarkan masih "khas" ala Ubisoft -  buka tower dan berhadapan dengan segudang misi sampingan dan utama yang ada.
Secara garis besar, mekanik open world yang ia tawarkan masih “khas” ala Ubisoft – buka tower dan berhadapan dengan segudang misi sampingan dan utama yang ada.
Jika harus membicarakan pondasi mekanik gameplay utama yang diusung Assassin’s Creed Unity ini, maka seri yang satu ini boleh dibilang lebih mengakar pada cita rasa seri awal daripada beberapa seri terakhir – seperti Black Flag yang hadir dengan pertempuran kapalnya yang epik. Unity kembali membawa Anda pada sensasi seri Assassin’s Creed, terutama kedua, dimana setting Eropa yang dikombinasikan dengan gameplay yang lebih berfokus pada penyelesaian misi utama dan sampingan, menjadi nilai jual utama. Seperti yang bisa diprediksi, ia tetap mengusung konsep “open-world” khas Ubisoft selama ini. Anda harus melakukan Synchronize di beberapa landmark ikonik Paris untuk membuka detail peta dan segudang side mission yang ditawarkan setiap district. Sebuah mekanik yang tentu tidak asing lagi pencinta Assassin’s Creed. Bedanya? Side mission yang ia tawarkan benar-benar, segudang.

Ketika kami membicarakan "segudang", maksud kami benar-benar segudang!
Ketika kami membicarakan “segudang”, maksud kami benar-benar segudang!
Paris bukanlah kota yang sekedar luas, tetapi juga "padat" di dalamnya.
Paris bukanlah kota yang sekedar luas, tetapi juga “padat” di dalamnya.
Sebagian bangunan yang ada kini bisa Anda masuki, dengan desain interior uniknya sendiri-sendiri.
Sebagian bangunan yang ada kini bisa Anda masuki, dengan desain interior uniknya sendiri-sendiri.
Paris tidak seperti Roma di Assassin’s Creed: Brotherhood, yang walaupun sempat digembar-gemborkan sebagai kota super luas, memiliki konten yang minim sebagai sebuah pusat kota masa lampau yang begitu masif. Seperti yang mereka klaim sebelumnya, Paris di Assassin’s Creed Unity adalah kota terluas dan terpadat yang pernah Anda temui di sepanjang sejarah franchise ini. Kita tidak hanya membicarakan sekedar skala ukuran saja, tetapi juga kompleksitas yang ada. Rumah-rumah ini bukanlah lagi sekedar hiasan, “balok” yang lebih banyak Anda manfaatkan sebagai tempat berpijak menuju atap. Sebagian rumah di Paris ini memiliki akses interiornya sendiri, yang walaupun tidak begitu unik, masih memungkinkan Anda untuk masuk dan melakukan eksplorasi kecil Anda sendiri. Tidak hanya rumah yang bisa dimasuki, Paris juga memiliki begitu banyak jalan bawah tanah yang juga bisa Anda jelajahi ketika dibutuhkan, dari sekedar mencari peti, hingga mencari jalan pintas. Untuk mengakomodasi luasnya kota Paris, Ubisoft menyuntikkan segudang misi sampingan yang akan menyita puluhan waktu jam Anda untuk diselesaikan, pastinya. Cukup untuk membuat peta kecil yang ada terpenuhi dan padat.

Ubisoft menyuntikkan cukup banyak side mission baru di Assassin’s Creed Unity ini. Salah satu yang paling keren tentu saja berasal dari serangkaian misi investigasi yang menyebar di penjuru kota. Tidak lagi sekedar Assassin, Arno ternyata juga bertindak sebagai seorang detektif, berusaha mencari jawaban di antara beragam kasus kriminal penuh misteri yang tidak terpecahkan. Mekaniknya sendiri juga unik. Investigasi berjalan layaknya sebagaimana seorang detektif seharusnya bekerja, dimana Arno harus menemukan serangkaian clue yang tersebar di tempat kejadian perkara, menghubungkannya, mengumpulkan informasi dari para saksi, dan akhirnya menentukan sendiri siapa yang menjadi dalang dari setiap tindak kriminal ini. Tidak ada clue eksplisit sama sekali, mengharuskan Anda untuk mencari benang merah sendiri, membaca setiap informasi yang sudah Anda kumpulkan sendiri, dan akhirnya menangkap siapa yang besar kemungkinan menjadi pelaku. Menuduh orang yang tidak bersalah akan berujung pada konsekuensi reward yang lebih buruk. Ada keasyikan tersendiri ketika terlibat dalam side mission yang satu ini, walaupun Anda harus berhadapan dengan user-interface yang cukup buruk, terutama dari fakta bahwa Anda tidak akan dibantu indikator apapun untuk menunjukkan mana tempat yang sudah Anda selidiki dan yang belum.

