Ubisoft memang tengah diterpa badai besar karena kesalahan besar
mereka sendiri. Bagaimana tidak? Terlepas dari fakta bahwa ia menjadi
salah satu seri game yang paling diantisipasi tahun ini, Ubisoft justru
menawarkan rilis penuh masalah untuk produk terbarunya – Assassin’s
Creed Unity. Proyek yang diposisikan sebagai sebuah seri peralihan ke
generasi terbaru ini memang memperlihatkan potensi yang begitu luar
biasa dari serangkaian trailer dan screenshot yang dirilis selama
beberapa bulan terakhir ini. Sayangnya, harus dicederai dengan
serangkaian masalah teknis yang terjadi di ketiga platform rilis yang
ada – Playstation 4, Xbox One, dan tentu saja – PC. Sesuatu yang tentu
saja, sangat disayangkan.
Anda yang sempat membaca preview kami sebelumnya tentu saja sudah
mendapatkan sedikit gambaran akan apa yang ditawarkan oleh Assassin’s
Creed Unity ini. Terlepas dari semua masalah teknis – seperti framerate
yang tidak stabil, bug dan glitch yang mengganggu permainan, hingga
mekanik yang dipertanyakan, atmosfernya sebagai sebuah game untuk
platform generasi terbaru memang mengalir kentara. Desain kota Paris
yang ramai dan padat, konten kekejaman masa lampau yang diperlihatkan
secara eksplisit, hingga salah satu kualitas tata cahaya terbaik yang
pernah ditawarkan sebuah video game. Semua nilai jual yang sebenarnya
cukup untuk membuat Assassin’s Creed Unity tampil memesona untuk standar
sebuah game action.
Lantas, apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Assassin’s Creed Unity
ini? Mengapa kami menyebutnya sebagai game yang tidak seburuk yang
dibicarakan? Review ini akan membahasnya lebih dalam untuk Anda.
Plot
|
Anda berperan sebagai Arno Dorian – seorang Assassin yang beraksi di tengah momen historis penting dunia – Revolusi Perancis. |
Revolusi Perancis, sebagian besar dari Anda yang sempat mengikuti
pelajaran sejarah di sekolah dengan seksama tentu tidak asing lagi
dengan kata yang satu ini. Tidak lagi tahan dengan pemerintahan kerajaan
yang korup dan tidak pernah peduli dengan kondisi hidup rakyatnya,
penduduk Perancis memutuskan untuk mengambil tindakan radikal di akhir
era abad 17. Kebebasan, Persamaan, dan Persaudaraan, ketiga prinsip
inilah yang akhirnya mendorong rakyat untuk meruntuhkan kekuasan Monarki
yang dikala itu dikuasai oleh Raja Louis XIV. Perancis tengah mengalami
sebuah pergolakan hebat untuk menjadi sebuah negara Republik, sebuah
negara demokrasi.
Di tengah kekacauan inilah, Arno Dorian beraksi dalam kegelapan.
Namun tidak hanya didorong oleh pada prinsip teguh organisasi Assassin
tempat ia bernaung, Arno membangun sebuah jalan untuk misi balas dendam
pribadi. Kehilangan sang ayah di usia yang sangat muda, Arno juga harus
berhadapan dengan tragedi melihat tewasnya sang ayah angkat yang juga
begitu menyayanginya – De la Serre. Berada di tempat kejadian dan
dituduh sebagai pembunuh, Arno dijebloskan ke dalam penjara Bastille. Di
sana ia bertemu dengan seorang Assassin lain yang menjadi mentor untuk
melatih kemampuannya bertarung. Berselang tahun, kesempatan Arno untuk
membebaskan diri akhirnya tiba. Revolusi Perancis meletus dan Arno
muncul sebagai salah satu tahanan yang berhasil kabur dari penjara
Bastille selama event historis tersebut.
|
Tidak
hanya mengikuti hidupnya sebagai seorang Assassin, Arno juga mengejar
sebuah misi balas dendam pribadi atas kematian sang ayah angkat. |
|
Belajar
tentang masa lalunya yang mengakar pada kubu Assassin, Arno justru
berhadapan dengan fakta bahwa wanita yang paling ia cintai – Elise
adalah seorang Templar. |
Belajar tentang latar belakangnya sebagai keluarga seorang Assassin,
Arno harus berhadapan dengan mimpi buruk yang lebih menyedihkan. Elise
de la Serre, wanita yang ia cintai, sekaligus anak dari ayah angkat yang
menjadi motivasi balas dendamnya ternyata adalah seorang Templar.
Konflik ribuan tahun lalu yang terus mengakar ini akhirnya membuat
keduanya tidak bisa bersatu. Mengambil jalan yang berbeda, berada di
bendera yang saling berlawanan, Arno Dorian tidak pernah berhenti
berusaha untuk menebus kesalahannya. Mencari tahu siapa sebenarnya yang
bertanggung jawab atas kematian De la Serre menjadi sebuah misi pribadi
yang terus ia kejar, terlepas dari posisinya sebagai seorang Assassin.
|
Penyelidikan
Arno mengarah pada fakta bahwa ada kekuatan luar yang menjadi setir
bergeraknya Revolusi Perancis. Templar kah? Assassin kah? |
|
Aksi Anda juga akan melibatkan beberapa karakter historis ikonik seperti Napoleon Bonaparte ini misalnya. |
Perlahan namun pasti, semua investigasi yang dilakukan Arno mengarah
pada satu sosok yang identitas dan keberadaannya masih begitu misterius.
