Disebut-sebut sebagai game eksklusif yang memang didesain untuk
mendemonstrasikan seberapa kuatnya konsol generasi terbaru Microsoft –
Xbox One, Crytek memang punya tanggung jawab yang cukup berat di Ryse:
Son of Rome. Mereka harus memastikan CryEngine generasi terbaru mereka
memang mampu memfasilitasi hal tersebut dengan sangat baik. Namun siapa
yang menyangka bahwa eksklusivitas tersebut ternyata hanya bersifat
sementara. Menyusul Dead Rising 3 dari Capcom yang akhirnya menuju ke
PC, Ryse: Son of Rome juga akhirnya tiba di platform yang sama. Kesan
pertama yang ia tawarkan memang cukup kuat.
Anda yang sempat membaca preview kami sebelumnya tentu saja sudah
mendapatkan cukup banyak gambaran nilai jual seperti apa yang ditawarkan
oleh Ryse: Son of Rome versi PC ini. Kami bahkan tidak
tanggung-tanggung mengkategorikannya sebagai salah satu game PC dengan
kualitas visualisasi terbaik saat ini. Di setting mentok kanan,
CryEngine generasi terbaru ini tampil begitu memanjakan mata, menawarkan
detail karakter dan lingkungan yang begitu memesona. Namun di saat yang
sama, ada catatan ekstra tentang mekanisme gameplay terlampau sederhana
yang diusung. Cerita yang ditawarkan memang cukup memancing rasa
penasaran, namun apakah cukup kuat untuk terus membuat Anda mengikuti
setiap titik momen yang ada? Bagiamana dengan mode multiplayer yang
ditawarkan? Kedua elemen ini tentu akan menjadi fokus pembahasan di
review kali ini.
Lantas, apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Ryse: Son of Rome ini?
Mengapa kami menyebutnya sebagai pertempuran yang memanjakan mata?
Review ini akan membahasnya lebih dalam untuk Anda.
Plot
|
Anda akan berperan sebagai seorang prajurit Roma yang gagah berani – Marius Titus. |
Roma adalah salah satu kekaisaran terbesar yang pernah ada di sejarah
perkembangan dunia, ini menjadi fakta yang tidak bisa terbantahkan.
Tidak hanya berhasil membangun sistem politik dan pemerintahan yang
kuat, Roma juga dikenal dengan kekuatan militer taktis tanpa rasa takut,
yang efektif untuk menangkal beragam bentuk ancaman. Jumlah masif,
strategi perperangan yang cerdas, teknologi senjata yang dikembangkan,
Roma dengan mudah menguasai belahan dunia yang besar, tanpa rasa ampun.
Di masa keemasan Roma inilah, Ryse: Son of Rome mengambil setting utama,
dimana kota dan kebudayaan yang mereka usung terlihat begitu maju pada
masanya.
Anda akan berperan sebagai Marius Titus, seorang Jenderal Pasukan
Roma yang kesetiaannya hanya pada Kekaisaran dimana ia bernaung dan
tidak lebih. Berangkat dari keluarga militer yang sama, Marius perlahan
namun pasti, membuktikan diri mengapa ia pantas menyandang gelar sebagai
salah satu pasukan Roma terbaik. Perperangan demi perperangan ia
menangkan, dengan membuktikan keberaniannya di garis depan. Berhasil
menundukkan pasukan Barbarian yang mengancam, bukan hidup bahagia yang
didapatkan Marius, melainkan tragedi. Pasukan Barbarian berhasil
memasuki Roma dan berakhir menghabisi kedua orang tuanya dan sang adik
perempuan yang ia cintai. Bernaung di bawah Commander bernama Vitallion
dan pasukan XIV Legion, Marius bersumpah untuk menuntut balas.
|
Diserang oleh para Barbarian, Marius harus kehilangan keluarga yang ia cintai. |
|
Balas dendam kini menjadi satu-satunya yang ingin dicapai Marius dalam pertempurannya melawan para Barbarian. |
Misi balas dendam itu akhirnya membawa Marius dan pasukan Roma menuju
Britain, sumber dari para Barbarian yang berhasil menawan Commodus,
anak laki-laki dari Emperor Nero, Kaisar Roma. Namun Commodus ternyata
tidak berada di sana. Para barbarian telah menukarkan tawanan penting
ini dengan suku “misterius” lain di bagian utara yang selama ini lebih
dikenal sekedar sebagai mitos, sebuah suku kanibal yang dari satu kisah
ke kisah lainnya, disebut sebagai manusia-manusia dengan kepala
binatang. Marius kembali mengemban tugas suci sebagai ujung tombak
supremasi Roma dan bergerak tanpa rasa takut, berusaha merebut kembali
Commodus. Menariknya lagi? Marius ternyata tidak sendiri. Tidak hanya
dilindungi oleh pasukan yang bernaung di bawah komandonya, Marius juga
senantiasa dikunjungi oleh sesosok wanita cantik misterius yang
mengesankan vibe yang kentara, bahwa dirinya bukanlah manusia biasa
seperti halnya sebagian besar musuh yang kita hadapi.