Ada beberapa misi sampingan baru yang cukup unik. Salah satunya adalah misi investigasi yang menempatkan Anda tak ubahnya seorang detektif. Mencari clue, mengumpulkan saksi, membandingkan informasi, dan akhirnya menangkap siapa yang bertanggung jawab.
Ada beberapa misi sampingan baru yang cukup unik. Salah satunya adalah misi investigasi yang menempatkan Anda tak ubahnya seorang detektif. Mencari clue, mengumpulkan saksi, membandingkan informasi, dan akhirnya menangkap siapa yang bertanggung jawab.
Ada ekstra kebebasan untuk menentukan sendiri metode seperti apa yang ingin Anda lakukan untuk menyelesaikan setiap misi yang ada, tanpa harus mengikuti pakem tertentu.
Ada ekstra kebebasan untuk menentukan sendiri metode seperti apa yang ingin Anda lakukan untuk menyelesaikan setiap misi yang ada, tanpa harus mengikuti pakem tertentu. Berperang secara frontal? Kenapa tidak?
Sayangnya, kebebasan ini harus dibayar mahal - dengan AI, terutama target utama, yang terlihat tidak responsif dan kompeten.
Sayangnya, kebebasan ini harus dibayar mahal – dengan AI, terutama target utama, yang terlihat tidak responsif dan kompeten.
Tidak hanya misi investigasi yang satu ini, Assassin’s Creed Unity juga menyuntikkan lebih banyak opsi ketika Anda berusaha menyelesaikan misi tertentu – terutama yang berasal dari progress cerita utama. Jika di seri-seri sebelumnya, Anda dituntut untuk mengikuti satu jalur cara yang sudah ditetapkan oleh developer sebelumnya dan tidak memberikan celah apapun untuk alternatif solusi yang lain, Unity justru menawarkan sesuatu yang bertolak belakang. Tidak suka bermain stealth? Anda bisa memburu target-target utama ini dengan perang terbuka. Tidak suka dengan sekedar menyelinap? Anda bisa membuka alternatif cara membunuh lain dengan menyelesaikan misi sampingan yang muncul dalam indikator tanda seru di peta. Alternatif cara kini ditawarkan lebih bervariasi dan bisa mengakomodasi gaya bermain yang menjadi preferensi Anda. Namun sayangnya, ini berimbas pada kualitas AI yang kian buruk. Kami seringkali menemukan target utama yang tidak bergeming dan tetap diam di tempatnya bahkan ketika kami bertarung secara terbuka di ruangan sebelah, yang tentu penuh teriakan dan bunyi denting pedang dimana-mana. AI karakter-karakter antagonis ini seperti tidak peduli. Seperti dua sisi koin, “kelemahan” ini mempermudah Anda yang lebih senang bertempur dengan lantang.

Berbicara soal bertempur, Ubisoft juga menyuntikkan perbaikan di sisi yang satu ini. Anda masih ingat betapa mudahnya sistem pertempuran di Assassin’s Creed sebelumnya? Dimana Anda hanya butuh menimbun banyak mayat pasukan musuh dalam waktu singkat hanya dengan melakukan beberapa klik di sana dan sini? Anda tidak bisa melakukan hal tersebut lagi di Unity. Pertempuran berjalan jauh lebih sulit di sini, dimana sosok Anda kini terasa rentan terhadap damage apapun yang diterima. Tidak hanya itu saja, tiap musuh yang hadir dengan varian model serangan, juga butuh ekstra kerja keras untuk ditundukkan, terutama untuk melakukan parry di momen yang tepat. Sekedar menyerang membabi buta? Anda akan mati dalam waktu singkat. Parahnya lagi, ancaman terbesar di Unity, mengikuti perkembangan zamannya, justru bukan ada pada pedang, melainkan senapan musuh yang bertebaran. Berada dalam jarak yang cukup jauh dan gagal untuk mengenali kondisi bahwa Anda tengah dibidik, Anda bisa mengucapkan selamat tinggal pada Paris dalam waktu singkat.

Pertarungan berjalan lebih sulit seiring dengan kuantitas musuh yang Anda hadapi. Selamat tinggal karakter imbalance ala seri AC dulu yang tampaknya sangat mudah, menimbun mayat di tengah kota.
Pertarungan berjalan lebih sulit seiring dengan kuantitas musuh yang Anda hadapi. Selamat tinggal karakter imbalance ala seri AC dulu yang tampaknya sangat mudah, menimbun mayat di tengah kota.
Berhadapan dengan musuh sebanyak ini sekaligus? Bersiaplah untuk terdesak.
Berhadapan dengan musuh sebanyak ini sekaligus? Bersiaplah untuk terdesak.
Arno juga dibekali dengan senjata baru - Phantom Blade yang mampu menghabisi musuh dari jarak jauh dengan diam.
Arno juga dibekali dengan senjata baru – Phantom Blade yang mampu menghabisi musuh dari jarak jauh dengan diam.
Tentu saja, untuk mengakomodasi tingkat kesulitan ini, Arno dibekali dengan beberapa senjata ekstra yang baru, selain variasi pedang dan senjata yang Anda miliki tentu saja. Anda tetap bisa menggunakan Smoke Bomb atau Stun Grenade untuk melarikan diri ketika dibutuhkan misalnya. Namun satu senjata tambahan yang mengubah cara Anda beraksi tentu saja mengakar pada senjata milik para generasi Assassin yang baru – Phantom Blade. Berbentuk seperti sebuah panah kecil di pergelangan tangan Arno, Anda bisa meluncurkan proyektil kecil yang akan membunuh sebagian besar musuh secara instan (termasuk para target utama) tanpa perlu memicu perhatian sama sekali. Tidak hanya standar panah utama, Anda juga bisa menyuntikkan panah versi Berserk di dalamnya untuk memaksimalkan potensi strategi yang bisa ditempuh. Panah Berserk ini akan membuat target musuh Anda menggila dan menyerang musuh yang lain secara membabi buta, hingga “minion” baru Anda ini tewas atau menewaskan yang lain. Sebuah senjata signifikan mengingat Anda tidak bisa lagi memanggil bantuan Assassin yang lain seperti halnya masa Ezio di seri AC dulu. Sementara untuk Anda yang senang bermain stealth, AC Unity akhirnya hadir dengan tombol crouch terpisah untuk bergerak menunduk dan pelan, memudahkan untuk bersembunyi ketika dibutuhkan.

