»
[review] Evolve
By Pladidus Santoso
February 23, 2015 ·
Nama besar Turtle Rock Studios sebagai salah satu developer kawakan
untuk game-game yang berfokus di sisi multiplayer memang tidak perlu
diragukan lagi. Lewat tangan dingin mereka, game zombie yang
memungkinkan Anda untuk bertempur secara kooperatif ataupun kompetitif –
Left 4 Dead diracik. Sebuah konsep yang ternyata berhasil merebut hati
jutaan gamer di seluruh dunia karena pengalaman memacu adrenalin yang
secara konsisten ia hadirkan. Gamer mana yang tidak akan ketakutan
ketika mendengar suara tangis Witch menggema di kejauhan, seolah membawa
atmosfer kematian yang terasa lebih kentara. Dengan popularitas yang
sudah begitu tinggi, tidak mengherankan jika banyak gamer yang
menantikan kehadiran proyek teranyar mereka – Evolve. Game yang akan
membawa level kompetitif yang ada ke tingkat yang berbeda. Setidaknya
itulah yang diklaim oleh Turtle Rock Studios sendiri.
Untung menjamin rilis yang tidak bermasalah, Turtle Rock Studios
bahkan membuktikan komitmen mereka lewat masa alpha dan beta yang mereka
selenggarakan jauh-jauh hari sebelumnya. Dengan membagi konten yang
sedikit, Anda yang cukup mengikuti artikel JagatPlay tentu saja sudah
cukup memahami impresi pertama seperti apa yang mereka tawarkan.
Terlepas dari gameplay yang memang seru, kami sempat menuliskan beberapa
hal yang sempat menjadi perhatian utama – seperti betapa bergantungnya
game ini pada gamer yang memainkan si Monster atau konten yang terhitung
minim. Kini setelah penantian yang cukup lama, kesempatan untuk
mencicipi pengalaman penuh sebuah “Evolve” akhirnya tiba!
Lantas, bagaimana dengan performa Evolve di versi finalnya ini?
Mengapa kami menyebutnya sebagai game dengan konten yang rapuh? Review
ini akan membahasnya lebih dalam untuk Anda.
Gameplay yang Tidak Berbeda
|
Anda
yang sudah mencicipi versi alpha atau beta sebelumnya tidak ada
kesulitan menguasai permainan di versi retail ini karena minimnya
perubahan di sisi gameplay. |
Terlepas dari statusnya sebagai sebuah versi retail, Evolve yang Anda
bayar dengan harga penuh ini sebenarnya tidak banyak berbeda dengan
versi demo yang mungkin sudah pernah Anda cicipi sebelumnya. Secara
garis besar, ia tetap mengusung inti mekanik gameplay yang sama, hanya
saja kini “dipermak” dengan ekstra mode, map, dan tentu saja – Monster
dan Hunters yang bisa digunakan. Berangkat dari fakta inilah, impresi
yang kami dapatkan di masa beta yang lalu sebenarnya masih bisa
diaplikasikan di sini.
Anda masih akan berhadapan dengan konsep pertempuran 4 vs 1 yang
diterapkan hampir di semua mode yang ada, terlepas dari nama yang
berbeda. 4 orang akan berperan sebagai Hunters melawan 1 user lain yang
berperan sebagai Monster – sebuah entitas raksasa yang terlihat tidak
akan berkeberatan untuk menghancurkan tulang Anda hingga
berkeping-keping.
|
Pertempuran 4 vs 1. 4 orang gamer akan berperan sebagai Hunters, sementara 1-nya lagi berperan sebagai monster. |
|
Hunters dibagi menjadi empat kelas berbeda: Assault, Support, Trapper, dan Medic. |
|
Melawan satu monster yang tampaknya tidak akan punya kesulitan untuk meremukkan tulang para Hunters dengan mudah. |
Hunters sendiri diwakili dengan empat kelas berbeda: Assault – sang
damager, Support – damager yang juga punya skill untuk mendukung tim,
Trapper – yang berfokus melacak dan mengunci gerakan Monster, serta
Medic – yang tentu saja, sesuai namanya akan terus menjaga Anda untuk
terus hidup. Setiap kelas ini punya tiga varian karakter yang
masing-masing juga hadir dengan senjata dan skill yang berbeda.
