Sulit dan mustahil untuk diselesaikan, kesan pertama inilah yang
mungkin menghampiri benak para gamer yang sempat mencicipi Splinter Cell
di masa awal kelahirannya. Franchise yang berputar pada kisah agen
spionase – Sam Fisher ini memang membawa sebuah sensasi game stealth
action murni, dimana ketepatan berpikir, strategi, dan analisa
lingkungan memainkan peranan yang lebih penting daripada sekedar
berjalan dan beraksi membabi buta. Sayangnya, seiring dengan
perkembangan zaman, Splinter Cell justru jatuh pada pusaran tren
mainstream dengan beberapa penambahan fitur yang membuat sisi aksinya
terasa lebih kentara. Seperti yang terjadi dengan seri Conviction.
Tidak berlebihan rasanya jika ada sedikit rasa skeptis bagaimana
Ubisoft akan mempresentasikan sang seri terbaru – Splinter Cell:
Blacklist. Beberapa demo awal yang dirilis justru memperlihatkan Sam
Fisher yang tidak segan untuk berperang terbuka, bahkan dengan dukungan
misil untuk menjatuhkan korban secara masif sekaligus. Untungnya,
Ubisoft tidak cukup “gila” untuk mengubah identitas Splinter Cell di
versi final rilisnya. Anda yang sempat membaca preview kami sebelumnya
tentu saja sudah memiliki sedikit gambaran kasar akan Splinter Cell:
Blacklist ini.
Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh petualangan terbaru dari Sam
Fisher ini? Mengapa kami menyebutnya sebagai seri yang memenuhi
antisipasi fans? Review ini akan mengupasnya lebih dalam.
Tiga tahun setelah pertarungan beratnya di Conviction, usia Sam
Fisher yang kian menua tidak menghalangi fakta bahwa ia merupakan salah
satu agen terbaik Amerika Serikat. Di bawah pimpinan sang Presiden
sendiri, Fisher ditunjuk sebagai pemimpin dari sebuah unit
counter-terrorism terbaru – Fourth Echelon yang memang dibentuk untuk
menangkal semua ancaman bagi eksistensi Amerika Serikat sendiri. Tidak
perlu menunggu lama, tantangan terbesar bagi Fourth Echelon sudah berada
di depan mata.
Terorganisir rapi dengan jaringan dan informasi yang luas, serangan
teroris baru dalam format baru menghantui Amerika Serikat. Sebuah
kelompok yang menamakan dirinya sebagai “The Engineer” menggelar
serangkaian rencana serangan yang mereka sebut sebagai “The Blacklist”,
yang ditujukan untuk melumpuhkan beberapa sektor kehidupan Amerika.
Tuntutan mereka tidak main-main, meminta Amerika untuk menarik semua
pasukan militer mereka dari dua pertiga negara di seluruh dunia. Jika
tidak dipenuhi? Berbagai serangan dengan ragam tema siap untuk menerjang
dalam siklus waktu tertentu. Serangan terhadap pangkalan militer udara
AS di Guam menjadi bukti keseriusan The Engineer.
Sam Fisher pun terpanggil untuk kembali mengemban tugas patriotik
yang tentu saja tidak akan mudah. Dengan markas mobile Fourth Echelon –
sebuah pesawat raksasa bernama Paladin, Sam Fisher mulai mencari siapa
saja yang bertanggung jawab atas eksistensi The Engineer dan tentu saja
mencegah mimpi buruk The Blacklist tercapai.
Mampukah Sam Fisher melakukan hal ini? Siapa sebenarnya aktor di
belakang The Engineer? Konspirasi seperti apa yang tengah terjadi? Semua
pertanyaan ini dapat Anda jawab dengan memainkan Splinter Cell:
Blacklist ini.
Mekanik gameplay yang ditawarkan oleh Splinter Cell sebagai sebuah
franchise memang mengalami transformasi yang cukup signifikan
dibandingkan kelahiran seri-seri awalnya di masa lalu. Tingkat kesulitan
yang mungkin terhitung tidak manusiawi untuk mereka yang tidak terlalu
senang dengan gaya gameplay stealth yang menjadi fokus mungkin akan
segera menyerah dan angkat kaki dari franchise yang satu ini. Untuk
menjaring massa yang lebih besar, Ubisoft memutuskan untuk merombak
mekanik tersebut di Splinter Cell: Conviction. Bukan untuk mengubah
intisari dan identitas franchise ini, tetapi memberikan lebih banyak
kebebasan bagi gamer untuk menentukan gaya gameplay mereka sendiri.