Namun kharisma dan misi yang ia dimiliki oleh sang tokoh antagonis
utama ini berhasil mengikat begitu banyak Templar kuat lainnya, yang
tidak ragu untuk memengaruhi kondisi politik Perancis yang tengah kacau
untuk sebuah misi “suci” yang masih dipertanyakan. Di tengah perjalanan
ini pula, Arno bertemu dengan beberapa tokoh historis yang tentu tidak
akan asing lagi bagi Anda, termasuk Napoleon Bonaparte di dalamnya.
Lantas, siapa sebenarnya dalang dari semua kekacauan ini, termasuk
tewasnya De la Serre? Apakah Arno dan Elise akan bersama? Bagaimana
konflik historis antara Assassin dan Templar ini akan berakhir? Jawaban
dari semua pertanyaan tersebut bisa Anda jawab dengan memainkan
Assassin’s Creed Unity ini.
Banyak Hal Baru yang Menarik!
|
Secara
garis besar, mekanik open world yang ia tawarkan masih “khas” ala
Ubisoft – buka tower dan berhadapan dengan segudang misi sampingan dan
utama yang ada. |
Jika harus membicarakan pondasi mekanik gameplay utama yang diusung
Assassin’s Creed Unity ini, maka seri yang satu ini boleh dibilang lebih
mengakar pada cita rasa seri awal daripada beberapa seri terakhir –
seperti Black Flag yang hadir dengan pertempuran kapalnya yang epik.
Unity kembali membawa Anda pada sensasi seri Assassin’s Creed, terutama
kedua, dimana setting Eropa yang dikombinasikan dengan gameplay yang
lebih berfokus pada penyelesaian misi utama dan sampingan, menjadi nilai
jual utama. Seperti yang bisa diprediksi, ia tetap mengusung konsep
“open-world” khas Ubisoft selama ini. Anda harus melakukan Synchronize
di beberapa landmark ikonik Paris untuk membuka detail peta dan segudang
side mission yang ditawarkan setiap district. Sebuah mekanik yang tentu
tidak asing lagi pencinta Assassin’s Creed. Bedanya? Side mission yang
ia tawarkan benar-benar, segudang.
|
Ketika kami membicarakan “segudang”, maksud kami benar-benar segudang! |
|
Paris bukanlah kota yang sekedar luas, tetapi juga “padat” di dalamnya. |
|
Sebagian bangunan yang ada kini bisa Anda masuki, dengan desain interior uniknya sendiri-sendiri. |
Paris tidak seperti Roma di Assassin’s Creed: Brotherhood, yang
walaupun sempat digembar-gemborkan sebagai kota super luas, memiliki
konten yang minim sebagai sebuah pusat kota masa lampau yang begitu
masif. Seperti yang mereka klaim sebelumnya, Paris di Assassin’s Creed
Unity adalah kota terluas dan terpadat yang pernah Anda temui di
sepanjang sejarah franchise ini. Kita tidak hanya membicarakan sekedar
skala ukuran saja, tetapi juga kompleksitas yang ada. Rumah-rumah ini
bukanlah lagi sekedar hiasan, “balok” yang lebih banyak Anda manfaatkan
sebagai tempat berpijak menuju atap. Sebagian rumah di Paris ini
memiliki akses interiornya sendiri, yang walaupun tidak begitu unik,
masih memungkinkan Anda untuk masuk dan melakukan eksplorasi kecil Anda
sendiri. Tidak hanya rumah yang bisa dimasuki, Paris juga memiliki
begitu banyak jalan bawah tanah yang juga bisa Anda jelajahi ketika
dibutuhkan, dari sekedar mencari peti, hingga mencari jalan pintas.
Untuk mengakomodasi luasnya kota Paris, Ubisoft menyuntikkan segudang
misi sampingan yang akan menyita puluhan waktu jam Anda untuk
diselesaikan, pastinya. Cukup untuk membuat peta kecil yang ada
terpenuhi dan padat.
Ubisoft menyuntikkan cukup banyak side mission baru di Assassin’s
Creed Unity ini. Salah satu yang paling keren tentu saja berasal dari
serangkaian misi investigasi yang menyebar di penjuru kota. Tidak lagi
sekedar Assassin, Arno ternyata juga bertindak sebagai seorang detektif,
berusaha mencari jawaban di antara beragam kasus kriminal penuh misteri
yang tidak terpecahkan. Mekaniknya sendiri juga unik. Investigasi
berjalan layaknya sebagaimana seorang detektif seharusnya bekerja,
dimana Arno harus menemukan serangkaian clue yang tersebar di tempat
kejadian perkara, menghubungkannya, mengumpulkan informasi dari para
saksi, dan akhirnya menentukan sendiri siapa yang menjadi dalang dari
setiap tindak kriminal ini. Tidak ada clue eksplisit sama sekali,
mengharuskan Anda untuk mencari benang merah sendiri, membaca setiap
informasi yang sudah Anda kumpulkan sendiri, dan akhirnya menangkap
siapa yang besar kemungkinan menjadi pelaku. Menuduh orang yang tidak
bersalah akan berujung pada konsekuensi reward yang lebih buruk. Ada
keasyikan tersendiri ketika terlibat dalam side mission yang satu ini,
walaupun Anda harus berhadapan dengan user-interface yang cukup buruk,
terutama dari fakta bahwa Anda tidak akan dibantu indikator apapun untuk
menunjukkan mana tempat yang sudah Anda selidiki dan yang belum.