|
Tidak sendiri, perjalanannya juga diawasi oleh sesosok perempuan misterius. |
|
Pengkhianatan, tragedi, kesetiaan, pejuangan, semuanya bercampur di dalam Ryse: Son of Rome ini. |
Commodus berhasil diselmatkan, namun Marius harus berhadapan dengan
fakta lain yang jauh lebih menyakitkan. Seperti cerita Damocles – sang
jenderal legendaris dalam hikayat yang dikhianati, mati, dan
dibangkitkan kembali oleh dewi balas dendam – Nemesis, Marius menemukan
bahwa keluarga yang ia cintai ternyata tidak serta merta begitu saja
tewas karena invasi para Barbarian. Marius mulai mencium bau-bau
pengkhianatan, dari Kekaisaran yang selama ini ia cintai.
|
Semuanya berfokus pada legenda yang sama – Damocles. |
Lantas apa yang sebenarnya terjadi? Siapa sebenarnya musuh utama
Marius? Siapa sosok wanita yang “menemani” perjuangannya selama ini?
Semua misteri ini akan bisa Anda jawab dengan memainkan game yang satu
ini.
Gameplay yang Tidak Seberapa Menarik
|
Visual keren, gameplay standar. Tipikal Crytek. |
Crytek adalah visual, asosisasi yang satu ini harus diakui, tidak
berlebihan. Bercermin dari apa yang mereka tawarkan di Crysis 2 dan 3,
serta beragam pernyataan yang dilontarkan oleh petinggi mereka di
beberapa kesempatan yang ada, developer yang satu ini memang selalu
menjadikan visual sebagai fokus utama pengembangan. Dan hasilnya, selalu
luar biasa. Beberapa game yang mereka racik bahkan menjadi standar
visualisasi tersendiri, yang tidak akan mudah ditundukkan oleh game lain
dengan engine andalan mereka masing-masing. Namun sayangnya, fokus
seperti ini harus dibayar mahal. Game-game racikan Crytek tidak pernah
berujung menjadi sebuah produk yang menjunjung inovasi di mekanik
gameplay atau sekedar kekuatan cerita yang akan terus membuat Anda
terpesona. Hal yang sama juga terjadi di Ryse: Son of Rome.
|
Marius
punya tiga jenis gerakan utama yang akan membantu Anda menyelesaikan
setiap tantangan yang ada. Serangan biasa, serangan perisai, dan
blocking dengan fungsi efektifnya masing-masing. |
|
Setiap musuh yang sudah “melemah”, bisa dieksekusi dengan gerakan mematikan lewat sebuah sekuens QTE. |
Jika kita harus membicarakan gameplay, Ryse: Son of Rome jatuh pada
game action mainstream yang akan terasa sangat familiar, tanpa inovasi
yang signifikan. Marius akan punya tiga serangan utama untuk berhadapan
dengan sebagian besar ancaman yang ada. Serangan biasa yang jika ditekan
secara beruntun akan menghasilkan combo serangan, serangan perisai
untuk menghasilkan efek mini stun atau membuka pertahanan lawan, serta
blocking dengan perisai untuk “mematikan” sebaigan besar serangan yang
dilancarkan oleh lawan. Usaha Crytek untuk menciptakan sensasi gameplay
yang sinematik dan memanjakan mata terlihat jelas di gameplay ini. Untuk
setiap musuh yang berhasil Anda tundukkan, Anda akan berkesempatan
untuk mengeksekusi QTE singkat yang memperlihatkan aksi brutal Marius
dengan gaya membunuh yang super keren. Sayangnya, seiring dengan
tingginya frekuensi Anda melakukan gerakan pemungkas ini, semakin rendah
pula daya tariknya. Ketika Anda sudah melihat semua gerakan yang
mungkin terjadi, animasi QTE ini menjadi sekedar rutinitas. Marius juga
memiliki kemampuan khusus untuk melambatkan waktu.