Mengkombinasikan karakter dan skill yang ada adalah kunci kemenangan
esensial bagi Hunters. Sementara bagi Monster? Fokusnya adalah
memperkuat diri dengan mengkonsumsi binatang di sekitar, berevolusi,
membangun kombinasi skill dari empat varian yang ada, dan tentu saja –
bersenang-senang. Pada dasarnya, itulah yang ditawarkan Evolve. Berburu
atau diburu adalah tagline yang bisa disematkan untuk masing-masing
pihak ini. Monster tidak harus selalu berperan sebagai pihak yang
diburu. Ada kalanya, ia akan bisa balik menjadi sumber kematian yang
menakutkan, tanpa ada solusi untuk ditundukkan.
|
Kudos untuk mempertahankan sistem berbasis prioritas yang tidak hanya inovatif, tetapi juga efektif! |
|
Sistem ini berhasil menyediakan kepada kami peran yang diinginkan di sebagian besar pertempuran yang ada. |
Salah satu mekanisme terbaik yang kami dapatkan di versi demo tetap
dipertahankan di versi retail ini. Benar sekali, kita tengah
membicarakan sistem skala prioritas peran yang berfungsi dengan sangat
baik untuk memastikan semua gamer mendapatkan peran yang ingin mereka
dapatkan. Gamer dapat memilih peran yang paling ingin mereka mainkan –
hingga yang paling ingin mereka hindari, dan sistem matchmaking akan
berjuang untuk mencari pertempuran dimana Anda berkemungkinan besar
mengisi peran tersebut. Sejauh kami menjajalnya, sistem ini bekerja
dengan sangat baik. Dengan prioritas utama berperan sebagai Support di
posisi pertama dan Monster di posisi kedua, hampir 75% pertempuran
menyediakan peran tersebut untuk kami. Beberapa pertarungan memang
memaksa kami untuk menjajal peran lain, namun sebagian besar terjadi
ketika kami bergabung untuk mengisi kekosongan di match yang sudah
berlangsung.
Terdengar sederhana memang, namun sistem ini begitu revolusioner
untuk sebuah game yang berfokus pada pertempuran 4 vs 1. Membayangkan
bagaimana jutaan gamer yang bergabung di dalam room yang sama harus
berebut memainkan peran tertentu sendiri sudah terdengar seperti sebuah
mimpi buruk yang tidak pernah ingin kita temui. Sistem seperti ini
menyelesaikan masalah tersebut. Untuk urusan yang satu ini, Evolve
pantas untuk mendapatkan acungan jempol.
|
Jika ia tidak menawarkan banyak perubahan di sisi gameplay, lantas apa yang membuat versi retail ini tampil menggoda? |
Dari masa alpha dan beta yang sempat mereka rilis sebelumnya, Turtle
Rock Studios memang tidak menawarkan perubahan gameplay yang cukup
signifikan. Ia tetep menawarkan mekanik gameplay yang sama dengan ekstra
konten semata. Ia tetap seimbang, tetap menyenangkan terlepas dari
apakah Anda berperan sebagai sang Hunter atau Monster. Namun tetap saja,
pengalaman bermain Anda akan sangat bergantung pada seberapa baik sang
player yang berperan sebagai Monster bermain. Apakah ia menawarkan
tantangan yang cukup untuk membuat adrenalin Anda terpompa kencang?
Ataukah ia seorang monster cupu yang ternyata sudah bisa ditaklukkan di 5
menit permainan? Terlepas dari fakta rilis final yang ada, “masalah”
yang satu ini tetap menghantui.