Perbaikan sistem pertarungan yang kini lebih sulit dan senjata-senjata baru, Arno juga berhasil membangun identitas pribadi lewat kemampuan eksplorasinya yang unik. Salah satu yang paling signifikan adalah sistem parkour baru yang membuat Arno tampil sebagai Assassin yang paling lincah yang pernah ada. Alih-alih hanya menyematkan aksi ini hanya dari satu tombol saja, Ubisoft kini menyuntikkan dua tombol parkour berbeda – untuk naik dan turun. Tombol parkour naik beraksi seperti eksplorasi selama ini,tanpa ada sesuatu yang istimewa. Sementara tombol parkour turun disematkan untuk meminimalisir kejadian bodoh yang mungkin sempat Anda lakukan, dimana karakter Assassin Anda tanpa logika, berusaha melompat dari gedung tinggi dan tewas. Menahan tombol ini dan Arno akan secara otomatis menjadi titik gedung paling untuk turun, secepat mungkin. Tidak hanya parkour, kemampuan Eagle Vision milik Arno juga jauh lebih hebat. Eagle Vision kini tidak hanya bisa memperlihatkan Anda target atau musuh dalam jarak tertentu, tetapi juga item dan beragam point of interest dalam jarak terdekat. Bagian terbaiknya? Ia kini bergerak dalam format tiga dimensi, alias juga memperlihatkan kepada Anda seberapa tinggi atau rendahnya setiap item ini.

Tombol aksi Parkour kini dibagi menjadi dua bagian: naik dan turun untuk mempercepat aksi Arno yang lincah.
Tombol aksi Parkour kini dibagi menjadi dua bagian: naik dan turun untuk mempercepat aksi Arno yang lincah.
Anda tentu saja bisa membekali Arno dengan senjata dan armor yang lebih kuat dengan menggunakan uang yang Anda dapatkan. Dengan tingkat kesulitan tinggi, ia menjadi sesuatu yang esensial.
Anda tentu saja bisa membekali Arno dengan senjata dan armor yang lebih kuat dengan menggunakan uang yang Anda dapatkan. Dengan tingkat kesulitan tinggi, ia menjadi sesuatu yang esensial.
Arno tentu saja dilengkapi beragam item lain untuk mendukung aksinya, termasuk Smoke Bomb dan Stun Grenade, misalnya.
Arno tentu saja dilengkapi beragam item lain untuk mendukung aksinya, termasuk Smoke Bomb dan Stun Grenade, misalnya.
Arno, dan seperti Assassin lainnya, tampaknya sangat mengerti, bahwa di balik usaha mereka untuk menyelamatkan peradaban, uang tetap menjadi faktor terpenting yang tidak bisa diabaikan begitu saja. Di Assassin’s Creed Unity, Anda akan berhadapan dengan dua mata uang yang berbeda – Franc dan Creed Points. Franc menjadi mata uang standar yang akumulasinya akan memungkinkan Anda untuk membeli serangkaian item dan equipment yang lebih baik. Ada begitu banyak cara untuk mendapatkannya, dari sekedar menyelesaikan misi, berburu peti, hingga membangun kembali Cafe di penjuru kota Paris dan mendulang sejumlah uang secara berkala. Sementara Creed Points yang bisa didapatkan dari beragam event dan aksi Anda, digunakan untuk melakukan upgrade equipment dan senjata yang sudah Anda beli sebelumnya, tentu saja untuk memastikan equipment Anda menghasilkan status yang jauh lebih optimal. Anda juga bisa menggunakan point ini untuk membeli sesuatu yang bersifat kosmetik.

