Apa yang sebenarnya diiinginkan Capcom dengan franchise survival
horror andalannya – Resident Evil? Pertanyaan yang menghantui banyak
penggemar seri lawasnya ini seolah tidak pernah terjawab. Di satu sisi,
mereka merilis game sekelas Resident Evil 6 dengan cita rasa action yang
terlampau kuat. Namun di sisi lain, mereka juga seolah terlihat hendak
kembali ke cita rasa klasik lewat Resident Evil HD Remaster, yang secara
mengejutkan, ternyata sukses besar di pasaran. Di luar dua nama besar
ini, Resident Evil sebenarnya masih punya satu lagi seri yang boleh
dibilang, berhasil melebur keduanya di ruang yang sama dan
mengeksekusinya dengan begitu baik. Benar sekali, kita tengah
membicarakan seri Revelations yang pertama kali muncul di 3DS beberapa
tahun yang lalu. Kesuksesan sang seri pertama akhirnya mendorong Capcom
mengembangkan sebuah seri sekuel dan akhirnya, melepasnya ke pasaran.
Namun berbeda dengan seri pertamanya, Resident Evil: Revelations 2
ditawarkan pertama kali dalam bentuk digital dan mengusung sistem rilis
secara episodik ala game-game interactive story seperti The Walking
Dead, Game of Thrones, atau Life is Strange. Dirilis secara mingguan,
setiap episode akan memuat gameplay sekitar 1,5-2 jam dengan porsi
cerita yang terus bergerak. Anda yang sempat membaca preview kami
sebelumnya tentu saja cukup mengerti apa yang ditawarkan seri yang satu
ini. Secara visual, Revelations 2 memang tidak terlihat memesona. Untuk
PC di setting terbaik pun, Anda masih menemukan tekstur resolusi rendah
dan detail yang tidak bisa disejajarkan dengan game-game yang memang
dibangun untuk platform generasi terbaru.
Lantas bagaimana dengan sisi gameplay yang ada? Kami cukup merasa
beruntung untuk setidaknya menunggu episode 2 sebelum menyimpulkan
seperti apa atmosfer game yang satu ini. Mengapa? Review ini akan
membahasnya lebih dalam untuk Anda.
Plot
|
Dengan
begitu banyaknya kasus bio-terrorism yang terjadi dunia RE, sebuah
organisasi nirlaba bernama Terra Save berkomitmen untuk mencegah dan
memerangi setiap darinya. |
Semakin banyak seri Resident Evil yang meluncur ke pasaran, semakin
banyak pula “organisasi” yang harus Anda ingat, beserta dengan perannya.
Setidaknya hal inilah yang kami rasakan di awal pengenalan Resident
Evil Revelations 2 ini.
Revelations 2 mengambil setting antara Resident Evil 5 dan Resident
Evil 6. Dunia kini mulai mengerti soal bahaya bio-terrorism yang
mengancam eksistensi manusia sebagai sebuah ras. Di tengah
ketidakmampuan pemerintah dan politisi untuk memberikan rasa aman untuk
penduduknya, lahirlah sebuah organisasi bernama – Terra Save – yang
memang difokuskan untuk memerangi kejahatan ini. Mengikuti event yang
terjadi di versi film RE Degenerations, Claire Redfield merupakan salah
satu ujung tombak Terra Save. Bersama dengan Moira – anggota baru yang
juga merupakan anak Barry Burton, nasib Claire kembali terjebak di
sebuah malam yang seharusnya berjalan damai tanpa rintangan.