Monster Baru, Hunter Baru
|
Anda kini bisa menggunakan varian Monster dan Hunters yang lebih banyak! |
Tentu saja, Turtle Rock Studios harus menawarkan sesuatu yang berbeda
di versi retail ini, untuk setidaknya membuat gamer yang sudah menjajal
versi alpha maupun beta yang ada tetap tertarik untuk membayar harga
penuh dan menikmatinya. Dari sisi gameplay, perubahan yang ditawarkan
memang tidak terlihat signifikan. Beberapa balancing gameplay memang
disematkan di sana-sini untuk memastikan baik Hunter maupun Monster,
punya chance yang sama untuk menang. Sejauh ini, dari statistik yang
mereka rilis sendiri, kesempatan untuk menang memang masih berimbang di
masing-masing pihak. Salah satu balancing yang kami rasakan adalah waktu
cooldown ability Monster yang kini terasa lebih lambat, memberikan
kesempatan bagi Hunters untuk melakukan perlawanan yang lebih seimbang.
Jika tidak ada perubahan yang signifikan dari sisi mekanik gameplay
dengan versi beta dan alpha, lantas apa yang membuat versi retail ini
tampil menggoda? Turtle Rock Studios menjawab hal tersebut dengan ekstra
konten yang diharapkan mampu menawarkan pengalaman bermain lebih. Ada
map, mode, karakter Hunter dan Monster yang baru untuk digunakan. Dengan
variasi konten yang lebih banyak, ada harapan begitu besar bahwa Anda
akan berhadapan dengan skenario pertempuran yang berbeda setiap kali
Anda menekan tombol matchmaking. Berhasil atau tidak kah strategi
seperti ini? Kita akan bahas nanti.
|
Kombinasi lebih banyak karakter ini diharapkan bisa menghasilkan pengalaman bermain yang senantiasa berbeda. |
|
Dibuka dengan berjenjang, karakter yang Anda buka lebih akhir tidak lantas lebih baik dari karakter yang Anda dapatkan di awal. |
Evolve menawarkan 12 jenis Hunters untuk digunakan, 3 dari
masing-masing kelas. Setiap karakter memiliki kepribadiannya
sendiri-sendiri, di luar senjata dan skill yang ada tentu saja. Walaupun
dibuka secara berjenjang, bergantung pada aksi Anda di dalam permainan,
karakter yang dibuka terakhir tidak lantas tampil lebih sempurna
dibandingkan dengan karakter yang sudah tersedia sejak awal. Sebagai
contoh? Support, misalnya. Jenjang membuka karakter bergerak dari Hank –
Bucket – Cabot, yang bisa Anda capai dengan menyentuh satu level
Mastery di tiap karakter. Walaupun berada di posisi terakhir, Cabot
tidak otomatis diposisikan sebagai karakter yang lebih baik. Ketiganya
berada di tingkat yang seimbang.
Diferensiasi fungsi dan skill yang ada akan mendorong Anda untuk
membangun ikatan dengan karakter tertentu dan menguasainya, sembari
berusaha beradaptasi dengan situasi pertempuran yang ada. Kami sendiri
jatuh hati pada Bucket – sang robot yang dipersenjatai dengan Guided
Missile. Walaupun tidak bisa melemparkan damage besar secara instan, ia
bisa melemparkan lima Drone untuk mengusik para monster secara konsisten
dan mencabut kepalanya sebagai UAV untuk membantu tugas Trapper mencari
sang monster dengan tingkat mobilitas yang lebih tinggi. Berbagi dengan
dua karakter Support yang lain, Bucket juga dipersenjatai dengan
Invisibility Cloak untuk menyembunyikan semua anggota tim dalam range
terbatas.
|
Our personal favorite – Bucket! |
|
Memaksa
Anda untuk menggunakan skill yang sebenarnya bertentangan dengan gaya
Anda bermain? Grinding untuk karakter baru seperti layaknya pedang
bermata dua. |
Sistem unlock yang memaksa Anda untuk setidaknya mencapai setidaknya
satu level Mastery untuk semua skill di setiap karakter memang terasa
cukup grindy. Dua sisi mata pedang, karena di satu sisi ia memaksa Anda
untuk senantiasa menggunakan semua skill yang ada, butuh atau tidak
butuh, di setiap pertempuran yang ada hanya untuk membuka karakter baru.
Sementara di sisi lain, ia mengacaukan ritme gameplay Anda sendiri
karena sekarang, mau tidak mau, untuk membuka lebih banyak karakter,
Anda harus menerapkan gaya gameplay yang sebenarnya tidak terlalu nyaman
bagi Anda. Kasus Bucket kami saja, misalnya. Tidak terlalu senang
dengan skill UAV miliknya karena tidak terlalu efektif, kami tetap
dipaksa untuk terus menggunakannya hingga jumlah tertentu untuk membuka
Cabot. Agak sedikit terasa grindy.