Selain membuka beragam peti atau menyelesaikan misi sampingan yang ada, Arno juga bisa menginvestasikan uangnya di sebuah Cafe yang harus terus Anda renovasi untuk ekstra uang berkala.
Selain membuka beragam peti atau menyelesaikan misi sampingan yang ada, Arno juga bisa menginvestasikan uangnya di sebuah Cafe yang harus terus Anda renovasi untuk ekstra uang berkala.
Sistem skill tree dengan beragam kategori juga disematkan di sini.
Sistem skill tree dengan beragam kategori juga disematkan di sini.
Tentu saja, Arno tidak akan bisa bertahan hidup hanya dengan mengandalkan semua perlengkapan dan senjata yang ia dapatkan di awal permainan. Dengan kota Paris yang terbagi atas beragam tingkat kesulitan dan tentu saja, ancaman yang lebih mematikan, memiliki uang dan membeli armor atau pedang yang lebih baik menjadi sesuatu yang sangat esensial. Unity juga mengusung sistem skill tree yang point upgradenya bisa Anda dapatkan dengan menyelesaikan beragam misi utama atau co-op (n yang akan kita bahas nanti). Skill Tree ini terbagi atas empat jenis: Melee, Ranged, Health, dan Stealth, yang masing-masing darinya akan memperkuat kemampuan Arno, seperti Double Assassination atau darah yang lebih tebal misinya.

Keluar dari "kegilaan" Black Flag, Unity mengusung pengalaman dengan cita rasa Assassin's Creed yang lebih klasik.
Keluar dari “kegilaan” Black Flag, Unity mengusung pengalaman dengan cita rasa Assassin’s Creed yang lebih klasik.
Dikombinasikan dengan animasi gerakan yang terasa lebih mengalir dan keren, Assassin’s Creed Unity seolah tampil sebagai sebuah seri reboot, sebuah seri yang berusaha menawarkan cita rasa klasik franchise ini lewat peralihan menuju ke generasi terbaru. Sebuah usaha yang cukup berani, mengingat kegilaan seri Black Flag sebelumnya yang penuh dengan konten yang bahkan tidak lagi cocok untuk disebut sebagai sebuah game “Assassin”, namun diakui, sangat menyenangkan. Untuk Anda yang berharap mendapatkan sebuah game Assassin dengan konten inovatif dan gila seperti Black Flag, Unity mungkin akan terasa membosankan, terlepas dari ragam konten baru yang berusaha mereka suntikkan.

Seandainya Saja..

Sayangnya, semua nilai positif tersebut harus luluh lantak di bawah beragam masalah teknis yang menyedihkan.
Sayangnya, semua nilai positif tersebut harus luluh lantak di bawah beragam masalah teknis yang menyedihkan.
Dengna semua ekstra konten yang kami bahas di atas, Assassin’s Creed Unity seharusnya bisa tumbuh sebagai salah satu seri game Assassin’s Creed terbaik yang pernah meluncur ke industri game. Dengan kota Paris yang padat dan luas, animasi gerakan yang fluid, lompatan kualitas visual yang cukup berkesan, dan variasi side-mission yang cukup keren, tidak ada yang menghalangi Unity untuk mencapai status tersebut. Jika saja, mereka tidak berhadapan dengan masalah teknis fatal yang sangat menyedihkan.

Agak sedikit memicu rasa heran kami, mengapa Ubisoft mati-matian berusaha “menjual” fakta bahwa game ini mampu memuat ribuan NPC dalam satu layar sebagai kekuatan utama. Di atas kertas, konsep ini memang terdengar manis untuk merepresentasikan kondisi Revolusi Perancis yang kacau di kala itu. Namun dari sisi gameplay, keputusan ini berujung mimpi buruk. Ribuan orang yang harus di-render secara real-time ini berimplikasi pada banyak masalah – dari texture yang muncul mendadak di sana-sini, NPC yang tiba-tiba muncul dari tanah atau turun dari angkasa mengisi kekosongan yang ada, NPC yang bertindak tidak normal seperti melayang atau berjalan di atas tiang lampu, misalnya, hingga yang paling parah tentu saja – framerate yang tidak stabil.

Seperti janji yang sempat mereka ungkapkan dulu, Ubisoft memang berhasil menyuntikkan segudang NPC di Unity, ribuan dalam satu layar. Pertanyaannya kini, apakah signifikan?
Seperti janji yang sempat mereka ungkapkan dulu, Ubisoft memang berhasil menyuntikkan segudang NPC di Unity, ribuan dalam satu layar. Pertanyaannya kini, apakah signifikan?
Selain untuk kosmetik dan memperkuat atmosfer yang ada, NPC ini justru lebih jadi sumber masalah, terutama framerate.
Selain untuk kosmetik dan memperkuat atmosfer yang ada, NPC ini justru lebih jadi sumber masalah, terutama framerate.
Padahal banyak gamer Assassin’s Creed tampaknya sangat setuju, bahwa NPC bukanlah salah satu elemen yang penting untuk menikmati franchise ini. Memang benar, ia mampu menumbuhkan atmosfer permainan yang terasa tepat, namun jika ia dijalankan dengan benar. Masalahnya di Unity, keramaian NPC ini menjadi sumber masalah dan tidak berfungsi dengan semestinya. Malahan ia justru mengacaukan situasi imersif gameplay yang seharusnya Anda dapatkan, melihat karakter yang muncul tiba-tiba atau melayang, sesuatu yang seharusnya tidak terjadi. Apalagi dengan desain misi yang saat ini sama sekali tidak terlalu peduli apakah Anda menyelesaikannya secara stealth atau perang terbuka, peran NPC ini muncul sekedar sebagai kosmetik yang tidak signifikan. Anda tidak bisa berinteraksi dengan mereka, Anda tidak bisa lagi mencuri uang mereka, mereka juga tidak lagi menjadi ekstra ancaman ketika Anda bertarung secara terbuka, membuat kami semakin yakin – bahwa Ubisoft tidak pernah butuh untuk melemparkan NPC dengan jumlah sebanyak itu.