Kekuatan inilah yang juga ditawarkan oleh Splinter Cell: Blacklist.
Kemiripan mekanisme gameplay yang ditawarkan oleh Blacklist memang
merepresentasikan gaya yang begitu serupa dengan Conviction. Kita tidak
hanya sekedar membicarakan sudut pandang kamera atau animasi gerak dari
Fisher, tetapi juga sisi aksi yang ada. Anda masih bisa melakukan mark
dan execution secara langsung jika memang mengandalkan senjata
ber-silencer Anda sebagai kekuatan utama. Kebebasan untuk menaklukkan
setiap ancaman dengan takedown, lethal maupun non-lethal, secara fisik
juga terbuka lebar, apalagi jika Anda memang mencari sensasi yang lebih
klasik. Serupa bukan berarti sama, ada beberapa perubahan mekanik yang
juga pantas untuk dicatat.
Selain segudang senjata baru untuk membantu Anda menyelesaikan setiap
misi yang ada, Blacklist juga menyuntikkan beberapa mekanik baru yang
terhitung cukup signifikan. Pertama adalah hadirnya sistem takedown from
cover, yang tidak lagi menuntut Anda untuk keluar dari cover dengan
resiko terekspos untuk menundukkan setiap ancaman yang ada. Fisher akan
secara otomatis menundukkan ancaman ini dan menyembunyikan sang mayat
dari pandangan musuh ke tempat berlindung terdekat Anda.
Mengkombinasikannya dengan siul untuk menarik perhatian, ini akan
menjamin gaya permainan stealth Anda terus berlangsung. Perubahan
mekanik lain yang cukup signifikan? Fakta bahwa Anda kini tidak lagi
disuguhi dengan indikator apapun terkait kondisi stealth Anda dalam
kegelapan. Anda harus mengira sendiri dan menempuh resiko apakah
kegelapan yang tengah Anda gunakan cukup untuk membuat Anda tersembunyi
atau tidak.
Jika mirip dengan Conviction, mengapa kami menyebut Blacklist sebagai
seri yang mampu memfasilitasi kebutuhan fans lawas franchise ini, yang
memang lebih mengagungkan gaya bermain stealth? Jawabannya ada pada
sistem side-mission yang kini juga diterapkan oleh Ubisoft. Alih-alih
hanya bergerak dalam benang merah cerita utama, Ubisoft memungkinkan
Anda untuk memilih dan menyelesaikan segudang misi tambahan untuk
keuntungan tersendiri di luar tambahan cerita untuk melengkapi plot
utama yang ada. Di sinilah sensasi klasik Blacklist terasa lebih
kentara. Beberapa misi benar-benar menuntut Anda untuk menyelesaikan
setiap objektif secara tersembunyi, bahkan tanpa boleh menimbulkan
kecurigaan musuh sama sekali. Di misi-misi seperti ini, kebutuhan untuk
berpikir strategis, mengenali lingkungan dengan lebih baik, dipadukan
dengan tingkat kesulitan yang menantang akan membuat fans klasik
Splinter Cell terpuaskan. Jika masih tidak cukup puas? Anda selalu punya
opsi untuk mengubah tingkat kesulitan menjadi “Perfectionist” untuk
ekstra tantangan.
Dengan cita rasa Conviction yang kentara di mode solo campaign,
alternatif tingkat kesulitan yang lebih beragam, dan sensasi klasik di
beberapa side mission yang ditawarkan, Blacklist menjadi sebuah paket
lengkap untuk memfasilitasi kebutuhan fans baru dan klasik dari
franchise Splinter Cell sendiri.
