»
[review] Dying Light
By Pladidus Santoso
February 12, 2015 ·
Dari semua game yang sempat Anda mainkan sebagai seorang gamer,
berapa banyak darinya yang menjadikan zombie sebagai tema utama?
Beberapa franchise populer berhasil membangun identitasnya sendiri dari
tumpukan mayat hidup ini, yang tubuhnya sudah terpotong-potong karena
tajamnya parang Anda, atau bahkan hancur tanpa sisa karena Rocket
Launcher yang tidak lagi mengenal belas kata kasihan. Dengan sejarah
yang sudah berjalan cukup lama, genre ini sendiri sebenarnya sudah
berada dalam posisi yang stagnan. Hampir tidak ada lagi konsep yang bisa
diracik untuknya, setidaknya untuk menawarkan sensasi gameplay yang
lebih menyenangkan, imersif, dan unik. Hingga Techland hadir dan
berusaha membuktikan sebuah konsep gila yang tidak pernah diprediksikan
sebelumnya – Dying Light.
Hal yang sangat rasional untuk menyebut Dying Light tak ubahnya
sebuah perpaduan antara Mirror’s Edge dan Dead Island sebagai kunci inti
permainan, seperti yang kami bahas di artikel preview sebelumnya.
Selain kesempatan untuk membunuh para zombie dengan beragam senjata
dengan efeknya tersendiri, ia juga menawarkan kemampuan parkour untuk
sang karakter utama. Anda bisa bergerak cepat dan bebas secara vertikal
maupun horizontal di peta yang sudah terhitung luas, baik untuk
bertarung secara terbuka atau justru menghindari para zombie yang hanya
punya satu misi di kepala mereka – memakan Anda. Secara visual, ia juga
tampil ciamik, setidaknya di versi PC. Detail tekstur yang mengalami
peningkatan signifikan dari Dead Island serta tata cahaya yang
memanjakan mata jadi nilai jual tersendiri.
Lantas, bagaimana dengan performa game ini sendiri secara
keseluruhan? Mengapa kami menyebutnya sebagai game yang meminta Anda
untuk lari dari kematian?
Plot
|
Selamat datang di Harran, mimpi buruk Anda yang baru! |
Selamat datang di Harran, Turki – sebuah kota indah penuh nilai
budaya yang kini berubah jadi neraka dunia nyata. Alih-alih kesibukan
kota dan manusianya, Harran kini justru dipenuhi oleh mayat hidup yang
bertebaran di setiap sudut, berusaha mencari manusia baru untuk sekedar
mengisi perut. Harran jatuh pada kekacauan setelah menyebarnya sebuah
virus misterius, yang akhirnya memicu Kementerian Pertahanan untuk
“mengunci mati” kota ini. Tidak ada yang bisa masuk, dan tidak ada yang
bisa keluar.
|
Sebuah
virus misterius telah membuat sebagian besar penduduk kota berubah
menjadi mayat hidup. Di tengah kekacauan ini, karakter utama Anda –
Crane justru diminta untuk masuk ke dalam. |
|
Ia
diminta oleh organisasi sosial – GRE untuk mengambil kembali sebuah
file penting dari diktator baru Harran yang super kejam – Rais. |
Namun di tengah kekacauan ini, karakter utama yang Anda gunakan –
Kyle Crane justru berusaha untuk menginfiltrasi Harran. Ia ditugaskan
oleh GRE – Global Relief Effort yang terus-menerus menerjukan pengobatan
sementara bernama Antizin lewat udara, untuk menemukan seseorang dan
mengambil file penting mereka darinya. Namun sayangnya, usaha Crane
tersebut sudah menemui masalah di awal. Pertama kali menyentuh jalan
Harran dan ia sudah berada di ujung kritis dengan para Bandit yang
mengincar kepalanya, dan tentu saja – gigitan zombie yang bisa
membuatnya berubah kapan saja. Untungnya, ia diselamatkan oleh para
survivor yang kini menetap di Tower.