Hal yang sama tidak hanya terjadi di Hunters, tetapi juga Monsters
yang ada. Untuk versi retail ini, Evolve menawarkan tiga varian monster:
Goliath – sang bongsor standar dengan kekuatan fisik yang bisa
melenyapkan Anda dalam waktu singkat, Kraken – sang monster terbang
dengan kemampuan proyektil berbasis listrik yang mematikan, serta Wraith
– yang bisa Anda kategorikan sebagai “Assassin” di dunia monster, cepat
dan mematikan walaupun harus berhadapan dengan jumlah HP yang lebih
kecil. Setiap monster akan dibekali dengan empat kategori skill berbeda,
yang masing-masing darinya, menyandang ekstra 3 slot skill. Setiap
kenaikan jenjang evolusi akan memberikan Anda ekstra tiga poin untuk
didistribusikan ke semua skill ini, tentu saja, bebas menurut gaya
bermain Anda. Semakin tinggi tingkat skill yang ada, semakin kuat pula
damage yang ia hasilkan. Seperti pula Hunter, Anda juga dipaksa untuk
meningkatkan tingkat Mastery setiap skill yang ada sebelum bisa
mengakses Monster baru selanjutnya. Tugas yang lebih grindy tentu saja,
mengingat Anda kini harus meningkatkan empat kategori skill yang ada.
|
Hal yang sama juga harus Anda lalui jika ingin mencicipi varian Monster yang baru. |
|
Sama
seperti Hunter, Anda dituntut untuk menggunakan skill yang sebenarnya
tidak cocok dengan gaya bermain Anda. Sistem Grinding yang cukup
menyebalkan. |
Dan untuk kesekian kalinya, posisi dilematis bahkan terasa lebih kuat
ketika Anda memerankan sang monster. Apa pasal? Di satu sisi, Anda tahu
Anda harus mengakses semua skill yang ada untuk mencapai level Mastery
yang baru dan membuka karakter Monster selanjutnya, dan namun di sisi
lain – ia akan mengkhianati gaya bermain yang Anda tahu, sudah
dipastikan akan membawa kemenangan. Sebagai contoh, kasus Goliath kami.
Kami sendiri selalu memilih kombinasi Firebreath level 3 di awal
permainan untuk berburu lebih cepat. Melewati evolusi ke level 2, tiga
ekstra skill point langsung kami lemparkan ke Leap Smash level 3 untuk
mobilitas dan serangan damage besar yang sulit diantisipasi. Kombinasi
kedua serangan ini selalu efektif. Namun untuk membuka Kraken? Kami
“dipaksa” untuk menggunakan dua skill lain – Charge dan Rock Throw
hingga level Mastery, yang otomatis – mengacaukan gaya gameplay yang
sebenarnya sudah ada. Mendorong Anda untuk mengeksplorasi lebih banyak
kemungkinan? Kami melihat sistem grinding seperti ini lebih ke sesuatu
yang menjengkelkan.
Evacuation – Sang Rivalitas yang Sebenarnya!
Selain memperkuat basis permainan dengan lebih banyak Hunter dan
Monster, Evolve juga membuka lebih banyak variasi mode untuk
menghasilkan pengalaman permainan yang berbeda. Selain Hunt – dimana
Anda berburu monster dengan gameplay yang begitu mainstream, ada
beberapa mode lain yang kini menyematkan mekanik berbeda.
|
Selain mode klasik “Hunt”, Evolve menawarkan mode baru. |
Ada Nest – dimana fokus permainan ini berganti pada lima buah telur
yang tersebar di dalam peta. Monster harus melindungi telur ini dalam
waktu tertentu, atau menetaskan mereka untuk menghasilkan ekstra monster
kecil yang dikendalikan oleh AI. Monster-monster ekstra ini akan
membantu sang Monster utama untuk menyerang Hunter yang ada, namun
dengan pengorbanan tentu saja, bahwa Anda harus menghancurkan telur yang
seharusnya Anda lindungi. Sementara di sisi lain, Hunter didorong untuk
menghancurkan semua telur ini dalam waktu yang sangat terbatas.