Kini Hadir dengan Fitur Kustomisasi
Salah satu hal yang membuat Splinter Cell: Blacklist tampil unik dan
berbeda dibandingkan dengan seri-seri Splinter Cell sebelumnya adalah
fitur kustomisasi yang ia tawarkan. Tidak lagi harus terjebak dengan
sosok Sam Fisher yang ditawarkan oleh Ubisoft begitu saja, Anda kini
memiliki opsi untuk memperkuatnya dan menjadikannya agen yang jauh lebih
dapat diandalkan. Dengan mengumpulkan uang yang bisa didapatkan dari
menyelesaikan misi samping atau objektif-objektif kecil di dalam misi
utama, Anda dapat membeli equipment dan perlengkapan yang lebih kuat
untuk memastikan aksi Sam Fisher yang lebih mudah. Dari pakaian,
senjata, hingga segudang teknologi yang bisa dibuka, kustomisasi ini
menjadi faktor pendorong ekstra untuk menyelesaikan setiap ekstra misi
yang ditawarkan. Kustomisasi ini juga menghasilkan perubahan di sisi
kosmetik.
Tidak hanya sekedar pakaian dan senjata, uang yang Anda dapatkan juga
dapat digunakan untuk memperbaiki dan mengembangkan Paladin – basis
Fourth Echelon lebih jauh. Setiap upgrade yang Anda beli akan
menghasilkan buff permanen tertentu, baik di solo campaign maupun co-op,
dari mempercepat proses regenerasi health hingga membuka radar untuk
mengetahui tata letak musuh dalam jarak tertentu. Sama seperti item dan
equipment yang bisa dikustomisasi, upgrade Paladin ini juga menjadi
bagian esensial yang tidak bisa diganggu gugat. Management uang sangat
dibutuhkan untuk menyaring teknologi dan kemampuan apa saja yang
terpenting bagi gaya bermain Anda sendiri. Anda punya kesempatan untuk
membangun Sam Fisher pribadi Anda.
Popularitas yang berhasil dibangun oleh Splinter Cell sebagai
franchise memang berakar pada kemampuannya untuk menawarkan mode solo
campaign dengan jalinan plot sinematik ala Hollywood yang luar biasa.
Walaupun Splinter Cell: Blacklist tetap menawarkan pesona tersebut,
namun optimalisasi pengalaman justru terletak pada mode multiplayer
online yang ia tawarkan, terutama di sisi kooperatif.
Kembalinya mode Spy VS Mercs menjadi pembuka yang manis untuk
Splinter Cell: Blacklist. Mode klasik ini memang menawarkan pengalaman
multiplayer yang kompetitif, namun di sisi yang lain, tetap meminta Anda
untuk berpikir strategis dan membangun kerjasama yang erat dengan teman
satu tim Anda. Ketika berperan sebagai Spy, misi Anda terhitung
sederhana.
Meretas setiap objektif yang ada dan kemudian mencari tempat
bersembunyi terbaik agar tidak dapat terlihat oleh para Mercs yang
memburu Anda. Kegelapan akan menjadi teman terbaik Anda, sekaligus juga
kebutuhan untuk menguasai medan pertarungan. Ketika berperan sebagai
Mercs, Anda akan langsung disuguhi dengan sudut pandang first person
dengan satu misi utama: mencegah Spy meretas objektif yang ada. Gameplay
yang ditawarkan terhitung seimbang. Spy yang memang tidak memiliki
senjata berat sama sekali akan disuguhkan dengan medan penuh area gelap
untuk bertahan hidup dan melemparkan serangan balik.
Namun bukan mode kompetitif yang menarik dari fitur online
multiplayer yang ditawarkan oleh Blacklist, melainkan mode
kooperatifnya. Menyelesaikan sebuah misi bersama dengan gamer lain tentu
menghasilkan pengalaman yang jauh lebih berbeda: tidak hanya membuatnya
lebih mudah, tetapi juga membuat Anda dapat mengakses beberapa area
yang tidak bisa dicapai dengan hanya bermain secara solo. Beberapa side
mission, seperti milik Briggs bahkan hanya bisa diakses dengan mode
multiplayer kooperatif. Diceritakan dalam bentuk plot berkesinambungan
dan melengkapi celah cerita yang ditawarkan solo campaign, side mission
Briggs ini terhitung esensial. Menariknya lagi, pengalaman gameplay yang
ia tawarkan bahkan lebih beragam, kaya, dan lebih baik daripada mode
solo campaign-nya sendiri. Setidaknya cukup untuk menyita waktu kami
lebih banyak.