|
Tampi
memesona di awal permainan, animasi ini akan kehilangan daya tariknya
seiring dengan progress permainan Anda. Ia menjadi sekedar sebuah
rutinitas yang menyita waktu. |
|
Bagian
teraneh? Walaupun Anda salah menekan tombol atau bahkan mengabaikannya
sama sekali, animasi ini tetap akan berlanjut dan sang musuh tetap akan
tewas. |
Bagian teraneh? QTE seharusnya menuntut Anda untuk menekan tombol
seperti yang diperintahkan di layar secara tepat agar animasi bergerak
dan misi Anda tercapai. Namun hal tersebut tidak terjadi di Ryse: Son of
Rome. Terlepas apakah Anda menekan tombol yang salah atau bahkan tidak
menekan tombol sama sekali, animasi gerak membunuh dari Marius tetap
berjalan tanpa ada konsekuensi yang fatal. Semuanya berjalan secara
otomatis. Satu-satunya konsekuensi yang dihadapi dari salah menekan
tombol atau mengabaikannya begitu saja hanyalah jumlah Valor yang lebih
sedikit, daripada jika Anda mengeksekusi semua tombol runtut ini dengan
benar. Valor adalah mata uang yang bisa Anda gunakan untuk memperkuat
sosok Marius, dari memperluas animasi gerakan eksekusi hingga
meningkatkan statusnya secara spesifik. Jumlah Valor ini sendiri tidak
terasa terlalu signifikan mempengaruhi progress permainan Anda.
|
Namun sekuens yang tepat akan memberikan bonus tersendiri untuk mempercepat proses upgrade karakter Anda. |
|
Selain itu, eksekusi ini juga akan memberikan buff tertentu sesuai dengan perk yang Anda pilih. |
Selain untuk mengumpulkan nilai Valor, Anda juga bisa memilih perk
yang bisa didapatkan dari setiap eksekusi yang berhasil Anda lakukan.
Anda bisa memilih apakah setiap QTE ini akan berujung pada pemulihan
sebagian porsi health, menambah jumlah damage yang dihasilkan selama
beberapa detik, meningkatkan jumlah Focus untuk memastikan Anda bisa
mengakses serangan spesial lebih sering, atau sekedar meningkatkan
jumlah EXP yang dihasilkan dari setiap pertempuran yang ada. Sejauh Anda
bisa memastikan setiap musuh dihabisi dengan QTE, hampir tidak ada
kesempatan Anda akan hancur berantakan karena game ini. Karena tidak
hanya sistem sederhana yang mudah dikuasai, tingkat kesulitan yang harus
Anda hadapi juga tidak terlalu tinggi.
Selain para boss yang memang menuntut Anda untuk mempelajari dan
mencari celah untuk melawan balik, Ryse: Son of Rome tidak banyak
menawarkan tantangan di setiap pertempuran “kecil” yang Anda jalani.
Sebagian besar musuh Anda akan terbagi menjadi empat varian yang
terlepas dari perbedaan wujud yang diusung, mengusung gaya serangan dan
kelemahan yang sama. Ada prajurit biasa dengan satu pedang yang bisa
dieksekusi dengan mudah, prajurit bongsor dengan ekstra pelindung yang
juga harus di-counter dengan serangan perisai terlebih dahulu, prajurit
lincah dengan dua pedang yang mustahil dihadapi dengan serangan biasa
secara frontal, dan satu prajurit tinggi yang tidak hanya memiliki darah
yang tebal, tetapi juga serangan yang tidak bisa di-block. Anda mungkin
akan bertemu dengan beberapa “bentuk” mereka, namun pada dasarnya,
semua musuh yang Anda hadapi berkisar dalam format yang sama. Ciri-ciri
senjata yang mereka bawa akan mempermudah Anda menentukan strategi
seperti apa yang harus diusung.