|
Crane berada di posisi yang dilematis. Di sisi lain, ia juga menjadi ujung tombak para survivor di Harran untuk bertahan hidup. |
|
Mampukah Crane mengatasi semua masalah ini? Apa isi file yang begitu ditakuti GRE ini? |
Crane kini harus berhadapan dengan dilema besar. Di satu sisi, ia
adalah seorang agen GRE yang mengemban misi rahasia – mencari politisi
bernama Kadir “Rais” Suleiman yang dipercaya memegang file penting dan
berbahaya milik GRE. Sementara di sisi lain, keterikatan emosionalnya
dengan para anggota Tower membuatnya harus berhadapan dengan banyak
pilihan sulit. Menjadi hal yang begitu memberatkan hati melihat
bagiamana setiap dari survivor ini berusaha bertahan hidup, sembari
memastikan tidak lebih banyak korban berjatuhan di tengah supply antizin
yang berbahaya.
Lantas, mampukah Crane mencuri file penting GRE dari Rais ini? Apa
sebenarnya isi file tersebut? Konflik kepentingan seperti apa yang harus
ia hadapi? Semua pertanyaan ini bisa Anda jawab dengan memainkan Dying
Light ini.
Dead Island yang “Berbeda”
|
Secara garis besar, Anda bisa menyimpulkan mekanik dasar Dying Light sebagai Dead Island yang disempurnakan. |
Secara mekanik gameplay, Dying Light sebenarnya mengusung inti yang
tidak banyak berbeda dengan Dead Island. Anda masih akan berhadapan
dengan sebuah game action dari kacamata orang pertama dengan dunia
terbuka untuk dieksplorasi. Anda bisa menemukan beragam objek yang bisa
dijadikan sebagai bahan crafting atau justru senjata untuk digunakan
melawan para zombie yang ada. Tentu saja, ada segudang side mission yang
bisa Anda picu dengan berbicara pada NPC tertentu untuk reward yang
sepadan. Mekanik sisi aksinya memang harus diakui serupa dengan proyek
Techland sebelumnya ini, namun bukan berarti, Dying Light adalah sekedar
game sama dengan nama yang berbeda. Ada banyak inovasi yang membuatnya
unik dan tentu saja, pantas untuk diacungi jempol.
|
Fitur yang membuatnya berbeda? Kemampuan Anda untuk mengakses tempat lebih tinggi lewat gerakan parkour yang ada. |
|
Tidak hanya membantu Anda bergerak lebih cepat, posisi lebih tinggi juga meminalisir potensi Anda diserang. |
Salah satu yang membuat Dying Light tampil berbeda tentu saja
mengakar pada kemampuan sang karakter utama – Crane untuk melakukan
parkour. Tidak lagi sekedar bergerak di jalanan, Anda punya akses yang
lebih luas untuk setiap bidang vertikal yang bisa Anda panjat. Dengan
mekanisme kontrol yang sederhana, Anda bisa berlari, melompat, dan
menaiki setiap dari mereka, menawarkan mobilisasi yang lebih efektif.
Tidak hanya sekedar untuk bergerak cepat dari satu titik ke titik
lainnya, ketinggian juga memungkinkan Anda untuk mengeksplorasi Harran
dengan resiko yang lebih minim. Mengapa? Karena sebagian besar zombie
yang Anda temui memang tidak bisa memanjat, sehingga ia bisa digunakan
untuk kepentingan strategis tertentu.
|
Para zombie biasa yang disebut sebagai Biters ini bukanlah satu-satunya ancaman yang harus Anda takuti. |
|
Seperti game-game zombie kebanyakan pula, Anda akan bertemu dengan banyak varian zombie dengan efek serangannya sendiri-sendiri. |
Sebagian besar? Benar sekali, mayat-mayat hidup ini bukanlah
satu-satunya yang menjadi ancaman yang harus Anda taklukkan. Dying Light
menawarkan banyak varian kelas zombie lainnya yang punya efek serangan
berbeda-berbeda dan tentu saja lebih mengancam. Mereka menyebutnya
sebagai Virals. Anda akan berhadapan dengan Toads yang akan meludahi
Anda dengan cairan asam, atau Demolishers yang tampil tanky dengan
senjata beratnya yang mematikan. Atau Anda bisa saja “sekedar” bertemu
dengan Runners – varian zombie yang bisa berlari cepat dan bertempur
secara efektif dalam jumlah kecil. Namun zombie bukanlah satu-satunya
hal yang harus Anda takuti, karena di tengah kekacauan seperti inipun,
selalu ada manusia dengan agenda yang bertolak belakang dengan apa yang
ingin Anda perjuangkan.