|
Acara
makan malam yang seharusnya berjalan damai berakhir mimpi buruk. Claire
Redfield – anggota ujung tombak Terra Save dilumpuhkan dan diculik
bersama dengan Moira. |
|
Keduanya terbangun di dalam sebuah fasilitas misterius dengan sebuah gelang aneh terpasang. |
|
Prioritas saat ini adalah menyelamatkan diri dan mencari jalan keluar. |
Secara mendadak, markas Terra Save diserang oleh kelompok bersenjata
tidak dikenal yang membawa Claire dan Moira keluar dalam kondisi tidak
sadar. Ketika terbangun, mereka berdua menemukan dirinya terpenjara di
sebuah fasilitas misterius yang terlihat tua dan kotor, dengan sebuah
gelang terpasang di tangan mereka. Tidak hanya berfungsi sebagai alat
komunikasi, gelang ini juga dapat berubah warna untuk merefleksikan
emosi sang pengguna. Bersama dengan Moira, Claire berusaha mencari jalan
keluar dari mimpi buruk ini. Beragam makhluk menyeramkan yang berusaha
membunuh mereka seolah kian menegaskan fakta bahwa mereka kini tengah
terjebak di fasilitas eksperimen yang entah digawangi oleh siapa. Namun
ternyata jalan keluar adalah hal terakhir yang bisa mereka dapatkan.
Claire dan Moira terjebak di tengah pulau antah berantah, dengan sinyal
radio yang bahkan diragukan, bisa mencapai siapapun.
|
Menghilang berbulan-bulan, Barry akhirnya bergerak mencari Moira dengan clue yang begitu minim. |
|
Ia
ditemani seorang anak perempuan misterius yang tampaknya sudah menghuni
pulau yang sama untuk waktu yang cukup lama – Natalia. |
|
Siapa yang sebenarnya menjadi dalang di balik semua misteri ini? Siapa pula orang yang menamakan dirinya sebagai “The Overseer” |
6 bulan setelah event tersebut, Barry yang tidak pernah menyerah
mencari sang anak kesayangan akhirnya tiba di pulau yang sama. Bersama
dengan seorang anak misterius yang menyambutnya di dermaga – Natalia,
Barry berusaha menyusuri kembali jejak Moira dan Claire, termasuk
berhadapan dengan serangkaian makhluk yang menjadi teror mereka. Apalagi
Natalia sendiri mengaku bahwa ia sempat bertemu dengan Moira, walaupun
percaya, bahwa ia kini sudah tewas karena kejadian terakhir yang
menimpanya. Berita buruknya? Mereka tidak sendiri. Barry akhirnya
mengetahui bahwa seorang wanita yang menamakan dirinya sebagai “The
Overseer” terus membangun komunikasi dengan Claire dan Moira dan
ditengarai sebagai alasan di balik nasib buruk yang menimpa keduanya.
|
WHAT THE.. |
Mampukah Claire, Barry, Natalia, dan Moira menyelamatkan diri dari
pulau ini? Apa yang sebenarnya tengah terjadi di neraka dunia yang satu
ini? Efek apa yang sebenarnya dihasilkan gelang yang terpaksa mereka
kenakan? Siapa pula “The Overseer”? Semua jawaban ini bisa Anda dapatkan
dengan memainkan RE: Revelations 2 ini.
Muka Lama
|
Welcome back Claire.. Yeah, i hate your new design. |
Bagi para penggemar seri Resident Evil, melihat kembali Claire
Redfield dan Barry Burton beraksi kembali menjadi kepuasan tersendiri.
Sesuatu yang melegakan melihat Capcom ternyata masih punya cukup
perhatian untuk membawa muka lama yang sempat terlupakan ini kembali, di
tengah situasi genting yang kembali meminta nyawa mereka. Sayangnya,
kami pribadi tidak terlalu puas dengan pendekatan yang mereka lakukan
untuk Claire. Di tengah fakta bahwa karakter wanita utama lain seperti
Jill dan Ada tampil seperti anggur, kian menarik di usia yang menua,
Claire justru hadir dengan desain yang terlihat absurd. Ia tidak
terlihat seperi Claire di Resident Evil 2 dengan ekstra kerutan, ia juga
tidak terlihat seperti Claire di RE Degenerations. Terlihat tua dan
tidak menarik, bertolak belakang dengan Barry Burton yang terlihat
semakin
badass..