Haruskah Anda berpencar dan mulai menghancurkan mereka secara terpisah,
dengan resiko Anda lebih rentan terhadap monster utama? Atau haruskah
Anda terus bersama-sama untuk lebih aman, namun mengorbankan kecepatan?
Apa yang harus Anda lakukan? Nest cukup untuk memicu dilema seperti ini,
membuat Anda harus beradaptasi lebih. Sementara dua ekstra mode yang
lain – Rescue dan Defend terasa lebih generic.
|
Nest
menjadi mode baru yang cukup seru. Tidak lagi bertarung frontal,
Hunters kini hanya diminta menghancurkan sejumlah telur di map dalam
waktu terbatas. Monster bisa melindungi telur-telur tersebut, atau
mengorbankannya untuk menciptakan minion baru yang dikendalikan oleh AI. |
|
Namun primadonanya terletak di Evacuation Mode – pertempuran 5 ronde dengan sedikit bumbu cerita di dalamnya. |
Namun primadona dari semua mode yang ada jatuh pada satu nama –
Evacuation Mode. Berbeda dengan tipikal pertempuran Skirmish yang
selesai dalam satu pertarungan saja, Evacuation akan mendorong rivalitas
Hunters dan Monsters ke level yang baru – 5 pertempuran yang akan
terjadi berturut-turut, yang akan terbagi dalam beberapa mode. Di
Evacuation, yang dibumbuhi dengan sedikit elemen cerita di dalamnya,
Anda akan saling berhadapan dalam perang 5 hari untuk menentukan nasib
manusia, yang menawarkan Hunt, Nest, Rescue, dan Defend secara acak.
Lantas apa yang membuatnya istimewa? Bukan hanya karena faktor 5 harinya
saja, tetapi juga dari mekanik unik yang akan membuat setiap
pertempuran akan mempengaruhi medan selanjutnya.
|
Pihak yang meraih kemenangan akan mendapatkan buff tertentu di pertempuran selanjutnya. |
|
Untuk membuat pertempuran berjalan lebih menarik, sistem handicap juga diperkenalkan untuk membantu pihak yang kalah. |
Medan pertempuran kini akan melahirkan buff menguntungkan tertentu
untuk pihak yang menang, yang akan diimplementasikan di hari
selanjutnya. Sebagai contoh? Jika Hunter lah yang memenangkan
pertempuran pertama, medan pertarungan di hari kedua kini akan dipenuhi
dengan Turret kecil yang tentu saja akan kian memberatkan aksi si
Monster. Atau sebaliknya, jika Monster yang menang, maka dunia di hari
kedua kini akan dipenuhi dengan tanaman raksasa karnivora yang siap
memerangkap semua Hunter yang gagal waspada secara instan. Buff seperti
apa yang akan muncul di hari selanjutnya sangat bergantung pada map apa
yang Anda dapatkan, yang tentu saja, muncul secara acak. Evacuation Mode
menawarkan pengalaman penuh bagaimana seharusnya sebuah Evolve
dinikmati. Bagian terbaiknya? Untuk memastikan pertarungan tetap
seimbang terlepas dari buff yang didapatkan, ada sistem handicap pula
yang akan diterapkan ke pihak yang kalah, untuk membuat segala
sesuatunya menarik.
|
Kehidupan atau kematian, siapa yang akan akhirnya menang? |
Adrenalin yang mengalir kencang menjadi sesuatu yang tidak
terhindarkan ketika Anda mencicipi mode Evacuation ini. Ada dorongan
kecemasan dan rasa khawatir serta motif yang lebih kuat ketika menemukan
fakta bahwa Anda berada di pihak yang kalah, dan otomatis, mendorong
keinginan Anda untuk mencicipi kemenangan. Apalagi dengan ekstra
kosmetik dimana Anda bisa melihat jumlah manusia yang berhasil Anda
selamatkan atau bunuh dari pertempuran 5 hari ini.