|
Terlepas
dari perbedaan bentuk dan desain, semua musuh yang Anda hadapi di Ryse:
Son of Rome hadir dengan gaya yang spesifik dengan kelemahan yang sama. |
|
Ada
beberapa momen yang memosisikan Anda sebagai pemimpin untuk legion
pasukan. Mekanisme yang sekedar meminta Anda bertahan, maju, menyerang
dengan tombak, semuanya di timing yang tepat. Menarik di awal, tidak
lagi terasa epik setelah beberapa kali terjadi. |
Crytek sebenarnya juga menyuntikkan mekanisme permainan yang lain di
Ryse: Son of Rome selain pertarungan senjata untuk memberikan sedikti
variasi. Pertarungan pedang dengan sistem yang sama terus-menerus tentu
saja berpotensi meninggalkan rasa bosan. Sekaligus untuk memperkuat
kesan sosok Marius sebagai seorang pemimpin, beberapa titik cerita
menuntut Anda menjadi komandan legion yang bergerak secara terstruktur
ke dalam jantung pertahanan musuh. Bergerak dalam formasi militer lawas
dan bersenjatakan tameng, Anda hanya harus memastikan pasukan Anda
selamat. Caranya? Hanya tinggal memerintahkan mereka untuk kapan
mengangkat tameng, atau kapan menyerang balik dengan melemparkan tombak
yang ada. Ada sedikit momen epik di awal, namun tidak lagi banyak
menarik di momen setelahnya. Di beberapa titik Anda juga diminta untuk
menggunakan panah raksasa – Scorpion untuk menghalau puluhan Barbarian
yang menyerang. Sebuah mekanisme mainstream yang juga tidak sebegitu
menarik.
|
Di
beberapa titik, Anda akan diberikan kesempatan memilih skenario
pertarungan seperti apa yang ingin Anda hadapi. Sayangnya, ia tetap akan
berujung pada satu hasil akhir yang sama. |
Ryse: Son of Rome sebenarnya punya potensi untuk hadir sebagai sebuah
game action yang jauh lebih menarik daripada sekedar menjual sisi
sinematik dan visual yang memesona. Dasarnya sebenarnya sudah
terimplementasikan dengan baik di sana, walaupun pada akhirnya, berujung
pada level kedangkalan yang sama. Kami tengah membicarakan soal
pilihan. Di beberapa titik permainan, Anda diberi kesempatan untuk
memilih satu di antara dua rute yang berbeda, masing-masing menawarkan
skenario pertempuran yang berbeda. Namun sayangnya, terlepas dari
variasi tantangan yang harus Anda hadapi, tidak banyak konsekuensi yang
bisa dihasilkan darinya. Apapun pilihan yang Anda ambil, Anda akan
berhadapan di ujung yang sama.
Multiplayer yang Unik
|
Ketika
sebagian besar game berusaha mati-matian menghadirkan mode multiplayer
kompetitif dengan jumlah gamer yang besar, Ryse: Son of Rome mengambil
pendekatan berbeda. Hanya dua player, yang saling bahu-membahu bekerja
sama menundukkan tantangan yang sama. |
Satu hal yang menarik, tidak hanya sekedar menawarkan kesempatan
untuk menjalani hidup seorang Marius, Crytek juga menyuntikkan sebuah
mode multiplayer untuk Ryse: Son of Rome. Mengambil fokus kehidupan para
Gladiator yang dikala itu menjadi semacam profesi ikonik tersendiri,
mode multiplayer yang satu ini terhitung unik. Anda tidak akan
berhadapan dengan sebuah game multiplayer yang mampu memuat player dalam
jumlah masif dalam mode kompetitif layaknya sebagian besar game yang
dirilis saat ini, tetapi justru sebaliknya. Ryse: Son of Rome hadir
dengan mode multiplayer kooperatif dan hanya memuat 2 pemain saja.
|
Mekanik pertarungan yang diusung juga tidak banyak berbeda dengan mode SP. Sistem yang sama. |
|
Anda juga berkesempatan membeli equipment dan senjata yang lebih kuat. |
Pada dasarnya, Anda berperan sebagai seorang gladiator yang dituntut
untuk bertahan hidup sembari menundukkan musuh-musuh yang datang secara
bergelombang. Hadir dalam arena yang tak ubahnya Colliseum, bersama
dengan satu gamer lain sebagai teman, Anda harus bahu-membahu
menundukkan misi yang dilemparkan kepada Anda. Terlepas dari beragam
mode yang ditawarkan, garis besar misi yang disuntikkan hampir serupa
satu sama lain. Mekanik pertempuran dasar yang diusung juga tidak
banyak berbeda dengan mode single player yang ada, dengan sistem
menyerang, bertahan, dan QTE yang sama. Yang berbeda? Alih-alih
menggunakan sistem perk untuk mendapatkan keuntungan tertentu setelah
animasi eksekusi, Anda kini harus memilih salah satu Dewa sebagai
pelindung Anda sebelum terjun ke arena. Dewa yang Anda pilih akan
menentukan perk yang Anda dapatkan. Mendapatkan experience points dan
uang, Anda bisa memperkuat karakter Gladiator Anda dengan membeli
beragam equipment dan senjata yang disediakan.
