Kamis, 01 Maret 2012

Home » » [review] The Saboteur

[review] The Saboteur

The Saboteur bisa dikatakan sebagai hasil kerja terakhir dari Pandemic Studio, studio yang baru tidak lama ini dibubarkan oleh perusahaan induknya. Untuk informasi, Pandemi Studio sebelumnya juga telah mengeluarkan game-game yang cukup bagus seperti Mercenaries dan Star Wars Battlefront. Sama halnya dengan Mercenaries, The Saboteur juga menggunakan elemen open-world. Hanya saja, menurut kami hasilnya tidak terlalu bagus.


 
Setting yang digunakan dalam game ini adalah setting di Perancis yang sedang dijajah oleh Nazi dan kamu akan berperan sebagai Sean Devlin, seorang perayu wanita dan juga peminum ulung. Sebenarnya, pada awalnya Sean Devlin itu hanyalah seorang yang tidak terlalu peduli dengan keadaan di sekitarnya dan hanya peduli pada apa yang ada di hadapannya saja. Pada awalnya, ia hanya punya satu niat yakni untuk mengikuti balapan yang diadakan di Grand Paris. Salah satu kompetitor dari Sean adalah Kurt Dierker. Pada acara perlombaan yang dilaksanakan, Kurt melakukan kecurangan yang membuat Sean berang dan ia berencana untuk mengisengi Kurt. Tapi, segala tindakan isengnya justru malah merambah menjadi sebuah masalah besar dan membuat Sean bersumpah untuk membunuhnya beserta Nazi sekaligus.

Sekarang, apabila kita membicarakan mengenai kesulitan dalam membuat sebuah game open-world, tentunya kita akan membicarakan mengenai seberapa bebasnya kah seseorang untuk bertindak dalam game tersebut. The Saboteur berhasil mencapai semuanya itu. Setiap kali kamu mendapatkan sebuah objektif baru, kamu akan langsung mendapatkan bantuan berupa titik kuning di peta kamu, sehingga kamu bisa lebih mudah menemukan lokasi yang sedang kamu tuju. Nah, untuk bisa mencapai tujuan ini, kamu harus memiliki senjata yang tepat untuk menjalankan misi kamu dan kamu tentu sudah bisa menebak apa yang perlu kamu lakukan. Sekarang pilihan ada di tangan kamu, apakah kamu ingin memainkan game ini tanpa mengikuti jalan cerita ataukah kamu akan mengikut jalan cerita yang memang telah diberikan oleh game ini.

 
Mulai dari sinilah, segala jenis kekurangan mulai terlihat. Sebagai seorang manusia, Sean memiliki daya tahan tubuh yang sangat tidak masuk akal. Untuk membunuh seorang Sean, dibutuhkan sekitar 50 tembakan sebelum ia mati dan itupun masih didukung dengan kecepatan regenerasi yang sangat teramat cepat dan termasuk tidak masuk akal. Itu berarti, semua fitur yang diberikan seperti fitur untuk berlindung dan sejenisnya sudah tidak terlalu berfungsi lagi karena daya tahan tubuhnya ini. Sean bisa dikatakan sebagai seorang prajurit super yang sulit untuk dikalahkan. Inti cerita, memang game ini cukup seru untuk dimainkan, tapi jangan terlalu banyak menaruh harapan pada game ini.

Apabila kamu ingin mencoba membunuh musuh dengan diam-diam, game ini menyediakan fitur tersebut. Tapi ada masalah disini karena salah langkah saja, kamu sudah akan dikejar oleh berpuluh-puluh peluru yang berdesingan di belakang kamu. Ya, indikator kecurigaan musuh cenderung untuk naik dengan cepat dan apabila sudah mencapai batasnya, maka berbunyilah alarm dan yang bisa kamu lakukan hanya melarikan diri sebelum tubuh kamu menjadi sarang lebah. Saat alarm itu berbunyi, maka kamu harus segera mematikan alarm tersebut apabila kamu ingin menjalankan misi kamu dengan tenang dan itu juga merupakan salah satu masalah terbesar yang harus kamu hadapi apabila dibandingkan dengan misi yang sedang kamu jalankan.