|
Cerita RE: Revelations 2 bergerak dari 2 kacamata: Claire dan Barry. |
|
Gaya permainan Claire dan Barry tak banyak berbeda. Variasi muncul dari ragam senjata yang mereka gunakan. |
Resident Evil: Revelations 2 bercerita dari dua kacamata berbeda –
Claire dan Burton. Cerita Burton akan dimulai setelah skenario Claire
berakhir, dan akan berkisar 6 bulan setelahnya. Walaupun ada sedikit
perubahan rute atau wilayah baru yang harus dieksplorasi, 80% wilayah
yang dijelajahi oleh Claire akan kembali menjadi setting utama
perjalanan Barry dengan alasan “menyusuri” jejak Moira. Dari segi
kemampuan, keduanya tidak memiliki banyak perbedaan. Tidak ada yang
istimewa, selain varian senjata yang berbeda.
|
masing-masing dari mereka ditemani satu karakter companion. Claire akan ditemani Moira dengan senter “ajaib”-nya. |
|
Sementara Barry ditemani Natalia dengan telunjuk “ajaib”-nya. |
Yang menariknya? Keduanya tidak hanya beraksi sendiri-sendiri. Capcom
memutuskan untuk menyuntikkan satu ekstra companion masing-masing
untuknya. Claire akan ditemani oleh Moira – anak dari Barry, sedangkan
Barry sendiri akan ditemani oleh anak perempuan misterius bernama
Natalia. Tidak hanya dalam cerita, masing-masing companion ini juga
memiliki aksinya sendiri untuk membantu karakter utama. Moira, misalnya,
dipersenjatakan sebuah senter dan crowbar untuk serangan melee yang
lebih mematikan. Dengan senternya, Moira bisa mendeteksi item yang
tersembunyi dan memungkinkannya untuk diambil oleh Claire atau menyinari
para Afflicted dan membuat mereka terdiam untuk sementara waktu. Ia
juga bisa membuka paksa pintu / peti berharga yang terkunci dengan
crowbar yang ia miliki, di luar mengeksekusi para Afflicted yang
terkapar di lantai untuk kematian secara instan.
Sementara Natalia sendiri tidak difokuskan untuk tampil agresif.
Selain berbagi kemampuan yang sama untuk mendeteksi item tersembunyi
untuk Barry, Natalia juga bisa “merasakan” Afflicted di sekitar dan
memperlihatkan posisinya pada Barry. Tidak hanya itu saja, ia juga bisa
bergerak melewati celah lantai kecil untuk memecahkan rangkaian puzzle
yang ada. Natalia hanya bisa mengandalkan batu bata yang ia temui di
perjalanan untuk menyerang.
|
Karakter-karakter pendukung ini juga bisa dimaksimalkan untuk menghemat resource yang ada. |
|
Siapa menyimpan apa, Anda yang menentukan! |
Menariknya lagi? RE Revelations 2 menyuntikkan mekanik menarik yang
memungkinkan Anda untuk mengganti karakter ini secara real-time, dengan
karakter lainnya digerakkan oleh AI. Pergantian karakter ini akan
memunculkan elemen strategi tersendiri, memungkinkan Anda untuk menempuh
beragam strategi menaklukkan para Afflicted sembari menghemat resource.
Sebagai contoh? Berperan sebagai Moira. Mengandalkan senternya untuk
menciptakan efek stun ke Afflicted, gerakan seperti ini juga akan memicu
AI Claire untuk melakukan tendangan mautnya yang mendorong musuh
terkapar di tanah. Anda bisa langsung mengeksekusi musuh tersebut
crowbar, dan voila! Anda tidak perlu mengeluarkan satupun peluru. Begitu
juga Natalia yang akan mendukung aksi Barry jika ingin membunuh secara
stealth, yang juga berarti satu hal – kemenangan minim resiko. Tidak
hanya itu saja, Anda juga bisa bertukar resource antar karakter dengan
user-interface yang sangat sederhana.