|
Tidak
hanya para mayat hidup, Anda juga harus berhadapan dengan para Bandits
yang notabene merupakan manusia dengan kecerdasan. Lebih pintar, mereka
bergerak lebih lincah, mampu menghindari serangan Anda atau
menangkisnya, dan melakukan counter yang cepat. |
|
Anda
sebenarnya punya senjata range seperti machine gun ini untuk
dimaksimalkan. Namun terbatasnya resource membuat serangan melee
terlihat lebih rasional. |
Selain bertarung dengan para mayat hidup ini, Anda juga harus
berhadapan dengan para Bandits. Bertempur melawan para zombie tentu
berbeda dengan manusia yang masih punya kesadaran seperti ini. Para
bandits bergerak lebih cepat, dengan kemampuan untuk menyerang beruntun
dan damage yang cukup besar karena senjata yang mereka miliki. Parahnya
lagi? Mereka juga cukup cepat dan pintar untuk menghindari serangan Anda
atau bahkan menahannya. Pertempuran dengan setiap bandit secara frontal
akan menguras stamina. Tapi ingat pula, Anda juga selalu punya
alternatif brutal untuk menyelesaikan masalah seperti ini, seperti
lemparan molotov untuk memanggang mereka hidup-hidup atau bahkan senjata
api untuk pertempuran yang lebih cepat. Dying Light memang menawarkan
kesempatan untuk menjadikan senapan mesin atau pistol sebagai ujung
tombak untuk menundukkan ancaman yang ada, namun terasa kurang efektif
karena resource peluru yang terbatas. Seperti halnya, Dead Island, ia
masih berkisar pada serangan melee dan merangkai senjata yang lebih
mematikan.
Mempersiapkan Diri
|
Ada segudang misi yang bisa Anda tempuh di Harran, tentu saja – dengan reward yang sepadan. |
Ini mungkin terdengar begitu jahat, namun masalah yang terjadi di
Harran ternyata adalah gudang “penghasilan” untuk Anda. Ada segudang
side mission yang bisa Anda selesaikan di sini, selain tentu saja – misi
utama untuk memicu progress cerita. Cukup berbicara dengan NPC yang
memuat tanda seru di peta kecil yang ada, Anda akan dibekali dengan
ragam pekerjaan yang biasanya berkisar pada permintaan untuk bergerak
dari titik A dan B, mengumpulkan objek tertentu, dan kembali. Reward
yang diberikan oleh beragam side mission ini membuatnya sulit untuk
ditolak.
Selain terkadang senjata yang lebih baik, setiap side mission ini
akan memberikan Anda ekstra experience points untuk menaikkan level. Di
sinilah Dying Light tampil cukup unik. Berbeda dengan game action serupa
yang menyisipkan elemen RPG lewat sistem experience points dan kenaikan
level yang sederhana, Dying Lights menerapkan mekanisme yang serupa
dengan Skyrim. Skill terbagi menjadi tiga bagian sama besar: Survival,
Agility, dan Power yang masing-masing memuat cabang ekstra kekuatan baru
atau status sesuai dengan namanya.
|
Ada
tiga kategori skill berbeda yang masing-masing mengusung pohon skillnya
sendiri-sendiri. Menariknya lagi? Level mereka juga akan disokong oleh
experience points yang berbeda. |
|
Mengusung
mekanisme yang serupa dengan Skyrim, level tiap skill ini akan naik
bergantung pada aktivitas Anda. Semakin sering Anda melakukannya,
semakin tinggi pula penguasaan Anda. |
Experience Points untuk Survival hanya bisa didapatkan lewat
serangkaian misi yang ada, sampingan atau utama. Sementara level Agility
atau Power akan naik seiring dengan aktivitas Anda, layaknya Skyrim.