Disini, kamu bukan hanya bisa membunuh musuh dengan diam-diam saja, tapi kamu juga bisa menyamar menjadi salah satu prajurit Nazi untuk menghindari dicurigai oleh pasukan Nazi lain. Masalahnya adalah, samaran kamu itu tidak akan bisa bertahan lama dan masalah itu masih ditambah lagi dengan kenyataan bahwa ada beberapa prajurit spesial yang bisa mengenali samaran kamu dan langsung menyalakan alarmnya. Hanya butuh beberapa misi saja untuk membuat kami merasakan bahwa fitur menyamar dan mengendap-ngendap ini kurang seru. Satu hal lain yang juga kami rasakan cukup mengganggu adalah, hanya dengan modal satu letusan senjata, baik itu membunuh orang sekitar ataupun tidak, seluruh pasukan Nazi akan langsung berhamburan datang ke tempat kamu meletuskan senjata kamu.


 
Seperti halnya dalam game-game open-world pada umumnya, kamu bisa mengendarai kendaraan manapun yang kamu inginkan dan kamu juga bisa menyimpan kendaraan kesukaan kamu di dalam garasi untuk kamu pakai lagi nantinya. Hanya saja, pengendalian kendaraan disini agak terlalu kaku sehingga bisa terkesan agak sulit daripada menyenangkan. Selain itu, Sean sendiri juga bisa memanjat bangunan apapun seperti halnya Assassin's Creed. Sayang, animasi saat Sean sedang memanjat terlihat aneh dan tidak terlihat sehalus Assassin's Creed. Secara umum, memang fitur untuk memanjat disini bekerja dengan cukup baik, tapi tetap saja ada satu perasaan tidak puas saat melihat Sean memanjat, terutama apabila kamu sudah memainkan Assassin's Creed 2 sebelumnya.

Salah satu fitur utama yang ditawarkan dalam game ini adalah nuansa hitam putih yang meliputi kota tersebut. Warna hitam putih ini ditujukan untuk mengindikasikan bahwa masyarakat di sekitar hidup dalam rasa ketakutan akibat adanya Nazi. Setiap kali Sean berhasil menyelesaikan misinya di suatu daerah tertentu, kamu akan melihat warna yang kembali muncul di daerah tersebut yang menandakan bahwa harapan sudah kembali muncul dalam diri para penduduknya.

 
Memang game ini bukan sebuah game yang mengecewakan sepenuhnya, tapi kami merasa game ini seharusnya bisa menawarkan yang lebih baik dari ini. Secara keseluruhan apabila kamu hanya menjalankan misi utamanya saja, kamu akan membutuhkan waktu sekitar 13 jam lamanya untuk menamatkan game tersebut. Selain itu, ada juga beberapa misi sampingan yang cukup menarik untuk kamu mainkan.

Komentar terakhir dari kami, The Saboteur sebenarnya memiliki potensi untuk menjadi sebuah game yang bagus. Jalan ceritanya yang unik bisa menjadi salah satu aspek yang menjadi daya tarik tersendiri. Grafis juga tidak mengecewakan, walau animasi saat Sean sedang memanjat terlihat kacau apabila dibandingkan dengan aksi Ezio di Assassin's Creed 2. Tapi saat kamu membicarakan mengenai permainannya sendiri, maka kamu akan mendapatkan sebuah permainan dengan genre third-person shooter yang aneh, lengkap dengan pengendalikan kendaraan yang tidak terlalu enak untuk dikendalikan. Apabila dikerjakan dengan lebih baik lagi, kami yakin game ini bisa lebih tenar lagi.


sumber : http://www.kotakgame.com/review/detail_review.php?g=2216&dt=288

0 komentar :

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | free samples without surveys