|
Ada
beberapa misi sampingan baru yang cukup unik. Salah satunya adalah misi
investigasi yang menempatkan Anda tak ubahnya seorang detektif. Mencari
clue, mengumpulkan saksi, membandingkan informasi, dan akhirnya
menangkap siapa yang bertanggung jawab. |
|
Ada
ekstra kebebasan untuk menentukan sendiri metode seperti apa yang ingin
Anda lakukan untuk menyelesaikan setiap misi yang ada, tanpa harus
mengikuti pakem tertentu. Berperang secara frontal? Kenapa tidak? |
|
Sayangnya, kebebasan ini harus dibayar mahal – dengan AI, terutama target utama, yang terlihat tidak responsif dan kompeten. |
Tidak hanya misi investigasi yang satu ini, Assassin’s Creed Unity
juga menyuntikkan lebih banyak opsi ketika Anda berusaha menyelesaikan
misi tertentu – terutama yang berasal dari progress cerita utama. Jika
di seri-seri sebelumnya, Anda dituntut untuk mengikuti satu jalur cara
yang sudah ditetapkan oleh developer sebelumnya dan tidak memberikan
celah apapun untuk alternatif solusi yang lain, Unity justru menawarkan
sesuatu yang bertolak belakang. Tidak suka bermain stealth? Anda bisa
memburu target-target utama ini dengan perang terbuka. Tidak suka dengan
sekedar menyelinap? Anda bisa membuka alternatif cara membunuh lain
dengan menyelesaikan misi sampingan yang muncul dalam indikator tanda
seru di peta. Alternatif cara kini ditawarkan lebih bervariasi dan bisa
mengakomodasi gaya bermain yang menjadi preferensi Anda. Namun
sayangnya, ini berimbas pada kualitas AI yang kian buruk. Kami
seringkali menemukan target utama yang tidak bergeming dan tetap diam di
tempatnya bahkan ketika kami bertarung secara terbuka di ruangan
sebelah, yang tentu penuh teriakan dan bunyi denting pedang dimana-mana.
AI karakter-karakter antagonis ini seperti tidak peduli. Seperti dua
sisi koin, “kelemahan” ini mempermudah Anda yang lebih senang bertempur
dengan lantang.
Berbicara soal bertempur, Ubisoft juga menyuntikkan perbaikan di sisi
yang satu ini. Anda masih ingat betapa mudahnya sistem pertempuran di
Assassin’s Creed sebelumnya? Dimana Anda hanya butuh menimbun banyak
mayat pasukan musuh dalam waktu singkat hanya dengan melakukan beberapa
klik di sana dan sini? Anda tidak bisa melakukan hal tersebut lagi di
Unity. Pertempuran berjalan jauh lebih sulit di sini, dimana sosok Anda
kini terasa rentan terhadap damage apapun yang diterima. Tidak hanya itu
saja, tiap musuh yang hadir dengan varian model serangan, juga butuh
ekstra kerja keras untuk ditundukkan, terutama untuk melakukan parry di
momen yang tepat. Sekedar menyerang membabi buta? Anda akan mati dalam
waktu singkat. Parahnya lagi, ancaman terbesar di Unity, mengikuti
perkembangan zamannya, justru bukan ada pada pedang, melainkan senapan
musuh yang bertebaran. Berada dalam jarak yang cukup jauh dan gagal
untuk mengenali kondisi bahwa Anda tengah dibidik, Anda bisa mengucapkan
selamat tinggal pada Paris dalam waktu singkat.
|
Pertarungan
berjalan lebih sulit seiring dengan kuantitas musuh yang Anda hadapi.
Selamat tinggal karakter imbalance ala seri AC dulu yang tampaknya
sangat mudah, menimbun mayat di tengah kota. |
|
Berhadapan dengan musuh sebanyak ini sekaligus? Bersiaplah untuk terdesak. |
|
Arno juga dibekali dengan senjata baru – Phantom Blade yang mampu menghabisi musuh dari jarak jauh dengan diam. |
Tentu saja, untuk mengakomodasi tingkat kesulitan ini, Arno dibekali
dengan beberapa senjata ekstra yang baru, selain variasi pedang dan
senjata yang Anda miliki tentu saja. Anda tetap bisa menggunakan Smoke
Bomb atau Stun Grenade untuk melarikan diri ketika dibutuhkan misalnya.
Namun satu senjata tambahan yang mengubah cara Anda beraksi tentu saja
mengakar pada senjata milik para generasi Assassin yang baru – Phantom
Blade. Berbentuk seperti sebuah panah kecil di pergelangan tangan Arno,
Anda bisa meluncurkan proyektil kecil yang akan membunuh sebagian besar
musuh secara instan (termasuk para target utama) tanpa perlu memicu
perhatian sama sekali. Tidak hanya standar panah utama, Anda juga bisa
menyuntikkan panah versi Berserk di dalamnya untuk memaksimalkan potensi
strategi yang bisa ditempuh. Panah Berserk ini akan membuat target
musuh Anda menggila dan menyerang musuh yang lain secara membabi buta,
hingga “minion” baru Anda ini tewas atau menewaskan yang lain. Sebuah
senjata signifikan mengingat Anda tidak bisa lagi memanggil bantuan
Assassin yang lain seperti halnya masa Ezio di seri AC dulu. Sementara
untuk Anda yang senang bermain stealth, AC Unity akhirnya hadir dengan
tombol crouch terpisah untuk bergerak menunduk dan pelan, memudahkan
untuk bersembunyi ketika dibutuhkan.