Sering melakukan parkour? Experience points akan terus didistribusikan
ke kolam agility Anda. Atau Anda lebih sering bertempur secara terbuka?
Maka level Power Anda yang akan disupply kepingan experience points
secara konsisten. Semakin sering Anda melakukan aktivitas tertentu,
semakin Anda menguasainya. Konsep yang pantas untuk diacungi jempol.
|
Eksplorasi menjadi begitu esensial untuk mengumpulkan resource, pondasi bagi Anda untuk bertahan hidup. |
|
I swear i’m just trying to find resources!! ( ͡° ͜ʖ ͡°) |
|
Dengan
resource dan blueprint yang tepat, Anda bisa menggunakan semua resource
ini untuk crafting, dari item hingga senjata unik Anda sendiri. Tidak
hanya itu saja, Anda juga bisa menyempurnakan mereka dengan menyematkan
efek elemen ke dalamnya. |
Side mission boleh dibilang hanyalah secuil alasan mengapa Anda akan
tertarik untuk mengeksplorasi setiap sudut Harran. Pada akhirnya, semua
kesibukan ini akan berakhir untuk satu tujuan yang sama – mempersiapkan
diri dari beragam ancaman yang akan dihadapi. Ada segudang resource yang
bisa Anda kumpulkan di kota ini, dari sekedar tempat sampah hingga
sudut rumah yang terbuka untuk dijarah. Setiap resource ini bisa
digunakan untuk dua hal – yang tidak penting bisa berakhir menjadi uang
untuk membeli senjata atau resource yang lebih baik dari para merchant,
sementara yang penting akan berakhir menjadi bahan crafting. Benar
sekali, dengan mengumpulkan resource dalam jumlah tertentu, disertai
dengan blueprints yang berhasil Anda kumpulkan, Anda bisa membangun item
dan senjata yang lebih baik.
|
Mengumpulkan
resource bahkan kian penting mengingat senajta Anda punya daya tahan
sendiri dan dapat hancur. Memastikan diri memiliki senjata cadangan jadi
salah satu fokus yang tidak bisa dabaikan begitu saja. |
|
Tidak
ingin menyia-nyiakan senjata Anda? Anda bisa saja kembali ke serangan
melee, menghancurkan para zombie biasa ini dengan tangan (kaki) kosong.
Atau, Anda bisa juga mendorong mereka ke beragam jebakan di peta untuk
kematian secara instan. Pile them up! |
Ini menjadi hal yang super esensial untuk memastikan Anda bisa
bertahan hidup di tengah horrornya Harran itu sendiri. Crafting adalah
pintu gerbang utama untuk menciptakan senjata yang lebih baik, dari
sekedar molotov untuk efek area serangan efek yang lebih luas hingga
kombinasi senjata mematikan dengan ekstra damage dan elemen di dalamnya.
Ambisi untuk mendapatkan senjata yang lebih kuat juga membuat setiap
menit eksplorasi yang Anda lakukan punya potensi untuk terbayar manis.
Apalagi mengingat setiap senjata yang Anda miliki memiliki daya tahannya
sendiri. Anda hanya bisa memperbaiki senjata hingga batas jumlah
tertentu sebelum terpaksa membuangnya karena tidak lagi efektif. Satu
yang pasti di benak Anda ketika hal ini terjadi? Memastikan bahwa
senjata cadangan Anda selalu tersedia, jika tidak, lebih kuat daripada
yang sebelumnya.
|
Dying
Light mungkin akan terasa sulit di jam-jam awal permainan. Namun
seiring dengan level dan skill yang Anda buka, dipadukan kombinasi
senjata dari blueprint yang makin beragam, ia akan lebih mudah
dinikmati. |
Dipadukan dengan skill yang bisa Anda dapatkan dari kenaikan level,
Dying Light akan terasa semakin mudah seiring dengan progress
perkembangan karakter Anda. Di awal ia mungkin terasa seperti game
survival horror yang merepotkan, namun sensasi ini akan memudar begitu
lebih banyak blueprint senjata dan skill yang terbuka. Beberapa skill
memungkinkan Anda melakukan tendangan dua kaki untuk damage besar tanpa
harus mengorbankan durabilitas senjata, membuat senjata Anda lebih tahan
lama, atau bahkan memperbesar kemungkinan Anda bisa memperbaiki senjata
Anda tanpa perlu mengorbankan limit repair yang ada. Dipadukan dengan
senjata berdamage besar? Zombie bukan lagi tantangan yang perlu Anda
khwatirkan.