|
Sayangnya mode ini masih memuat beberapa bug fatal yang bahkan mencegah Anda bergerak ke area selanjutnya. |
Walaupun demikian ada beberapa catatan, atau boleh terbilang
kekurangan yang pantas untuk diperhatikan dari mode kooperatif online
ini. Fakta bahwa Anda akan menempuh misi bersama dengan user misterius
lain yang tidak Anda kenal tentu saja mengharuskan Anda untuk membangun
komunikasi yang tepat, setidaknya memastikan diri Anda dapat bekerja
sama dengan baik. Sayangnya, Ubisoft menawarkan media komunikasi yang
sangat terbatas untuk menunjang hal ini. Hanya ada dua cara untuk
berkomunikasi dengan teman Anda: text-based atau mic. Text-based tentu
saja bukan formula yang tepat untuk memutuskan aksi bersama dengan
cepat, dan mic bukanlah peripheral wajib seorang gamer. Hasilnya? Anda
akan lebih sering bertemu dengan gamer lain yang cenderung “bisu” tanpa
bisa mengkoordinasikan langkah yang Anda inginkan.
Beberapa kekurangan lain? Fakta bahwa pengalaman Anda akan sangat
ditentukan oleh seberapa baik teammate yang dipilihkah Ubisoft secara
random mampu menjalankan tugasnya dengan baik. Akan menjadi sia-sia jika
Anda berusaha bermain stealth secara konsisten jika gamer lain yang
Anda temui ternyata melihat Blacklist tak ubahnya seri Call of Duty yang
lain. Hasilnya? Anda akan secara konsisten menjalani perang terbuka.
Kami juga sempat menemukan beberapa bug fatal yang membuat Anda tidak
bisa melanjutkan side mission yang ada.
Kesimpulan
Memenuhi kebutuhan para fans inti maupun baru Splinter Cell tampaknya
menjadi kalimat yang tepat untuk menggambarkan keseluruhan pengalaman
yang ditawarkan oleh Blacklist ini. Di satu sisi, ia menawarkan mekanik
gameplay ala Conviction yang cukup kentara untuk membuka lebih banyak
alternatif gaya permainan. Sementara di sisi yang lain, suntikan side
mission yang memaksa Anda untuk bermain secara stealth seolah menjadi
obat rindu bagi para pencinta seri lawas Splinter Cell yang mungkin
melihat franchise kian melenceng dari identitas utamanya. Visualisasi
sinematik yang apik, kehadiran side mission dan kustomisasi, serta mode
multiplayer kooperatif yang luar biasa menjadi alasan ekstra untuk
menjajal seri yang satu ini.
Walaupun demikian ada beberapa catatan kekurangan yang pantas untuk
diperhatikan. Kami pribadi sendiri tidak terlalu berkeberatan dengan
fakta bahwa voice acts ikonik Sam Fisher kini telah berganti. Voice acts
yang ditawarkan masih tetap sama baiknya. Namun fakta bahwa pengalaman
side mission jauh lebih menantang dan mengguggah daripada mode
singleplayer-nya tentu saja menjadi pukulan tersendiri. Plot klise ala
Hollywood juga menjadi kekurangan tersendiri. Splinter Cell sebenarnya
memuat potensi untuk kembali dilahirkan dalam sebuah alunan cerita yang
lebih dalam, tidak hanya sekedar menjual aksi patriotik yang membuat
Amerika terlihat kian
imbalance.
Namun terlepas dari semua kekurangan tersebut, Splinter Cell:
Blacklist mampu memosisikan dirinya sebagai sebuah seri yang pantas
untuk dijajal, baik bagi Anda yang mencintai seri Conviction atau seri
awalyang lebih menantang. Ada cita rasa yang lebih sempurna lewat
serangkaian fitur baru yang ia tawarkan, termasuk mode multiplayer yang
ada.
Kelebihan
- Desain setting penuh detail
- Fitur kustomisasi
- Mode multiplayer kooperatif dan kompetitif yang kaya
- Visualisasi sinematik
- Kebebasan gaya gameplay
Kekurangan
- Beberapa bug yang fatal
- Media komunikasi mode multiplayer yang terbatas
- Plot super klise
Cocok untuk gamer: pencinta seri baru dan klasik Splinter Cell, penggemar stealth action.
Tidak cocok untuk gamer: pencinta game action yang lebih terbuka, tidak sabaran.
0 komentar :
Posting Komentar