Kami sempat tenggelam menembus lantai dan jatuh ke kekosongan.
Kami sempat tenggelam menembus lantai dan jatuh ke kekosongan.
Kamuflase tingkat tinggi sebagai pantat kuda? Why not!
Kamuflase tingkat tinggi sebagai pantat kuda? Why not! Glitch ini memaksa kami mematikan game dan mengulang dari awal lagi karena tidak bisa bergerak ke mana-mana.
Tidak hanya masalah framerate, Assassin’s Creed Unity juga masih memiliki banyak bug dan glitches yang sangat mengurangi kenyamanan bermain. Kita tidak hanya berbicara soal posisi mayat dalam kondisi aneh yang mengundang gelak tawa, tetapi beragam bug yang membuat Anda harus menghentikan permainan, mematikannya, dan menghidupkannya kembali dari awal. Sembari menunggu waktu loading yang juga begitu lama, proses ini menghasilkan rasa sebal yang dengan mudah menyentuh puncak tertinggi. Kami sempat jatuh ke dasar kolam tanpa batas di bawah lantai kota Paris, kami sempat terjebak di pantat kuda dan tidak bisa bergerak sama sekali, kami sempat harus mengulang game karena NPC yang seharusnya mendorong bergeraknya misi dan cerita tiba-tiba mogok dan hanya berdiri diam, kami sempat ingin muntah darah ketika kami tewas tanpa alasan di dalam misi. Seandainya saja semua masalah ini terselesaikan. Seandainya saja semua masalah ini tidak pernah hadir, maka Assassin’s Creed Unity akan tampil sebagai salah satu game Assassin’s Creed terbaik. Besar harapan bahwa Ubisoft akan memperbaiki semua masalah ini di patch selanjutnya.

Namun tidak ada yang jauh lebih buruk dari fakta bahwa Ubisoft mulai terlihat seperti “EA baru” dengan salah satu kebijakan yang paling absurd dan sangat tidak adil, apalagi berangkat dari fakta bahwa Anda sudah membeli game ini secara original dengan harga yang tidak murah. Dua kesalahan terbesar mereka – microtransactions dan tentu saja, paksaan bagi Anda untuk mengunduh aplikasi pendukung yang ada. Beberapa peti berwarna biru dan emas terbesar di kota Paris dan tidak bisa begitu saja dibuka, terlepas dari kontennya yang menggiurkan. Untuk bisa membuka peti berwarna biru, Anda harus mengunduh aplikasi pendukung Unity ini di mobile. Untuk bisa membuka peti berwarna emas, Anda dipaksa bermain game browser – Assassin’s Creed Initiates, yang kontennya sendiri bahkan belum siap saat tulisan ini ditulis. Tidak ada alternatif untuk membuka kedua peti ini selain menempuh cara-cara picik yang sudah digariskan oleh Ubisoft sendiri. Kami sendiri menolak tunduk.

Ubisoft "memaksa" Anda untuk mengunduh aplikasi pendukung untuk bisa membuka peti ini.
Ubisoft “memaksa” Anda untuk mengunduh aplikasi pendukung untuk bisa membuka peti ini.
Anda juga berkesempatan membuka kostum alternatif lain dari peti emas, yang hanya bisa dibuka jika Anda memainkan AC Initiates. Berita buruknya? Bahkan kontennya sendiri belum siap untuk dimainkan. Berkunjung ke situs AC initiates, dan Anda berhadapan dengan konten dengan tulisan masih "Coming Soon". What the..
Anda juga berkesempatan membuka kostum alternatif lain dari peti emas, yang hanya bisa dibuka jika Anda memainkan AC Initiates. Berita buruknya? Bahkan kontennya sendiri belum siap untuk dimainkan. Berkunjung ke situs AC initiates, dan Anda berhadapan dengan konten dengan tulisan masih “Coming Soon”. What the..
Parahnya lagi, terlepas dari fakta bahwa Anda sudah membeli game ini mahal, Ubisoft masih “meludahi” muka Anda dengan menyematkan sistem microtransactions di dalamnya. Anda bisa membeli mata uang in-game super unik bernama “Helix Points” dengan menggunakan uang nyata untuk mendapatkan senjata dan equipment terkuat yang ada, bahkan sejak awal permainan. Memang, tidak ada kondisi di dalam game yang memaksa Anda harus membelinya dengan menggunakan uang nyata dan semuanya bisa dicapai dengan sedikit ekstra kerja keras di dalam in-game. Namun fakta bahwa mereka menyertakan mekanisme ini ke dalam sebuah game berbayar penuh terasa seperti sebuah pengkhianatan. Bukan emosi yang seharusnya terbangun ketika Anda menikmati game seperti ini.

Dengan semua kelemahan ini, ada kalanya Anda akan memikirkan beragam skenario yang mungkin terjadi. Seandainya saja Ubisoft tidak rakus. Seandainya saja Ubisoft tidak terburu-buru. Seandainya saja..