Lari dari Malam – Lari dari Kematian!
|
Harran sudah cukup jadi neraka bagi Anda? Tunggu hingga malam tiba! |
Satu yang pasti, tantangan Dying Light tidak lantas selesai begitu
Anda sudah mencapai level tinggi dengan senjata lebih besar. Ada horror
besar yang mengintai dan siap untuk membunuh dalam sekejap, walaupun
Anda sudah mempersiapkan diri dengan matang, sekalipun. Di Dying Light,
tidak ada yang lebih menyeramkan selain berhadapan dengan sinar matahari
yang semakin memudar di ujung jalan. Malam berarti kematian di sini,
dan kematian tersebut, sama sekali tidak punya konotasi menyenangkan.
|
Malam hari akan membuat status Anda dari seorang pahlawan, menjadi seonggok daging buruan yang kebetulan, bisa berlari cepat. |
|
Varian zombie paling berbahaya – Volatiles hanya keluar di malam hari. Misi utamanya? Mencabik dan menikmati tubuh Anda. |
Seperti yang sempat mereka promosikan selama ini, sensasi gameplay
Dying Light berbeda jauh ketika siang dan malam. Siang hari, Anda masih
bisa merasakan peran sebagai seorang karakter utama yang bisa
menundukkan beragam ancaman yang ada secara instan, berkat skill dan
senjata yang ada. Namun begitu Harran jatuh dalam kondisi gelap, Anda
bukanlah siapa-siapa, selain daging buruan untuk varian zombie yang
lebih menakutkan bernama Volatiles. Hanya muncul di malam hari,
Volatiles hadir dengan kecepatan, kekuatan, dan daya tahan yang jauh
melebihi varian zombie yang lain. Ia bisa membunuh Anda dalam sekejap
jika Anda tidak hati-hati.
Tidak ada solusi yang bisa menjamin Anda untuk bisa bertahan hidup
jika Anda memilih perang terbuka. Pilihan rasional adalah berlari
menyelamatkan diri, bersembunyi di beragam Safe House yang bisa Anda
buka lewat misi sederhana untuk menunggu matahari kembali. Kehadiran
Volatiles ini menghadirkan sensasi horror yang pantas diacungi jempol.
Mengerti fakta bahwa Anda bisa mati secara instan karena monster yang
satu ini membuat setiap pertemuan selalu menghasilkan rasa panik dan
ketakutan tersendiri, bahwa Anda butuh mencari cara apapun, untuk
selamat. Untungnya, ada satu mekanik ekstra yang membuat hal ini terasa
mungkin.
|
Anda
bisa memperbesar kemungkinan selamat dengan mengamankan beragam Safe
House yang ada. Volatiles tidak akan bisa mengejar Anda ke dalam dan
Anda punya opsi tidur untuk mempercepat waktu di sini. Matahari = lebih
aman. |
|
Menemukan Safe House ini juga bukanlah perkara sulit. Mereka terpampang jelas di peta yang Anda miliki. |
Caranya adalah dengan mulai merebut Safe House yang tersebar di map.
Anda hanya tinggal bergerak menuju ikon rumah berwarna merah yang
terdapat di peta, menghancurkan semua zombie di dalam lokasi, dan Safe
House pun bisa diakses. Lantas apa yang bisa Anda lakukan di sini?