Sayangnya, Rapuh!
|
Sayangnya, rapuh! |
Terlepas dari konsep multiplayer yang seharusnya pantas untuk
mendapatkan acungan dua jempol, Evolve bukanlah game yang sempurna, atau
bahkan harus dikatakan, rapuh. Salah satu yang cukup mengkhawatirkan
adalah tetap absennya jenis hukuman apapun untuk gamer yang memutuskan
untuk keluar dari tengah permainan dan tidak lagi melanjutkan.
Memang, ketika mereka keluar, posisi yang kosong ini akan secara
otomatis digantikan oleh AI secara instan. Namun mampukah AI
mensimulasikan kompleksitas strategi, kesalahan, dan kombinasi serangan
yang dilakukan manusia? Sayangnya, tidak. Turtle Rock Studios punya
pekerjaan berat untuk memastikan ada konsekuensi dari meninggalkan
permainan, yang tak ubahnya kanker untuk sebuah game berbasis
multiplayer. Begitu tahu bahwa anggota tim Anda tiba-tiba tidak lagi
melanjutkan dan AI berjuang menggantikan peran tersebut, level
kenyamanan bermain Anda sudah turun cukup drastis. Solusi untuk masalah
ini hanya dengan membentuk tim bersama dengan teman-teman yang Anda
kenal, untuk ekstra konsistensi dan keseruan, tentu saja.
|
Player bisa saja meninggalkan pertempuran tanpa konsekuensi berarti. |
|
Masalah terbesar adalah konten yang sangat terbatas. |
Kerapuhan lain, seperti yang sempat kami bahas di impresi versi alpha
kami, juga meluncur dari minimnya konten yang ia tawarkan. 12 Hunters
dan 3 Monster, dengan 4 Mode berbeda benar-benar tidak cukup untuk
memastikan game ini bisa dicicipi untuk waktu yang lama. Bahkan, jujur
saja, sejak 1,5 jam kami memainkan game ini, hampir semua pengalaman
yang ingin ditawarkan oleh Evolve sudah kami cicipi, minus karakter yang
harus dibuka dengan grinding. Kami sudah merasakan betapa sulitnya
bertempur melawan user lain yang memainkan Wraith yang cerdik, atau
bagaimana bertarung melawan para Hunters yang memiliki koordinasi peran
sangat baik, atau mencicipi sulitnya mode Defend di Mode Evacuation,
atau sekedar melihat aksi Cobat sebelum memastikan apakah usaha untuk
membukanya pantas untuk dijajal atau tidak. Semuanya kami rasakan hanya
dalam waktu 1,5 jam saja! Lantas, apa lagi yang akan mendorong Anda
untuk terus mencicipi game hingga belasan jam ke depan? Sejauh mata kami
memandang, kami sendiri tidak melihat alasan yang cukup kuat. Tidak ada
alasan untuk bertahan, serapuh itulah Evolve.
Tapi bukankah game multiplayer dengan satu map seperti DOTA 2 bisa
terus dimainkan tanpa rasa bosan? Tapi bukankah ia tidak rapuh dan
justru berhasil menyedot perhatian jutaan gamer yang secara konsisten
kembali? Memang DOTA 2 hanya memuat satu map saja dan gameplay yang
itu-itu saja, namun kombinasi yang muncul dari 112 karakter hero – 5 vs 5
memunculkan skenario pertempuran yang tidak pernah sama. Dikombinasikan
dengan item yang bisa diracik dan skill pemain yang ada, setiap
pertarungan DOTA 2 adalah unik. Lantas, bagaimana dengan Evolve? 12
Karakter dan 3 Monster, yang masing-masing sudah punya skill yang fixed,
di map yang tidak terlalu signifikan perbedaannya, dan mode yang
sebenarnya punya konsep serupa satu sama lain, Evolve punya pekerjaan
yang berat.
|
Pay us more!! |
Apalagi di tengah minimnya konten tersebut, ia juga terus dicerca
oleh komunitas gamer yang menyayangkan keputusan Turtle Rock Studios
untuk menyematkan konten DLC berbayar di sebuah game yang sudah dibeli
dengan harga penuh. Anda masih harus membayar ekstra dana untuk membuka
skin karakter Hunters dan Monsters, dan juga senjata. DLC juga
dibutuhkan untuk membuka varian monster yang terakhir – Behemoth. Dengan
konten yang sudah begitu terbatas, dan Turtle Rock Studios cukup gila
untuk “mengunci” konten lain di balik brankas yang hanya bisa dibuka
dengan uang? Menyedihkan.