Kini Hadir dengan Ekstra Misi Co-Op

AC unity menjadi seri AC pertama yang menawarkan mode multiplayer kooperatif di dalamnya.
AC unity menjadi seri AC pertama yang menawarkan mode multiplayer kooperatif di dalamnya.
Ubisoft memutuskan untuk membuang misi kompetitif antar player yang sempat disematkan di beberapa seri Assassin’s Creed sebelumnya. Sebagai gantinya, Ubisoft menyuntikkan ragam variasi mode kooperatif yang mampu memfasilitasi 2 – 4 pemain sekaligus untuk menempuh beragam misi unik yang ditawarkan secara bersama-sama.

Ada mode heist yang lebih berfokus pada gameplay ala stealth untuk ekstra uang dan Creed Points.
Ada mode heist yang lebih berfokus pada gameplay ala stealth untuk ekstra uang dan Creed Points.
Dengan ikon terpisah berwarna merah yang bisa dilihat di dalam peta, ada dua jenis misi yang bisa Anda tempuh di mode kooperatif: Heist dan tentu saja – Co-op Missions. Seperti nama yang ia usung, Heist menuntut Anda untuk masuk ke dalam tempat tertentu, mencuri item yang sudah ditentukan sebelumnya, dan keluar dengan seminim mungkin menarik perhatian. Jumlah reward Anda akan berkurang secara perlahan seiring dengan frekuensi Anda terlibat dalam konflik terbuka dengan karakter musuh yang lain. Heist menjadi misi paling efektif untuk mengumpulkan uang dan Creed Points dalam jumlah besar dengan cepat. Ia juga memfasilitasi Anda yang mungkin memang lebih senang memainkan Assassin dengan gaya seorang pembunuh rahasia, secara stealth.

Misi Co-Op menyematkan ekstra cerita yang tidak bisa Anda temukan di mode cerita utama.
Misi Co-Op menyematkan ekstra cerita yang tidak bisa Anda temukan di mode cerita utama.
Tidak hanya luas, misi-misi  ini juga seringkali mengusung jumlah musuh yang masif - yang tentu saja didesain untuk mengakomodir aksi 2-4 pemain.
Tidak hanya luas, misi-misi ini juga seringkali mengusung jumlah musuh yang masif – yang tentu saja didesain untuk mengakomodir aksi 2-4 pemain.
Pastikan koneksi internet Anda cukup stabil sebelum pengalaman ini berakhir menjadi mimpi buruk.
Pastikan koneksi internet Anda cukup stabil sebelum pengalaman ini berakhir menjadi mimpi buruk.
Sementara Co-Op Mission adalah alternatif misi tambahan multiplayer dengan akar cerita yang cukup kuat, melibatkan Anda dalam berbagai momen historis Revolusi Perancis yang tidak ditawarkan oleh mode single player yang ada. Dengan ciri khas tempat yang lebih luas dan jumlah serta varian musuh yang jauh lebih banyak, Anda tentu saja harus bahu-membahu untuk memastikan diri mampu menyelesaikannya. Masih dalam format dunia yang terbuka, Anda diberi kebebasan untuk berinteraksi dan mengambil jalur manapun. Berjalan bersama untuk ekstra keamanan? Atau berjalan berpisah untuk kecepatan? Semuanya bergantung pada Anda. Karakter yang “tewas” juga tidak akan secara otomatis ditendang dari permainan. Anda bisa membantu mereka untuk hidup kembali dengan aksi “Revive” yang ada. Tidak hanya itu saja, Anda juga bisa mengeksekusi varian skill yang juga bisa dibagi bersama dengan anggota tim yang lain – seperti berbagi Eagle Vision atau Medicine, misalnya.

Namun tentu saja, Anda butuh koneksi internet yang stabil untuk dapat menikmati game ini secara maksimal. Mengapa? Karena jika komunikasi data Anda bermasalah, Anda tidak hanya akan menjadi bencana untuk Anda diri sendiri tetapi juga orang lain. Kami sempat bertemu skenario dimana gameplay kami disusupi oleh gamer baru dengan konektivitas  buruk. Hasilnya, permainan kami juga menjadi patah-patah dan sulit untuk dinikmati.

Time Anomaly yang Kurang Maksimal

Time Anomaly yang sebenarnya potensial, tapi kurang digarap maksimal.
Time Anomaly yang sebenarnya potensial, tapi kurang digarap maksimal.
Sebuah fitur yang seharusnya disembunyikan Ubisoft dan menjadi ekstra kejutan, namun malah mendapatkan eksposure besar dan terkesan sebagai spoiler, keputusan developer asal Perancis ini untuk memperkenalkan mekanisme “Time Anomaly” sebagai fitur baru Unity memang pantas dipertanyakan. Di salah satu trailer tersebut, Arno terlihat tengah berusaha menyelamatkan diri dari kota Paris di era perang dunia kedua yang tengah dikuasai oleh kekuatan fasis – Nazi Jerman. Hadir beberapa kali dalam misi utama yang ada, Time Anomaly memang menghasilkan pengalaman yang unik,  namun sayangnya, gagal memanfaatkan potensi yang ada. Fitur yang seharusnya keren ini, memble di akhir.