Perbaikan sistem pertarungan yang kini lebih sulit dan
senjata-senjata baru, Arno juga berhasil membangun identitas pribadi
lewat kemampuan eksplorasinya yang unik. Salah satu yang paling
signifikan adalah sistem parkour baru yang membuat Arno tampil sebagai
Assassin yang paling lincah yang pernah ada. Alih-alih hanya menyematkan
aksi ini hanya dari satu tombol saja, Ubisoft kini menyuntikkan dua
tombol parkour berbeda – untuk naik dan turun. Tombol parkour naik
beraksi seperti eksplorasi selama ini,tanpa ada sesuatu yang istimewa.
Sementara tombol parkour turun disematkan untuk meminimalisir kejadian
bodoh yang mungkin sempat Anda lakukan, dimana karakter Assassin Anda
tanpa logika, berusaha melompat dari gedung tinggi dan tewas. Menahan
tombol ini dan Arno akan secara otomatis menjadi titik gedung paling
untuk turun, secepat mungkin. Tidak hanya parkour, kemampuan Eagle
Vision milik Arno juga jauh lebih hebat. Eagle Vision kini tidak hanya
bisa memperlihatkan Anda target atau musuh dalam jarak tertentu, tetapi
juga item dan beragam point of interest dalam jarak terdekat. Bagian
terbaiknya? Ia kini bergerak dalam format tiga dimensi, alias juga
memperlihatkan kepada Anda seberapa tinggi atau rendahnya setiap item
ini.
|
Tombol aksi Parkour kini dibagi menjadi dua bagian: naik dan turun untuk mempercepat aksi Arno yang lincah. |
|
Anda
tentu saja bisa membekali Arno dengan senjata dan armor yang lebih kuat
dengan menggunakan uang yang Anda dapatkan. Dengan tingkat kesulitan
tinggi, ia menjadi sesuatu yang esensial. |
|
Arno tentu saja dilengkapi beragam item lain untuk mendukung aksinya, termasuk Smoke Bomb dan Stun Grenade, misalnya. |
Arno, dan seperti Assassin lainnya, tampaknya sangat mengerti, bahwa
di balik usaha mereka untuk menyelamatkan peradaban, uang tetap menjadi
faktor terpenting yang tidak bisa diabaikan begitu saja. Di Assassin’s
Creed Unity, Anda akan berhadapan dengan dua mata uang yang berbeda –
Franc dan Creed Points. Franc menjadi mata uang standar yang
akumulasinya akan memungkinkan Anda untuk membeli serangkaian item dan
equipment yang lebih baik. Ada begitu banyak cara untuk mendapatkannya,
dari sekedar menyelesaikan misi, berburu peti, hingga membangun kembali
Cafe di penjuru kota Paris dan mendulang sejumlah uang secara berkala.
Sementara Creed Points yang bisa didapatkan dari beragam event dan aksi
Anda, digunakan untuk melakukan upgrade equipment dan senjata yang sudah
Anda beli sebelumnya, tentu saja untuk memastikan equipment Anda
menghasilkan status yang jauh lebih optimal. Anda juga bisa menggunakan
point ini untuk membeli sesuatu yang bersifat kosmetik.
|
Selain
membuka beragam peti atau menyelesaikan misi sampingan yang ada, Arno
juga bisa menginvestasikan uangnya di sebuah Cafe yang harus terus Anda
renovasi untuk ekstra uang berkala. |
|
Sistem skill tree dengan beragam kategori juga disematkan di sini. |
Tentu saja, Arno tidak akan bisa bertahan hidup hanya dengan
mengandalkan semua perlengkapan dan senjata yang ia dapatkan di awal
permainan. Dengan kota Paris yang terbagi atas beragam tingkat kesulitan
dan tentu saja, ancaman yang lebih mematikan, memiliki uang dan membeli
armor atau pedang yang lebih baik menjadi sesuatu yang sangat esensial.
Unity juga mengusung sistem skill tree yang point upgradenya bisa Anda
dapatkan dengan menyelesaikan beragam misi utama atau co-op (n yang akan
kita bahas nanti). Skill Tree ini terbagi atas empat jenis: Melee,
Ranged, Health, dan Stealth, yang masing-masing darinya akan memperkuat
kemampuan Arno, seperti Double Assassination atau darah yang lebih tebal
misinya.
|
Keluar dari “kegilaan” Black Flag, Unity mengusung pengalaman dengan cita rasa Assassin’s Creed yang lebih klasik. |
Dikombinasikan dengan animasi gerakan yang terasa lebih mengalir dan
keren, Assassin’s Creed Unity seolah tampil sebagai sebuah seri reboot,
sebuah seri yang berusaha menawarkan cita rasa klasik franchise ini
lewat peralihan menuju ke generasi terbaru. Sebuah usaha yang cukup
berani, mengingat kegilaan seri Black Flag sebelumnya yang penuh dengan
konten yang bahkan tidak lagi cocok untuk disebut sebagai sebuah game
“Assassin”, namun diakui, sangat menyenangkan. Untuk Anda yang berharap
mendapatkan sebuah game Assassin dengan konten inovatif dan gila seperti
Black Flag, Unity mungkin akan terasa membosankan, terlepas dari ragam
konten baru yang berusaha mereka suntikkan.