Cita Rasa Survival yang Masih Kuat
|
Revelations
dikenal sebagai seri RE yang mampu melebur sensasi klasik dan modern
franchisenya di ruang yang sama. Revelations 2 juga tidak banyak
berbeda. |
Seperti yang kami sempat sebutkan sebelumnya, Revelations, setidaknya
di seri pertama, menawarkan formula yang terhitung berhasil
mengkombinasikan sensasi Resident Evil klasik dan modern di ruang yang
sama. Anda bertemu dengan gameplay action yang cukup kuat, terutama
lewat variasi senjata yang bisa digunakan dan resource yang bisa
dikumpulkan. Namun sementara di sisi lain, ia tetap mempertahankan
elemen survival dimana Anda akan secara konsisten merasa terancam dan
rentan. Tidak action, namun tidak pula terlalu horror, sebuah game
survival yang mudah untuk dikuasai. Sebuah formula yang dipertahankan
Capcom di Resident Evil: Revelations 2 ini.
Dengan gaya kamera di belakang pundak ala Resident Evil 4 yang terus
dibawa ke seri-seri modern terbaru yang ada, Anda tidak akan merasa
kesulitan untk membidik musuh baru yang disebut sebagai “Afflicted” ini.
Kontrol terasa responsif dan kamera yang cukup mendukung pergerakan
esensial yang Anda butuhkan untuk menundukkan setiap ancaman yang ada.
Beberapa peluru di kepala, atau melakukan serangan melee finisher ketika
musuh berada dalam keadaan stun, dan memanfaatkan lingkungan sekitar
adalah beberapa metode yang busa ditempuh. Terlepas dari varian
Afflicted yang Anda temui, peluru selalu jadi jawaban yang efektif.
|
Berbeda
dengan episode 1 yang terasa begitu action, episode 2 RE Revelations 2
mulai memperlihatkan akar sebuah game survival yang kuat. |
|
Resource lebih terbatas dengan kualitas dan kuantitas musuh yang meningkat? Anda akan merasa rentan. |
|
Apalagi
dengan hadirnya beberapa varian baru Afflicted yang menawarkan
tantangan ekstra. Seperti varian yang satu ini. Ia tidak terlihat secara
fisik dan hanya bisa dideteksi dengan penglihatan spesial milik
Natalia. Koordinasi mutlak dibutuhkan. |
Namun cita rasa survival ini justru baru kami rasakan ketika
mencicipi Episode kedua. Di episode pertama, kami menyoroti bagaimana
cita rasa action mengalir jauh lebih kental via artikel preview kami
sebelumnya. Bagaimana tidak? Varian senjata yang lebih kuat seperti
machine gun dan shotgun sudah tersedia di awal permainan, membuat setiap
musuh yang muncul tidak terlihat seberapa mengancam, apalagi dengan
resource yang cukup melimpah. Di Episode kedua, Capcom membalik sedikit
sensasi tersebut. Anda memang masih bisa menggunakan senjata-senjata
yang Anda temui, namun kini dengan resource yang jauh lebih terbatas.
Varian Afflicted yang lebih merepotkan seperti tipe menghilang yang
harus ditaklukkan oleh Barry atau sang Boss yang memegang Drill di
skenario Claire akan menyita peluru Anda dalam jumlah yang tidak
sedikit. Peluru menjadi begitu langka sembari berhadapan dengan musuh
yang kian banyak dan mematikan. Baru di episode kedua ini, kami merasa
terancam, berusaha memastikan bahwa setiap peluru yang terlontar memang
akan menghasilkan efek yang signifikan. Ditambah dengan jumlah Herb yang
tidak sebanyak episode sebelumnya, episode 2 ini mengubah cara kami
memandang RE: Revelations 2.
Anda juga akan berhadapan dengan serangkaian puzzle di RE:
Revelations 2 ini, walaupun boleh terbilang mengecewakan. Sebagian besar
puzzle ini berkisar soal mencari cara bagaimana memanjat tempat yang
lebih tinggi atau membuka pintu yang terkunci dari sisi yang lain. Anda
bisa memecahkannya dengan hanya mengandalkan sedikit logika, sekaligus
memahami fakta, bahwa Anda bisa memerintahkan AI partner Anda untuk diam
atau bergerak mengikuti Anda, itu saja. Dengan ruang yang cukup
terbuka, eksplorasi juga didorong untuk tidak hanya mengumpulkan
resource, namun juga untuk memperkuat senjata Anda.