Kesempatan untuk memanjat Menara Eiffel di masa perang dunia kedua? Hell yes!
Kesempatan untuk memanjat Menara Eiffel di masa perang dunia kedua? Hell yes!
Namun mimpi untuk membunuh tentara Nazi bersenjata modern musnah begitu saja. Time Anomaly adalah level standar yang berfokus pada sisi parkour dan aksi yang sangat minim dan sudah ditentukan sebelumnya.
Namun mimpi untuk membunuh tentara Nazi bersenjata modern musnah begitu saja. Time Anomaly adalah level standar yang berfokus pada sisi parkour dan aksi yang sangat minim dan sudah ditentukan sebelumnya.
Fitur yang sebenarnya sangat potensial untuk menawarkan sebuah sensasi Assassin's Creed yang lebih unik. Sayangnya, tidak dimanfaatkan dengan baik.
Fitur yang sebenarnya sangat potensial untuk menawarkan sebuah sensasi Assassin’s Creed yang lebih unik. Sayangnya, tidak dimanfaatkan dengan baik.
Berpetualang di berbagai masa yang berbeda, dengan kompleksitas masalahnya masing-masing tentu menjadi konsep yang sangat menggiurkan di atas kertas, apalagi untuk Assassin’s Creed yang selama ini selalu dikenal sebagai game yang hanya mengusung satu timeline sebagai nilai jual utama. Namun sayangnya, potensi yang dibawa oleh fitur Time Anomaly ini tidak berakhir semanis yang dibayangkan. Anda memang akan berakhir di sebuah masa yang berbeda, namun sayangnya, tidak lebih dari sebuah stage yang meminta Anda untuk bergerak dari titik A ke titik B yang lebih berfokus pada efektivitas gerakan parkour Anda, daripada aksi membunuh, menginfiltrasi, atau “mencicipi” peradaban yang berbeda ini. Time Anomaly terasa lebih sebagai kosmetik. Sebagai contoh? Misi di perang dunia kedua, misalnya. Anda memang diminta untuk memanjat menara Eiffel yang tengah dikuasai oleh Jerman. Hantaman peluru pesawat dan spotlight dari sniper memang menjadi ancaman, namun Anda tidak akan bertemu atau punya kesempatan untuk membunuh para Nazi dengan persenjataan mereka yang lebih modern atau mengambil senjata mereka dan terlibat dalam variasi perang yang mungkin belum pernah bayangkan di seri Assassin’s Creed sebelumnya. Anda harus mengikuti garis yang sudah ditentukan oleh Ubisoft sebelumnya.

Dunia dan Karakter yang Indah

Selamat datang di Paris, kota terindah di sepanjang sejarah franchise Assassin's Creed.
Selamat datang di Paris, kota terindah di sepanjang sejarah franchise Assassin’s Creed.
Terlepas dari semua kekurangan bug dan glitch yang terjadi, acungan jempol pantas dilayangkan untuk tim kreatif Ubisoft yang punya tanggung jawab untuk mengembangkan kota Paris klasik ini, mengawasi proses motion capture yang ada, serta menciptakan sistem tata cahaya yang diimplementasikan di sini. Mengapa? Karena harus diakui, ketiga hal inilah yang berhasil membuat Assassin’s Creed Unity tampil memesona secara visual, setidaknya cukup untuk mengukuhkan identitasnya sebagai sebuah game generasi terbaru.

Pujian pantas dilayangkan pada tim yang melakukan proses motion capture. Ekspresi wajah yang hidup di karakter utama membuat Unity terlihat lebih hidup.
Pujian pantas dilayangkan pada tim yang melakukan proses motion capture. Ekspresi wajah yang hidup di karakter utama membuat Unity terlihat lebih luar biasa.
Dat lighting..
Dat lighting..
Detail wajah yang ditawarkan di setiap cut-scene yang ada benar-benar memesona, terutama dari sosok Elise. Ia berhasil memperlihatkan ekspresi wajah yang bervariasi, dari sekedar senyumnya yang manis, raut muka penuh kebingungan, hingga reaksi tidak percaya yang tercermin jelas lewat seluruh gerak otot wajahnya yang penuh dengan detail. Hal yang sama juga terjadi di Arno. Setiap kali cut-scene berfokus pada kedua karakter ini dan memperlihatkan interaksi yang kaya di dalamnya, Anda akan berhadapan dengan kualitas tekstur dan ekspresi wajah yang cukup mengundang decak kagum. Pujian sama yang pantas untuk mengarah pada kota Paris sebagai tempat “bermain” kita.

Apresiasi tertinggi juga pantas diarahkan untuk tim yang ditugaskan untuk mengembangkan kota Paris yang kita nikmati ini. Tidak hanya karena detail bangunan ikonik beserta interiornya yang memesona, tetapi juga keberhasilan untuk menawarkan sensasi Paris sebagai sebuah kota yang dinamis dan hidup. Kesempatan untuk menjelajahi beberapa rumah, lengkap dengan variasi interiornya yang unik, serta kehidupan para penduduknya di dalam memperkuat atmosfer permainan yang ditawarkan. Dikombinasikan dengan sistem tata cahaya yang terasa begitu lembut dan tepat, serta kombinasi cuaca yang dinamis, Paris terlihat begitu dramatis dan menawan. Cukup untuk membuat Anda jatuh hati sejak pandangan pertama.