Seandainya Saja..
|
Sayangnya, semua nilai positif tersebut harus luluh lantak di bawah beragam masalah teknis yang menyedihkan. |
Dengna semua ekstra konten yang kami bahas di atas, Assassin’s Creed
Unity seharusnya bisa tumbuh sebagai salah satu seri game Assassin’s
Creed terbaik yang pernah meluncur ke industri game. Dengan kota Paris
yang padat dan luas, animasi gerakan yang fluid, lompatan kualitas
visual yang cukup berkesan, dan variasi side-mission yang cukup keren,
tidak ada yang menghalangi Unity untuk mencapai status tersebut. Jika
saja, mereka tidak berhadapan dengan masalah teknis fatal yang sangat
menyedihkan.
Agak sedikit memicu rasa heran kami, mengapa Ubisoft mati-matian
berusaha “menjual” fakta bahwa game ini mampu memuat ribuan NPC dalam
satu layar sebagai kekuatan utama. Di atas kertas, konsep ini memang
terdengar manis untuk merepresentasikan kondisi Revolusi Perancis yang
kacau di kala itu. Namun dari sisi gameplay, keputusan ini berujung
mimpi buruk. Ribuan orang yang harus di-render secara real-time ini
berimplikasi pada banyak masalah – dari texture yang muncul mendadak di
sana-sini, NPC yang tiba-tiba muncul dari tanah atau turun dari angkasa
mengisi kekosongan yang ada, NPC yang bertindak tidak normal seperti
melayang atau berjalan di atas tiang lampu, misalnya, hingga yang paling
parah tentu saja – framerate yang tidak stabil.
|
Seperti
janji yang sempat mereka ungkapkan dulu, Ubisoft memang berhasil
menyuntikkan segudang NPC di Unity, ribuan dalam satu layar.
Pertanyaannya kini, apakah signifikan? |
|
Selain untuk kosmetik dan memperkuat atmosfer yang ada, NPC ini justru lebih jadi sumber masalah, terutama framerate. |
Padahal banyak gamer Assassin’s Creed tampaknya sangat setuju, bahwa
NPC bukanlah salah satu elemen yang penting untuk menikmati franchise
ini. Memang benar, ia mampu menumbuhkan atmosfer permainan yang terasa
tepat, namun jika ia dijalankan dengan benar. Masalahnya di Unity,
keramaian NPC ini menjadi sumber masalah dan tidak berfungsi dengan
semestinya. Malahan ia justru mengacaukan situasi imersif gameplay yang
seharusnya Anda dapatkan, melihat karakter yang muncul tiba-tiba atau
melayang, sesuatu yang seharusnya tidak terjadi. Apalagi dengan desain
misi yang saat ini sama sekali tidak terlalu peduli apakah Anda
menyelesaikannya secara stealth atau perang terbuka, peran NPC ini
muncul sekedar sebagai kosmetik yang tidak signifikan. Anda tidak bisa
berinteraksi dengan mereka, Anda tidak bisa lagi mencuri uang mereka,
mereka juga tidak lagi menjadi ekstra ancaman ketika Anda bertarung
secara terbuka, membuat kami semakin yakin – bahwa Ubisoft tidak pernah
butuh untuk melemparkan NPC dengan jumlah sebanyak itu.
|
Kami sempat tenggelam menembus lantai dan jatuh ke kekosongan. |
|
Kamuflase tingkat tinggi sebagai pantat kuda? Why not! Glitch ini memaksa kami mematikan game dan mengulang dari awal lagi karena tidak bisa bergerak ke mana-mana. |
Tidak hanya masalah framerate, Assassin’s Creed Unity juga masih
memiliki banyak bug dan glitches yang sangat mengurangi kenyamanan
bermain. Kita tidak hanya berbicara soal posisi mayat dalam kondisi aneh
yang mengundang gelak tawa, tetapi beragam bug yang membuat Anda harus
menghentikan permainan, mematikannya, dan menghidupkannya kembali dari
awal. Sembari menunggu waktu loading yang juga begitu lama, proses ini
menghasilkan rasa sebal yang dengan mudah menyentuh puncak tertinggi.
Kami sempat jatuh ke dasar kolam tanpa batas di bawah lantai kota Paris,
kami sempat terjebak di pantat kuda dan tidak bisa bergerak sama
sekali, kami sempat harus mengulang game karena NPC yang seharusnya
mendorong bergeraknya misi dan cerita tiba-tiba mogok dan hanya berdiri
diam, kami sempat ingin muntah darah ketika kami tewas tanpa alasan di
dalam misi. Seandainya saja semua masalah ini terselesaikan. Seandainya
saja semua masalah ini tidak pernah hadir, maka Assassin’s Creed Unity
akan tampil sebagai salah satu game Assassin’s Creed terbaik. Besar
harapan bahwa Ubisoft akan memperbaiki semua masalah ini di patch
selanjutnya.
Namun tidak ada yang jauh lebih buruk dari fakta bahwa Ubisoft mulai
terlihat seperti “EA baru” dengan salah satu kebijakan yang paling
absurd dan sangat tidak adil, apalagi berangkat dari fakta bahwa Anda
sudah membeli game ini secara original dengan harga yang tidak murah.