|
Puzzle bukanlah kekuatan utama seri ini. |
|
Dengan customization kit yang Anda dapatkan di sepanjang perjalanan, Anda bisa memperkuat senjata yang ada dengan buff tertentu. |
Benar sekali, Anda bisa mengumpulkan rangkaian Customization Kit yang
akan menambahkan status buff permanen untuk senjata yang Anda inginkan,
dari memperkuat damage, mempercepat proses reload, menambah jumlah
peluru, hingga menambahkan status effect tertentu di setiap peluru yang
ada. Dibedakan dalam bentuk warna, semakin langka Gear Kit yang Anda
temukan, semakin keren pula efek yang bisa ia hasilkan. Resident Evil:
Revelations 2 juga mengusung sistem Skill Points dengan berbelanja point
BP yang Anda kumpulkan. Namun hal ini hanya bisa Anda lakukan ketika
pergantian skenario terjadi. Skill-skill ini membuat aksi-aksi kecil
Anda berujung pada buff tertentu, seperti misalnya, meningkatkan damage
ketika menembak sembari menunduk. Varian yang ditawarkan cukup banyak
dan akan memaksa Anda untuk memprioritaskan yang satu, di atas yang
lain.
|
Ia tetap akan terasa menantang, namun tidak hingga batas cukup untuk membuat Anda merasa frustrasi. |
Walaupun tidak sesulit Resident Evil klasik, namun desain yang
ditawarkan Capcom di episode kedua seolah memberikan keyakinan ekstra
bahwa cita rasa survival ternyata masih melekat dengan nama Revelations.
Cukup menantang dan menuntut perhitungan, namun tidak sesulit untuk
membuat Anda merasa frustrasi. Jalan tengah inilah yang tampaknya
disuntikkan developer asal Jepang ini.
Mode Raid yang Super Fun!
|
Raid Mode yang super fun! |
Bagaimana jika Anda sudah menyelesaikan dua part episode yang ada?
Apa yang bisa Anda lakukan untuk mengisi waktu luang? Tidak ada pilihan
yang lebih baik selain mendorong diri Anda sendiri jatuh ke dalam
sensasi adiktif mode Raid yang juga kembali di Revelations 2 ini. Mode
Raid sebenarnya bisa disimpulkan sebagai kumpulan side mission-side
mission sederhana yang sebagian meminta Anda membunuh para Afflicted
dalam jumlah tertentu dan selamat. Bedanya? Anda diberi kesempatan untuk
memperkuat diri, memilih senjata dari varian yang ada, dan
mengkombinasikan skill aktif dan pasif layaknya RPG. Semuanya dilakukan
untuk satu tujuan utama – menyelesaikan tantangan yang semakin sulit
dari satu bagian ke bagian lainnya.
|
Inti permainan berfokus pada memperkuat senjata dan skill karakter utama Anda untuk misi-misi lanjutan yang lebih menantang. |
|
Para afflicted ini juga hadir dalam bentuk standar. Mereka memiliki sifat serangannya sendiri-sendiri. |
|
Bagian terbaik mode Raid? Kesempatan menjelajahi beragam wilayah ikonik franchise yang kini jadi medan pertempuran baru. |
Memilih karakter yang sesuai dengan gaya bermain Anda, Anda bisa
memilih senjata terbaik yang menurut Anda memang layak dijadikan sebagai
ujung tombak. Menyusuri level yang tidak seberapa besar, setiap
Afflicted yang muncul kini memiliki bar HP dan levelnya sendiri.
Serangan Anda, layaknya game RPG, juga akan memperlihatkan total damage
untuk memberikan gambaran seberapa kuat serangan yang dihasilkan. Namun
perjalanan tentu tidak akan semudah yang dibayangkan. Seiring dengan
progress mode Raid Anda, varian The Afflicted yang muncul juga akan
diperkuat dengan buff status tertentu yang menghasilkan ancaman
tersendiri. Ada yang mampu menghasilkan efek Burn dan listrik, ada yang
bergerak super cepat, ada yang tampil dengan damage lebih kuat, ada yang
mampu menyembuhkan Afflicted yang lain, hingga yang datang dengan
Shield untuk meminimalisir damage yang Anda berikan. Setiap stage hadir
dengan tantangan berbeda.