Kesimpulan

Assassin's Creed® Unity_20141116171207
Semua kekurangan yang terjadi di Assassin’s Creed Unity ini, sayangnya, cukup berpengaruh terhadap pengalaman bermain Anda. Sebuah seri yang seharusnya tampil memukau, berakhir menjadi bencana yang penuh dengan skenario pengandaian, terutama jika Ubisoft, lebih rendah hati dan serius untuk menggarapnya. Ia tetap menjadi sebuah seri Assassin’s Creed yang pantas untuk Anda nikmati, namun tentu saja, setelah semua masalah teknis ini diselesaikan dalam patch di masa depan.
Untuk sebuah seri yang didesain untuk platform generasi terbaru, terlepas dari beragam kelemahan teknis yang ia usung, Assassin’s Creed Unity memang menawarkan sebuah pengalaman bermain yang cukup mengagumkan, terutama dari sisi visual. Berhadapan dengan kota Paris yang begitu padat, ribuan orang yang menghuni setiap jalan yang ada, Anda akan merasa tengah berada di tengah Revolusi Perancis – sebuah momen historis penting yang telah mengubah cara dunia bekerja di masa lalu. Animasi yang lebih halus, sistem pertarungan yang lebih sulit, rangkaian side mission baru yang cukup inovatif, serta kualitas detail ekspresi wajah yang menawan akan mudah membuat Anda jatuh hati. Ditambah dengan implementasi mode co-op yang cukup seru, Assassin’s Creed Unity memang terasa seperti sebuah seri reboot, menawarkan cita rasa Assassin’s Creed yang lebih klasik setelah “kegilaan” di Black Flag tahun lalu. Setidaknya di seri ini, Anda akan merasa atmosfer “Assassin” yang lebih kentara lagi.

Namun sayangnya, semua pencapaian yang seharusnya berbuah keberhasilan itu ternyata berujung mimpi buruk. Assassin’s Creed Unity hadir dengan segudang masalah yang mencederai pengalaman bermain – bug, glitch, microtransactions, hingga framerate yang tidak stabil. Namun tidak hanya teknis, Ubisoft juga terlihat sudah sangat kebingungan untuk menentukan arah konflik abadi antara Assassin dan Templar. Plot di AC Unity adalah mimpi buruk, dengan penuh ketidakjelasan apa yang sebenarnya tengah terjadi, dan justru menihilkan kompleksitas yang sudah terbangun di seri-seri sebelumnya. Ditambah dengan ending yang sama sekali tidak memberikan pencerahan signifikan dalam bentuk apapun, Ubisoft terasa seperti seekor ular yang menelan ekornya sendiri.

Semua kekurangan yang terjadi di Assassin’s Creed Unity ini, sayangnya, cukup berpengaruh terhadap pengalaman bermain Anda. Sebuah seri yang seharusnya tampil memukau, berakhir menjadi bencana yang penuh dengan skenario pengandaian, terutama jika Ubisoft, lebih rendah hati dan serius untuk menggarapnya. Ia tetap menjadi sebuah seri Assassin’s Creed yang pantas untuk Anda nikmati, namun tentu saja, setelah semua masalah teknis ini diselesaikan dalam patch di masa depan. Sungguh sangat disayangkan, Ubisoft.

Kelebihan

Salah satu kualitas tata cahaya terbaik. Hands down..
Salah satu kualitas tata cahaya terbaik. Hands down..
  • Kualitas detail ekspresi wajah karakter yang keren
  • Misi investigasi yang unik
  • Animasi parkour yang lebih mengalir
  • Desain Paris yang indah
  • Sistem tata cahaya yang keren
  • Kebebasan untuk menyelesaikan misi yang lebih terbuka

Kelemahan

Ubisoft seolah bingung sendiri menggarap cerita Unity. Peran yang tidak jelas, ia seperti tercabut dari akar Assassin's Creed yang kita kenal selama ini.
Ubisoft seolah bingung sendiri menggarap cerita Unity. Peran yang tidak jelas, ia seperti tercabut dari akar Assassin’s Creed yang kita kenal selama ini.
  • Plot membingungkan
  • Penuh bug
  • Penuh glitch
  • Microtransactions
  • Variasi misi yang mudah terasa repetitif
  • Paksaan bagi Anda untuk mengunduh atau memainkan game pendukung di browser dan mobile untuk membuka konten tertentu
  • User-interface yang kacau balau, bahkan menimpa satu sama lain
  • AI yang masih buruk
Cocok untuk: gamer penggemar seri Assassin’s Creed, pencinta game open-world dengan segudang misi sampingan untuk diselesaikan

Tidak cocok untuk: gamer yang cukup sensitif dengan masalah teknis, yang mengharapkan seri yang lebih “gila” daripada Black Flag
 
sumber : http://jagatplay.com/2014/11/playstation3/review-assassins-creed-unity-tidak-seburuk-yang-dibicarakan/4/
 

 

0 komentar :

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | free samples without surveys