Dua kesalahan terbesar mereka – microtransactions dan tentu saja,
paksaan bagi Anda untuk mengunduh aplikasi pendukung yang ada. Beberapa
peti berwarna biru dan emas terbesar di kota Paris dan tidak bisa begitu
saja dibuka, terlepas dari kontennya yang menggiurkan. Untuk bisa
membuka peti berwarna biru, Anda harus mengunduh aplikasi pendukung
Unity ini di mobile. Untuk bisa membuka peti berwarna emas, Anda dipaksa
bermain game browser – Assassin’s Creed Initiates, yang kontennya
sendiri bahkan belum siap saat tulisan ini ditulis. Tidak ada alternatif
untuk membuka kedua peti ini selain menempuh cara-cara picik yang sudah
digariskan oleh Ubisoft sendiri. Kami sendiri menolak tunduk.
|
Ubisoft “memaksa” Anda untuk mengunduh aplikasi pendukung untuk bisa membuka peti ini. |
|
Anda
juga berkesempatan membuka kostum alternatif lain dari peti emas, yang
hanya bisa dibuka jika Anda memainkan AC Initiates. Berita buruknya?
Bahkan kontennya sendiri belum siap untuk dimainkan. Berkunjung ke situs
AC initiates, dan Anda berhadapan dengan konten dengan tulisan masih
“Coming Soon”. What the.. |
Parahnya lagi, terlepas dari fakta bahwa Anda sudah membeli game ini
mahal, Ubisoft masih “meludahi” muka Anda dengan menyematkan sistem
microtransactions di dalamnya. Anda bisa membeli mata uang in-game super
unik bernama “Helix Points” dengan menggunakan uang nyata untuk
mendapatkan senjata dan equipment terkuat yang ada, bahkan sejak awal
permainan. Memang, tidak ada kondisi di dalam game yang memaksa Anda
harus membelinya dengan menggunakan uang nyata dan semuanya bisa dicapai
dengan sedikit ekstra kerja keras di dalam in-game. Namun fakta bahwa
mereka menyertakan mekanisme ini ke dalam sebuah game berbayar penuh
terasa seperti sebuah pengkhianatan. Bukan emosi yang seharusnya
terbangun ketika Anda menikmati game seperti ini.
Dengan semua kelemahan ini, ada kalanya Anda akan memikirkan beragam
skenario yang mungkin terjadi. Seandainya saja Ubisoft tidak rakus.
Seandainya saja Ubisoft tidak terburu-buru. Seandainya saja..
Kini Hadir dengan Ekstra Misi Co-Op
|
AC unity menjadi seri AC pertama yang menawarkan mode multiplayer kooperatif di dalamnya. |
Ubisoft memutuskan untuk membuang misi kompetitif antar player yang
sempat disematkan di beberapa seri Assassin’s Creed sebelumnya. Sebagai
gantinya, Ubisoft menyuntikkan ragam variasi mode kooperatif yang mampu
memfasilitasi 2 – 4 pemain sekaligus untuk menempuh beragam misi unik
yang ditawarkan secara bersama-sama.
|
Ada mode heist yang lebih berfokus pada gameplay ala stealth untuk ekstra uang dan Creed Points. |
Dengan ikon terpisah berwarna merah yang bisa dilihat di dalam peta,
ada dua jenis misi yang bisa Anda tempuh di mode kooperatif: Heist dan
tentu saja – Co-op Missions. Seperti nama yang ia usung, Heist menuntut
Anda untuk masuk ke dalam tempat tertentu, mencuri item yang sudah
ditentukan sebelumnya, dan keluar dengan seminim mungkin menarik
perhatian. Jumlah reward Anda akan berkurang secara perlahan seiring
dengan frekuensi Anda terlibat dalam konflik terbuka dengan karakter
musuh yang lain. Heist menjadi misi paling efektif untuk mengumpulkan
uang dan Creed Points dalam jumlah besar dengan cepat. Ia juga
memfasilitasi Anda yang mungkin memang lebih senang memainkan Assassin
dengan gaya seorang pembunuh rahasia, secara stealth.
|
Misi Co-Op menyematkan ekstra cerita yang tidak bisa Anda temukan di mode cerita utama. |
|
Tidak
hanya luas, misi-misi ini juga seringkali mengusung jumlah musuh yang
masif – yang tentu saja didesain untuk mengakomodir aksi 2-4 pemain. |
|
Pastikan koneksi internet Anda cukup stabil sebelum pengalaman ini berakhir menjadi mimpi buruk. |
Sementara Co-Op Mission adalah alternatif misi tambahan multiplayer
dengan akar cerita yang cukup kuat, melibatkan Anda dalam berbagai momen
historis Revolusi Perancis yang tidak ditawarkan oleh mode single
player yang ada. Dengan ciri khas tempat yang lebih luas dan jumlah
serta varian musuh yang jauh lebih banyak, Anda tentu saja harus
bahu-membahu untuk memastikan diri mampu menyelesaikannya. Masih dalam
format dunia yang terbuka, Anda diberi kebebasan untuk berinteraksi dan
mengambil jalur manapun. Berjalan bersama untuk ekstra keamanan? Atau
berjalan berpisah untuk kecepatan? Semuanya bergantung pada Anda.
Karakter yang “tewas” juga tidak akan secara otomatis ditendang dari
permainan. Anda bisa membantu mereka untuk hidup kembali dengan aksi
“Revive” yang ada. Tidak hanya itu saja, Anda juga bisa mengeksekusi
varian skill yang juga bisa dibagi bersama dengan anggota tim yang lain –
seperti berbagi Eagle Vision atau Medicine, misalnya.