|
Desain medan pertempuran yang pantas diacungi jempol. |
|
Sayangnya,
bahkan dengan auto matchmaking yang ada, bukan perkara mudah mencari
“partner” bermain. 30 menit menunggu dan Anda belum tentu bertemu dengan
satu orang pun. |
Dengan kualitas visual yang serupa dengan misi single playernya,
serta desain level yang pantas untuk diacungi jempol, mode multiplayer
Ryse: Son of Rome memang cukup mudah dinikmati, apalagi jika Anda yang
cukup merasa senang dengan gaya sinematik yang ditawarkan oleh Crytek di
dalamnya. Berita buruknya? Tidak mudah untuk menemukan gamer lain untuk
menempuh tantangan ini bersama. Walaupun sudah mengusung mode
matchmaking otomatisnya sendiri, mencari satu teman ekstra lain untuk
bertarung bersama bisa memakan waktu lebih dari setengah jam. Itupun
jika teman Anda tidak serta-merta “gila” dan memutuskan untuk keluar di
tengah pertempuran. Tidak jelas alasannya. Apakah memang sistem
matchmaking yang disuntikkan Crytek sendiri belum sempurna? Ataukah
memang sedikit gamer yang tertarik dengan mode multiplayer-nya? Atau
memang karena Ryse: Son of Rome itu sendiri sepi peminat?
|
Now we are talking.. |
Sebuah easter egg yang cukup mengejutkan juga disuntikkan Crytek di
mode ini. Anda yang sudah bosan berperan sebagai gladiator bisa berperan
sebagai karakter ikonik yang gambarnya kami sertakan di atas ini. Tentu
saja, Anda tetap harus berperang dengan menggunakan pedang dan perisai,
dan bukannya plasma rifle. Sekedar kosmetik, Anda juga tidak akan bisa
mengakses kemampuan nanosuit ini sama sekali.
Cloak disengaged!!
Visual Terbaik di Platform PC Saat Ini!
|
Tidak berlebihan rasanya untuk menyebut Ryse: Son of Rome sebagai game PC dengan visual terbaik sejauh ini. |
Anda yang sempat membaca preview kami dan menikmati serangkaian
screenshot “mentah” yang kami sertakan di sana tentu saja sudah punya
gambaran seperti apa kualitas visual yang ditawarkan Ryse: Son of Rome
di sana. Ia menjadi game pertama yang mendapatkan suntikan CryEngine
generasi terbaru Crytek, yang kini sudah memutuskan untuk tidak lagi
membubuhkan nomor apapun untuk menjelaskan versi engine andalannya ini.
Hasilnya? Memesona. Tidak hanya berangkat dari fakta bahwa CryEngine itu
sendiri memang mumpuni, tetapi juga keseriusan Crytek ketika melakukan
proses port game ini ke PC. Berjalan tanpa masalah dan minim bug, gamer
PC akan mudah jatuh hati dengan game yang satu ini.
|
Detail wajah dan pakaian yang pantas untuk diacungi jempol. |
|
Tata cahaya yang ditawarkan juga tidak kalah mengagumkan. |
Predikat sebagai game PC terbaik dari sisi kualitas visual memang
sangat pantas disematkan di Ryse: Son of Rome. Anda akan berhadapan
dengan detail wajah karakter yang begitu luar biasa, tidak hanya ketika
cut-scene tetapi juga di dalam gameplay Ryse itu sendiri. Detail
lingkungan, kualitas tata cahaya, hingga atmosfer pertempuran yang epik
dibangun dengan maksimal di sini, setidaknya cukup untuk mengaburkan
fakta bahwa game ini tampil sangat monoton di sisi gameplay. Animasi
gerak yang halus, eksekusi dengan kamera sinematik, hingga presentasi
voice acts yang cukup kuat kian menguatkan hal tersebut.
|
Crytek berhasil kembali membuktikan diri, sebagai developer “legendaris” dengan game-game yang memesona di sisi visual. |
Untuk kesekian kalinya, Crytek kembali membuktikan, bahwa mereka
memang pantas menyandang status sebagai developer game legendaris,
apalagi jika menyangkut game-game yang berfokus di sisi visual.