Seperti nama yang ia usung, Safe House akan memastikan Anda tidak
diserang oleh zombie apapun, termasuk Volatiles sekalipun. Di sini, Anda
bisa tidur untuk mempercepat waktu dan memastikan diri untuk bertemu
dengan matahari kembali. Anda bisa menjalani kembali hari-hari Anda
sebagai seorang pahlawan, seperti biasanya.
|
Tapi
malam juga punya godaan yang sulit untuk ditolak. Jika Anda cukup
berani mengeksplorasinya, ada ekstra exp ganda Power dan Agility untuk
dipanen. |
Semuanya terdengar mudah, bahwa dengan sistem Safe House seperti ini,
Anda tidak akan pernah perlu lagi takut dengan malam. Secara konsep,
iya, namun Techland tampaknya punya cara tepat untuk menggoda Anda
keluar dari “kandang” dan mulai mencicipi betapa menyeramkannya Harran
di malam hari. Selain beberapa side quest yang memang hanya bisa
diselesaikan di malam hari, resiko untuk mati secara instan ini juga
dikompensasi dengan kesempatan untuk mendapatkan experience dua kali
lebih cepat. Benar sekali, semua experience points – Agility dan Power
selama malam hari akan digandakan, membuat bar untuk mendapatkan ekstra
satu skill points tersebut berjalan jauh lebih cepat. Kini pilihan
kembali bergantung pada Anda. Apakah Anda merasa resiko mengitari malam
untuk experience ganda memang cukup pantas? Jika iya, maka silakan
bersenang-senang dengan potensi kematian ini. Namun ingat pula, kematian
berarti hilang sejumlah porsi experience points untuk Survival yang
sulit untuk dikumpulkan.
Visualisasi Apik
|
Desain kota yang ciamik jadi salah satu nilai jual. |
Seperti yang sempat kami sebut sebelumnya, lompatan visual yang
ditawarkan Techland di Dead Island pertama dan Dying Light boleh
terbilang cukup signifikan. Memperkuat citranya sebagai game generasi
terbaru, ia tampil sebagai game yang cukup memanjakan mata, baik dari
sisi desain maupun teknis. Dari sisi desain, mereka mampu menawarkan
sebuah kota dengan atmosfer yang pantas diacungi jempol. Anda akan bisa
merasakan dengan jelas bahwa Anda tengah diterjunkan di sebuah kota yang
berada di ujung kematian, dengan kehancuran di mana-mana. Debu, hujan
yang dramatis, angin, posisi para zombie, teriakan kelaparan mereka,
hingga sekedar desain tata kota yang ada menyempurnakan pengalaman Dying
Light ini.
|
In love with the halo effect.. |
|
Permainan cahaya gelap dan terang yang luar biasa juga membangun atmosfer yang luar biasa untuk Dying Light. |
Pesona yang sama juga meluncur dari sisi teknis. Kualitas tekstur
meningkat jauh, dengan detail setiap karakter, bahkan para zombie yang
Anda temui sekalipun hadir begitu baik. Namun bagian terbaiknya?
Kualitas tata cahaya yang memesona. Perbedaan malam dan siang yang
begitu kentara, dengan efek sinar dan bayangan yang tepat ketika Anda
harus menghidupkan senter dan beraksi jadi catatan positif tersendiri.
Ia berhasil membangun kesan horror yang kuat di malam hari, sesuatu yang
cukup unik mengingat betapa Dying Light mengakar pada gameplay action
yang menjadi titik fokus. Desain visual yang mereka tawarkan
berkontribusi besar pada pengalaman yang ia tawarkan.
|
Bertarung dengan para zombie di tengah hujan? Epic! |
|
Mm..guys.. ada yang kehilangan tangan? Guys..guys.. |
Salah satu keputusan yang kami senangi juga adalah keberanian untuk
mempertahankan elemen gore yang ada. Kepala yang putus, darah
dimana-mana, tangan yang terpotong, kematian sia-sia, hingga bau hangus
mereka yang terbakar-bakar hidup seolah memperkuat atmosfer mencekam
Dying Light itu sendiri.