Namun tentu saja, Anda butuh koneksi internet yang stabil untuk dapat
menikmati game ini secara maksimal. Mengapa? Karena jika komunikasi
data Anda bermasalah, Anda tidak hanya akan menjadi bencana untuk Anda
diri sendiri tetapi juga orang lain. Kami sempat bertemu skenario dimana
gameplay kami disusupi oleh gamer baru dengan konektivitas buruk.
Hasilnya, permainan kami juga menjadi patah-patah dan sulit untuk
dinikmati.
Time Anomaly yang Kurang Maksimal
|
Time Anomaly yang sebenarnya potensial, tapi kurang digarap maksimal. |
Sebuah fitur yang seharusnya disembunyikan Ubisoft dan menjadi ekstra
kejutan, namun malah mendapatkan eksposure besar dan terkesan sebagai
spoiler, keputusan developer asal Perancis ini untuk memperkenalkan
mekanisme “Time Anomaly” sebagai fitur baru Unity memang pantas
dipertanyakan. Di salah satu trailer tersebut, Arno terlihat tengah
berusaha menyelamatkan diri dari kota Paris di era perang dunia kedua
yang tengah dikuasai oleh kekuatan fasis – Nazi Jerman. Hadir beberapa
kali dalam misi utama yang ada, Time Anomaly memang menghasilkan
pengalaman yang unik, namun sayangnya, gagal memanfaatkan potensi yang
ada. Fitur yang seharusnya keren ini, memble di akhir.
|
Kesempatan untuk memanjat Menara Eiffel di masa perang dunia kedua? Hell yes! |
|
Namun
mimpi untuk membunuh tentara Nazi bersenjata modern musnah begitu saja.
Time Anomaly adalah level standar yang berfokus pada sisi parkour dan
aksi yang sangat minim dan sudah ditentukan sebelumnya. |
|
Fitur
yang sebenarnya sangat potensial untuk menawarkan sebuah sensasi
Assassin’s Creed yang lebih unik. Sayangnya, tidak dimanfaatkan dengan
baik. |
Berpetualang di berbagai masa yang berbeda, dengan kompleksitas
masalahnya masing-masing tentu menjadi konsep yang sangat menggiurkan di
atas kertas, apalagi untuk Assassin’s Creed yang selama ini selalu
dikenal sebagai game yang hanya mengusung satu timeline sebagai nilai
jual utama. Namun sayangnya, potensi yang dibawa oleh fitur Time Anomaly
ini tidak berakhir semanis yang dibayangkan. Anda memang akan berakhir
di sebuah masa yang berbeda, namun sayangnya, tidak lebih dari sebuah
stage yang meminta Anda untuk bergerak dari titik A ke titik B yang
lebih berfokus pada efektivitas gerakan parkour Anda, daripada aksi
membunuh, menginfiltrasi, atau “mencicipi” peradaban yang berbeda ini.
Time Anomaly terasa lebih sebagai kosmetik. Sebagai contoh? Misi di
perang dunia kedua, misalnya. Anda memang diminta untuk memanjat menara
Eiffel yang tengah dikuasai oleh Jerman. Hantaman peluru pesawat dan
spotlight dari sniper memang menjadi ancaman, namun Anda tidak akan
bertemu atau punya kesempatan untuk membunuh para Nazi dengan
persenjataan mereka yang lebih modern atau mengambil senjata mereka dan
terlibat dalam variasi perang yang mungkin belum pernah bayangkan di
seri Assassin’s Creed sebelumnya. Anda harus mengikuti garis yang sudah
ditentukan oleh Ubisoft sebelumnya.
Dunia dan Karakter yang Indah
|
Selamat datang di Paris, kota terindah di sepanjang sejarah franchise Assassin’s Creed. |
Terlepas dari semua kekurangan bug dan glitch yang terjadi, acungan
jempol pantas dilayangkan untuk tim kreatif Ubisoft yang punya tanggung
jawab untuk mengembangkan kota Paris klasik ini, mengawasi proses motion
capture yang ada, serta menciptakan sistem tata cahaya yang
diimplementasikan di sini. Mengapa? Karena harus diakui, ketiga hal
inilah yang berhasil membuat Assassin’s Creed Unity tampil memesona
secara visual, setidaknya cukup untuk mengukuhkan identitasnya sebagai
sebuah game generasi terbaru.
|
Pujian
pantas dilayangkan pada tim yang melakukan proses motion capture.
Ekspresi wajah yang hidup di karakter utama membuat Unity terlihat
lebih luar biasa. |
|
Dat lighting.. |
Detail wajah yang ditawarkan di setiap cut-scene yang ada benar-benar
memesona, terutama dari sosok Elise. Ia berhasil memperlihatkan
ekspresi wajah yang bervariasi, dari sekedar senyumnya yang manis, raut
muka penuh kebingungan, hingga reaksi tidak percaya yang tercermin jelas
lewat seluruh gerak otot wajahnya yang penuh dengan detail. Hal yang
sama juga terjadi di Arno. Setiap kali cut-scene berfokus pada kedua
karakter ini dan memperlihatkan interaksi yang kaya di dalamnya, Anda
akan berhadapan dengan kualitas tekstur dan ekspresi wajah yang cukup
mengundang decak kagum. Pujian sama yang pantas untuk mengarah pada kota
Paris sebagai tempat “bermain” kita.