|
Sayangnya kami tidak berkesempatan untuk menjajal mode online yang direncanakan Capcom meluncur akhir bulan ini. |
Ada kepuasan tersendiri melihat karakter Anda tumbuh, apalagi ketika
menemukan bahwa Anda kini bisa mengenakan rangkaian senjata atau skill
yang lebih kuat. Sayangnya, ketika review ini ditulis, mode online yang
dijanjikan oleh Capcom masih belum tersedia dan kemungkinan besar baru
akan meluncur pada rilis versi full nanti di akhir Maret. Apakah ini
berarti Anda tidak bisa bersenang-senang sendiri? Jangan salah, Raid
Mode tetap menyenangkan walaupun Anda mencicipinya sendiri. Itu yang
bisa dijanjikan.
Mengapa Episodik? Misteri Tanpa Jawaban
|
Mengapa
episodik? Ini mungkin jadi pertanyaan terbesar yang bisa diarahkan ke
Revelations 2. Sejauh mata memandang, ia tidak berkontribusi banyak pada
pengalaman yang kami dapatkan. |
Jika ada satu misteri yang masih menghantui kami dan gagal untuk
memberikan jawaban yang pasti, maka kebijakan untuk menjadikan Resident
Evil: Revelations 2 sebagai proyek episodik lah yang membuat kami
bingung dengan jalan pikiran Capcom. Ia menjadi kebijakan yang sama
sekali tidak memberikan kontribusi pengalaman apapun, setidaknya bagi
kami, ketika mencicipi game yang satu ini.
Berbeda dengan konsep serupa seperti Life is Strange atau The Walking
Dead yang pada dasarnya merupakan game-game yang menitikberatkkan diri
pada pilihan dan konsekuensi, Resident Evil: Revelations 2 berjalan
super linear tanpa ada kesempatan untuk memilih atau bereaksi atas
apapun. Format episodik berjalan maksimal di game interactive story
karena untuk alasan yang kuat, Anda selalu mengantisipasi konsekuensi
seperti apa yang Anda hasilkan dari keputusan yang Anda ambil di episode
sebelumnya. Dinamika tersebut yang membuat antisipasi terhadap setiap
episode baru kuat. Namun di RE: Revelations 2? Tidak ada sensasi itu.
Berusaha membuat ending gantung untuk memancing rasa penasaran juga
tidak bekerja efektif, setidaknya bagi kami.
|
Berusaha mencerna, alasan utama tentu saja untuk uang. |
|
Namun
alasan lain mungkin mengakar pada usaha untuk mengurangi sensasi
repetitif yang mungkin muncul karena penggunakan aset berulang ketika
skenario berubah dari Claire ke Barry. |
Lantas, untuk apa? Bisnis tentu saja. Capcom tentu berharap bahwa
cerita yang terpotong akan efektif memancing rasa penasaran, yang
akhirnya mendorong gamer secara tidak sadar, untuk membeli episode per
episode, apalagi mengingat harganya yang cukup terjangkau. Namun kami
merasa bahwa keputusan ini juga didasarkan pada satu hal – mencegah
sensasi gameplay yang repetitif terasa terlalu kuat. Mengapa? Seperti
yang kami bicarakan sebelumnya, skenario Claire dan Barry sebenarnya
bergerak di ruang dan rute yang hampir serupa, seperti memaksa Anda
untuk melakukan hal yang sama dua kali. Melakukan keduanya dalam dua
jam, beristirahat satu minggu, menunggu episode baru, dan beraksi
kembali dengan sistem yang sama? Akan terasa jauh lebih menyenangkan
daripada melakukan hal yang sama terus-menerus selama 8 jam
berturut-turut.
Apakah hal yang ini yang jadi pertimbangan Capcom? Bisa jadi, bisa
juga tidak. Namun satu yang pasti, kami merasa bahwa pilihan episodik
sama sekali tidak berkontribusi pada pengalaman RE: Revelations 2 yang
kami dapatkan.