Kesimpulan
|
Dying
Light memenuhi semua janji yang ia tawarkan selama beberapa bulan
terakhir ini. Ia hadir sebagai sebuah game post-apocalyptic yang
menyenangkan, cukup inovatif, berbeda, dan tentu saja – seru di saat
yang sama. Ia tampil sebagai sebuah paket game yang siap untuk menyita
perhatian Anda untuk waktu yang cukup lama. |
Terlepas dari rasa pesimis yang cukup kuat bahwa industri game masih
bisa menggali sesuatu yang baru dari genre zombie yang kian usang, Dying
Light melemparkan bukti sebaliknya. Kombinasi gameplay ala Dead Island
dan Parkour ala Mirror’s Edge menghasilkan pengalaman open world
post-apocalypse yang cukup unik, dan yang pastinya seru. Ada kesenangan
tersendiri, bergerak cepat dari satu bangunan ke bangunan lainnya,
berburu resource, menyelesaikan ragam side quest yang ada, sembari
memastikan Anda dibekali dengan ragam senjata unik dan kuat untuk
memastikan probabilitas lebih tinggi ketika berujuang bertahan hidup.
Namun tidak hanya elemen action. Dying Light juga terhitung berhasil
menyematkan sensasi horror yang cukup kentara ketika malam tiba, dimana
Anda akan diburu dengan kesempatan kecil untuk melawan balik. Kombinasi
semua elemen ini melahirkan sensasi game zombie terbaik yang pernah kami
temukan.
Namun tentu saja, ada beberapa catatan yang pantas diarahkan untuk
proyek teranyar Techland ini. Salah satu yang masih terasa cukup
mengganggu adalah limitasi di sistem kamera yang terkadang sulit untuk
mengkomodasi gerakan parkour yang Anda butuhkan, apalagi jika level yang
harus Anda lewati benar-benar berbentuk vertikal ke atas, seperti
memanjat tower atau menara jembatan di salah satu misi sampingan yang
ada. Hal mengecewakan lain adalah tidak adanya sistem fast travel, yang
memaksa Anda benar-benar harus berlari dari satu titik ke titik lain.
Ini bukan masalah soal bagaimana kita terbiasa dimanjakan dengan fitur
ini, namun absennya fast travel membuat back tracking misi-misi lawas
jadi kerepotan tersendiri. Mengapa? Karena sebagian besar misi sampingan
terletak di area dekat dengan misi utama yang ada. Jadi jika Anda
bersikukuh untuk menyelesaikan misi utama terlebih dahulu dan baru
menyelesaikan misi sampingan ketika bosan, misalnya, Anda akan berlari
kesana-kemari hanya untuk tiba di lokasi tertentu.
Namun terlepas dari kekurangan tersebut, Dying Light memenuhi semua
janji yang ia tawarkan selama beberapa bulan terakhir ini. Ia hadir
sebagai sebuah game post-apocalyptic yang menyenangkan, cukup inovatif,
berbeda, dan tentu saja – seru di saat yang sama. Ia tampil sebagai
sebuah paket game yang siap untuk menyita perhatian Anda untuk waktu
yang cukup lama.
Kelebihan
|
Anda akan bersenang-senang dengan game yang satu ini! |
- Visualisasi apik
- Cerita yang cukup mengundang rasa penasaran
- Parkour menawarkan sensasi yang berbeda
- Beragam resource dan senjata yang bisa dikumpulkan / dibuat
- Efek malam yang memang terasa mencekam
- Multiplayer yang cukup menyenangkan
- Sistem level dan skill sesuai dengan frekuensi aktivitas Anda
- Gore content!
Kekurangan
|
Sayangnya, di beberapa titik – kamera menjadi sumber frustrasi tersendiri. |
- Sistem kamera yang terkadang menyebalkan
- Tidak ada sistem fast travel
Cocok untuk gamer: pecinta Dead Island atau Mirror’s Edge, yang senang dengan konsep post-apocalyptic
Tidak cocok untuk gamer: yang mudah pusing dengan kacamata orang pertama – bahkan di game FPS sekalipun
sumber : http://jagatplay.com/2015/02/pc-2/review-dying-light-mencoba-lari-dari-kematian/4/
0 komentar :
Posting Komentar