Apresiasi tertinggi juga pantas diarahkan untuk tim yang ditugaskan
untuk mengembangkan kota Paris yang kita nikmati ini. Tidak hanya karena
detail bangunan ikonik beserta interiornya yang memesona, tetapi juga
keberhasilan untuk menawarkan sensasi Paris sebagai sebuah kota yang
dinamis dan hidup. Kesempatan untuk menjelajahi beberapa rumah, lengkap
dengan variasi interiornya yang unik, serta kehidupan para penduduknya
di dalam memperkuat atmosfer permainan yang ditawarkan. Dikombinasikan
dengan sistem tata cahaya yang terasa begitu lembut dan tepat, serta
kombinasi cuaca yang dinamis, Paris terlihat begitu dramatis dan
menawan. Cukup untuk membuat Anda jatuh hati sejak pandangan pertama.
Kesimpulan
|
Semua
kekurangan yang terjadi di Assassin’s Creed Unity ini, sayangnya, cukup
berpengaruh terhadap pengalaman bermain Anda. Sebuah seri yang
seharusnya tampil memukau, berakhir menjadi bencana yang penuh dengan
skenario pengandaian, terutama jika Ubisoft, lebih rendah hati dan
serius untuk menggarapnya. Ia tetap menjadi sebuah seri Assassin’s Creed
yang pantas untuk Anda nikmati, namun tentu saja, setelah semua masalah
teknis ini diselesaikan dalam patch di masa depan. |
Untuk sebuah seri yang didesain untuk platform generasi terbaru,
terlepas dari beragam kelemahan teknis yang ia usung, Assassin’s Creed
Unity memang menawarkan sebuah pengalaman bermain yang cukup
mengagumkan, terutama dari sisi visual. Berhadapan dengan kota Paris
yang begitu padat, ribuan orang yang menghuni setiap jalan yang ada,
Anda akan merasa tengah berada di tengah Revolusi Perancis – sebuah
momen historis penting yang telah mengubah cara dunia bekerja di masa
lalu. Animasi yang lebih halus, sistem pertarungan yang lebih sulit,
rangkaian side mission baru yang cukup inovatif, serta kualitas detail
ekspresi wajah yang menawan akan mudah membuat Anda jatuh hati. Ditambah
dengan implementasi mode co-op yang cukup seru, Assassin’s Creed Unity
memang terasa seperti sebuah seri reboot, menawarkan cita rasa
Assassin’s Creed yang lebih klasik setelah “kegilaan” di Black Flag
tahun lalu. Setidaknya di seri ini, Anda akan merasa atmosfer “Assassin”
yang lebih kentara lagi.
Namun sayangnya, semua pencapaian yang seharusnya berbuah
keberhasilan itu ternyata berujung mimpi buruk. Assassin’s Creed Unity
hadir dengan segudang masalah yang mencederai pengalaman bermain – bug,
glitch, microtransactions, hingga framerate yang tidak stabil. Namun
tidak hanya teknis, Ubisoft juga terlihat sudah sangat kebingungan untuk
menentukan arah konflik abadi antara Assassin dan Templar. Plot di AC
Unity adalah mimpi buruk, dengan penuh ketidakjelasan apa yang
sebenarnya tengah terjadi, dan justru menihilkan kompleksitas yang sudah
terbangun di seri-seri sebelumnya. Ditambah dengan ending yang sama
sekali tidak memberikan pencerahan signifikan dalam bentuk apapun,
Ubisoft terasa seperti seekor ular yang menelan ekornya sendiri.
Semua kekurangan yang terjadi di Assassin’s Creed Unity ini,
sayangnya, cukup berpengaruh terhadap pengalaman bermain Anda. Sebuah
seri yang seharusnya tampil memukau, berakhir menjadi bencana yang penuh
dengan skenario pengandaian, terutama jika Ubisoft, lebih rendah hati
dan serius untuk menggarapnya. Ia tetap menjadi sebuah seri Assassin’s
Creed yang pantas untuk Anda nikmati, namun tentu saja, setelah semua
masalah teknis ini diselesaikan dalam patch di masa depan. Sungguh
sangat disayangkan, Ubisoft.
Kelebihan
|
Salah satu kualitas tata cahaya terbaik. Hands down.. |
- Kualitas detail ekspresi wajah karakter yang keren
- Misi investigasi yang unik
- Animasi parkour yang lebih mengalir
- Desain Paris yang indah
- Sistem tata cahaya yang keren
- Kebebasan untuk menyelesaikan misi yang lebih terbuka
Kelemahan
|
Ubisoft
seolah bingung sendiri menggarap cerita Unity. Peran yang tidak jelas,
ia seperti tercabut dari akar Assassin’s Creed yang kita kenal selama
ini. |
- Plot membingungkan
- Penuh bug
- Penuh glitch
- Microtransactions
- Variasi misi yang mudah terasa repetitif
- Paksaan bagi Anda untuk mengunduh atau memainkan game pendukung di browser dan mobile untuk membuka konten tertentu
- User-interface yang kacau balau, bahkan menimpa satu sama lain
- AI yang masih buruk
Cocok untuk: gamer penggemar seri Assassin’s Creed, pencinta game open-world dengan segudang misi sampingan untuk diselesaikan
Tidak cocok untuk: gamer yang cukup sensitif dengan masalah teknis, yang mengharapkan seri yang lebih “gila” daripada Black Flag
sumber : http://jagatplay.com/2014/11/playstation3/review-assassins-creed-unity-tidak-seburuk-yang-dibicarakan/4/
0 komentar :
Posting Komentar