Kesimpulan
|
Lantas,
apakah Evolve pantas untuk dijajal? Menurut hemat kami, untuk Anda yang
mencintai game-game berbasis multiplayer, tentu saja iya. Ia menawarkan
salah satu pengalaman multiplayer paling inovatif dan seru selama
beberapa tahun terakhir ini. Namun apakah ia pantas untuk dibayar mahal –
sekelas game AAA yang lain? Untuk yang satu ini, kami ragu. |
Agak sulit sebenarnya untuk menyimpulkan Evolve. Dari sisi gameplay,
ia mengeksekusi identitasnya sebagai sebuah game 4 vs 1 hampir sempurna.
Memuat user di dalam satu arena, memerankan dua peran dengan tuntutan
bermain yang berbeda, sembari memastikan semuanya berjalan cukup
seimbang, Evolve akan senantiasa mendorong adrenalin Anda secara
maksimal. Dipadukan dengan implementasi CryEngine yang maksimal,
pertempuran berjalan begitu memanjakan mata, terutama dari efek serangan
hingga detail senjata yang ada. Baik bermain sebagai Hunter ataupun
Monster akan menawarkan pengalaman bermain yang cukup epik. Namun di
sisi lain, Evolve harus “bertarung” dengan keterbatasan dirinya sendiri.
Agak sedikit mengecewakan memang, bahwa di balik semua konsep
gameplay yang sudah tereksekusi dengan baik, konten menjadi tantangan
terberat untuk Evolve. Memuat jumlah karakter Hunter dan Monster yang
menurut kami, terlewat sedikit, Turtle Rock Studios juga gagal memuat
ekstra alasan mengapa Anda harus memainkan game ini terus-menerus,
apalagi dengan kesempatan besar bahwa Anda akan bertemu dengan skenario
pertempuran yang serupa. Tidak adanya hukuman untuk gamer yang keluar
dari pertempuran begitu saja dan sistem DLC yang ada juga tidak
menghasilkan kontribusi positif apapun.
Lantas, apakah Evolve pantas untuk dijajal? Menurut hemat kami, untuk
Anda yang mencintai game-game berbasis multiplayer, tentu saja iya. Ia
menawarkan salah satu pengalaman multiplayer paling inovatif dan seru
selama beberapa tahun terakhir ini. Namun apakah ia pantas untuk dibayar
mahal – sekelas game AAA yang lain? Untuk yang satu ini, kami ragu.
Membayar mahal untuk sebuah game yang mungkin menyita hanya beberapa jam
permainan Anda dan kemudian dilupakan tanpa ada motivasi untuk kembali
dalam waktu dekat? Kami menyarankan Anda membelinya ketika diskon besar
untuk sekedar memuaskan rasa penasaran.
Kelebihan
|
Untuk sebuah dunia asing yang mengancam, Evolve menawarkan atmosfer tersebut dengan sangat baik. |
- Visualisasi memanjakan mata
- Konsep pertempuran 4 vs 1 yang unik
- Sistem prioritas untuk menentukan peran dalam game
- Hunter dan Monster yang cukup balance
- Karakterisasi Hunter yang pantas diacungi jempol
- Evacuation Mode
Kekurangan
|
Need more content! |
- Konten yang sangat minim
- Sistem unlock yang terasa cukup grindy
- DLC kosmetik dan konten untuk game yang sudah Anda bayar penuh
Cocok untuk gamer: yang senang dengan konsep game berbasis multiplayer, yang memiliki teman lain untuk bermain Evolve juga
Tidak cocok untuk gamer: yang mudah bosan, mudah pusing dengan game FPS yang mengandalkan gerakan cepat
sumber : http://jagatplay.com/2015/02/pc-2/review-evolve-konten-yang-rapuh/
0 komentar :
Posting Komentar