Kesimpulan
|
Jika
Anda termasuk gamer yang sangat menjunjung tinggi kualitas visual,
bahkan menjadikannya standar utama daya tarik sebuah game, Ryse: Son of
Rome menjadi game yang wajib untuk Anda nikmati. Alasan lain? Jika Anda
termasuk gamer yang menggemari garis plot yang berpusat pada peradaban
klasik seperti Roma yang diproyeksikan luar biasa oleh Crytek lewat
jalinan kisah, desain, hingga atmosfer yang ditawarkan. |
Game dengan kualitas visual yang memesona dan menjadikannya sebagai
nilai jual utama, ini mungkin menjadi kalimat yang paling tepat untuk
menjelaskan keseluruhan pengalaman yang bisa Anda dapatkan dari Ryse:
Son of Rome ini. Dengan lusinan game yang mengklaim dirinya sebagai
proyek “generasi terbaru”, Ryse: Son of Rome boleh terbilang sebagai
game yang berhasil membuktikan bahwa ia memang pantas menyandang
predikat tersebut. Detail wajah, tata cahaya, lingkungan, hingga
atmosfer yang dibangun akan dengan mudah membuat jatuh hati. Crytek juga
berhasil membuktikan bahwa proyek port ini bukanlah sesuatu yang
ditangani main-main. Dibandingkan dengan game-game multiplatform selama
beberapa bulan terakhir ini, proses port Ryse ke PC juga sama pantasnya
untuk mendapatkan acungan jempol. Minim masalah, visual optimal,
performa sesuai hardware yang Anda miliki, Crytek membuktikan klaim
mereka.
Walaupun demikian ada beberapa kekurangan yang pantas untuk dicatat
dari Ryse: Son of Rome ini. Salah satu concern utama yang kami rasakan
adalah mekanisme pertempuran yang terasa hambar dan monoton, dengan
variasi musuh yang juga tidak banyak memberikan tantangan. Parahnya
lagi, format eksekusi sinematik terakhir yang diwarnai dengan QTE
ternyata berujung menjadi sebuah animasi otomatis yang tetap akan
berjalan, terlepas apakah Anda menekan runtut tombol yang benar atau
bahkan sekedar mengabaikannya. Menarik di menit-menit awal permainan,
daya tarik mekanik dan animasi ini akan mulai tergerus perlahan seiring
progress permainan dan berubah menjadi semacam rutinitas yang tidak lagi
menggugah. Implementasi sistem pilihan yang tidak berujung pada hasil
akhir yang banyak berbeda juga jadi catatan tersendiri.
Jadi pantaskah Ryse: Son of Rome versi PC ini untuk dimainkan? Jika
Anda termasuk gamer yang sangat menjunjung tinggi kualitas visual,
bahkan menjadikannya standar utama daya tarik sebuah game, Ryse: Son of
Rome menjadi game yang wajib untuk Anda nikmati. Alasan lain? Jika Anda
termasuk gamer yang menggemari garis plot yang berpusat pada peradaban
klasik seperti Roma yang diproyeksikan luar biasa oleh Crytek lewat
jalinan kisah, desain, hingga atmosfer yang ditawarkan. Namun jika Anda
termasuk gamer yang lebih berfokus pada sisi gameplay dan mengharapkan
sebuah game dengan daya tarik gameplay yang bervariasi, maka Ryse: Son
of Rome tidak akan tampil sebegitu menarik yang Anda bayangkan.
Kelebihan
|
Jalinan cerita yang cukup solid untuk memancing rasa penasaran Anda. |
- Kualitas visual yang memesona
- Mode multiplayer yang unik
- Cerita yang cukup dramatis dan memancing rasa penasaran
- Atmosfer permainan yang terasa tepat dengan desain keren
- Proses port minim masalah
Kelemahan
|
Gelombang
musuh, bunuh, gelombang musuh, bunuh, pindah tempat, gelombang musuh,
bunuh, pindah tempat, gelombang musuh, bunuh. Kira-kira hal inilah yang
akan Anda temui di game ini. |
- Gameplay yang mudah terasa monoton
- QTE yang tetap berlanjut walaupun Anda tidak menekan tombol apapun
- Sistem skill yang dangkal
- Minim sisi eksplorasi
- Pilihan rute yang tetap berujung pada satu yang sama
Cocok untuk gamer: yang menyanjung sisi visual sebuah game, suka denga game-game yang mengambil tema peradaban kuno
Tidak cocok untuk gamer: yang mudah merasa bosan dengan gameplay yang monoton, yang mengharapkan kesempatan untuk menjelajahi dunia yang ditawarkan
sumber : http://jagatplay.com/2014/10/pc-2/review-ryse-son-of-rome-pertempuran-memanjakan-mata/3/
0 komentar :
Posting Komentar