Kesimpulan
|
Resident
Evil: Revelations 2 membuktikan diri sebagai seri Resident Evil yang
pantas untuk dijajal, setidaknya dari apa yang ditawarkan oleh Capcom di
dua episode yang menjadi bahan review kami ini. Jika mereka bergerak
dengan arah yang konsisten, maka cita rasa survival horror yang ada
seharusnya kian menguat di dua episode selanjutnya, mengembalikan alasan
mengapa banyak gamer seri klasik ini jatuh hati ketika Revelations
pertama ditawarkan. Sebuah kehormatan untuk melihat para muka lama, kini
terlibat dalam petualangan yang baru! |
Jadi apa yang bisa disimpulkan oleh Resident Evil: Revelations 2 ini?
Seperti halnya sang seri pertama, Revelations 2 tetap membuktikan diri
sebagai seri Resident Evil yang menarik untuk diikuti, terutama karena
formula campuran klasik dan modernnya yang masih berjalan efektif.
Keputusan untuk mengembalikan wajah lama – Claire Redfield dan Barry
Burton juga pantas untuk diacungi jempol. Namun kekuatan utama seri ini
tetap mengakar pada sensasi survival yang masih kuat terasa, dimana
tingkat kesulitan tetap akan membuat Anda merasa tertantang, namun tidak
cukup gila untuk membuat Anda merasa frustrasi. Sistem upgrade, skill,
dan gun handling yang nyaman jadi nilai plus dari mekanik gameplay yang
ada. Inovasi untuk menyertakan karakter companion dengan fokus fungsi
yang berbeda juga menjadi daya tarik tersendiri. Apalagi, Anda juga
selalu punya opsi untuk menenggelamkan diri di Raid Mode.
Namun demikian, ada beberapa catatan yang pantas diambil dari RE:
Revelations 2 ini. Pilihan untuk merilis game ini secara episodik
sendiri masih dipertanyakan karena absennya kontribusi pada pengalaman
bermain, setidaknya dari kacamata kami. Setting yang terlalu datar juga
jadi catatan, di luar voice acts yang sepertinya tidak pernah berhasil
dibenahi dari seri-seri Resident Evil sebelumnya. Catatan terburuk kami
tentu mengakar pada desain wajah Claire yang kami lihat seperti
“penghinaan”, apalagi jika melihat bagaimana Capcom memperlakukan Jill
dan Ada Wong dengan begitu baik.
Satu yang pasti, di luar kekurangan tersebut, Resident Evil:
Revelations 2 membuktikan diri sebagai seri Resident Evil yang pantas
untuk dijajal, setidaknya dari apa yang ditawarkan oleh Capcom di dua
episode yang menjadi bahan review kami ini. Jika mereka bergerak dengan
arah yang konsisten, maka cita rasa survival horror yang ada seharusnya
kian menguat di dua episode selanjutnya, mengembalikan alasan mengapa
banyak gamer seri klasik ini jatuh hati ketika Revelations pertama
ditawarkan. Sebuah kehormatan untuk melihat para muka lama, kini
terlibat dalam petualangan yang baru!
Kelebihan
|
Sensasi survival yang masih terasa kuat tentu jadi nilai jual utama. |
- Kembalinya Claire Redfield dan Barry Burton
- Garis cerita yang cukup memancing rasa penasaran
- Kontrol senjata yang nyaman
- Sistem upgrade senjata dan skill
- Cita rasa survival yang masih dipertahankan
- Raid Mode
- Berganti-ganti peran dengan karakter pendukung
- Varian Afflicted yang harus Dihadapi
Kekurangan
|
Tahu apa yang dibutuhkan Claire saat ini? Krim anti-aging.. |
- Sistem episodik tidak terasa memberikan kontribusi apapun
- Desain wajah Claire yang mengecewakan
- Voice acts yang masih kaku
- Desain lingkungan yang tidak menarik sama sekali
- Puzzle yang terlalu sederhana
Cocok untuk gamer: pencinta seri Revelations pertama, yang menginginkan cita rasa klasik / modern di saat yang sama.
Tidak cocok untuk gamer: yang mengharapkan sisi action yang lebih kental, yang fanatik dengan sensasi survival horror ala RE HD Remaster.
0 komentar :
Posting Komentar