»
[review] Call of Duty : Black Ops 2
By Pladidus Santoso
November 22, 2012 ·
Penggemar game action mana yang tidak mengenal nama besar Call of
Duty? Franchise game FPS yang lahir dari tangan dingin Activision
bersama dengan rekanannya – Treyach dan Infinity Ward ini memang begitu
fenomenal. Terlepas dari kebijakan rilis tahunannya, Call of Duty selalu
berhasil terjual dengan angka-angka yang mengagumkan, bahkan cukup
untuk membuatnya memecahkan rekor keuntungan berulang kali, bahkan
hampir menjadi rutinitas tahunan. Kritik terhadap minimnya inovasi
gameplay memang terus ada, namun Activision selalu berhasil menyulap
setiap seri terbarunya dengan plot menarik dan dramatisasi yang
memanjakan mata. Namun rumus ini ternyata tidak berlaku lagi untuk seri
terbaru – Call of Duty: Black Ops II.
Bagi Anda yang sudah membaca preview kami sebelumnya tentu sudah
memiliki sedikit gambaran tentang apa yang sebenarnya ditawarkan oleh
game yang satu ini. Kami sendiri mengkategorikan kesan pertama kami
dengan menyebutnya sebagai sebuah seri COD yang penuh dengan inovasi.
Seolah lepas dari akar FPS konvensionalnya, sang developer – Treyach
ternyata menyuntikkan beragam fitur baru di seri ini, tidak hanya dari
sisi visualisasi, tetapi juga gameplay. Seiring dengan waktu permainan
yang semakin mendalam, kami akhirnya berhasil menangkap beragam esensi
dasar dari Call of Duty: Black Ops II ini. Review ini sendiri akan lebih
difokuskan pada mode single playernya yang memang selalu menjadi
kekuatan utama dari franchise ini.
Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Call of Duty: Black Ops II ini?
Mengapa kami menyebutnya sebagai sebuah seri yang membawa arah baru bagi
Call of Duty? Kami akan mengupasnya lebih dalam.
Plot
|
Berbeda
dengan semua seri terakhir COD yang dirilis, COD: Black Ops II menjad
seri pertama yang menjadikan perang futuristik sebagai tema utama. |
Berbeda dengan sebagian besar seri Call of Duty yang pernah dirilis
ke pasaran, Treyach memutuskan untuk membawah arah baru ke Black Ops II
ini. Alih-alih terjebak pada konsep perang dunia kedua masa lampau atau
representasi perang saat ini, mereka lebih memilih untuk mengambil arah
baru dengan menyediakan konsep perang masa depan, tentu saja diperkuat
dengan plot dan setting futuristik sebagai dasarnya. Konsep dasar ini
sudah cukup untuk membedakan Black Ops II dari semua seri COD yang ada.
Membawa nama “Black Ops II” di dalamnya, seri ini memang menjadi
sekuel langsung dari seri COD: Black Ops yang sempat dirilis Activision
di tahun 2010 silam. Fokus cerita akan disampaikan lewat dua sudut
pandang dengan timeline yang berbeda: David Mason (codename: Section)
yang beraksi jauh di masa depan – tepatnya di tahun 2025, dan sang
karakter utama dari seri pertama, yang juga merupakan sang ayah – Alex
Mason yang beraksi di pertengahan tahun 1980-an. Kedua karakter ini akan
membawa Anda dalam satu plot utama yang sama, lewat alur bercerita yang
maju dan mundur antara keduanya. Kesinambungan cerita dirangkai oleh
satu benang merah yang sama – Raul Menendez.
|
Ada
dua timeline utama yang menjadi inti COD: Black Ops II. DI satu sisi,
Anda akan berperan sebagai David Mason (Section) dengan setting tahun
2025. Bersama dengan Harper dan Salazar. |
|
Sementara
di timeline yang lain, Anda akan berperan sebagai tokoh protagonis
utama dari seri Black Ops yang pertama – Alex Mason. Anda juga masih
akan bertemu dengan karakter yang tentu tidak asing lagi – Frank Woods. |
|
Benang
merah antara kedua timeline tersebut? Sang tokoh antagonis utama – Raul
Menendez, yang tak hanya pintar, tetapi juga brutal. Ia bahkan tidak
segan untuk mengobarkan perang dunia hanya untuk balas dendam. |
Raul Menendez merupakan tokoh antagonis utama di COD: Black Ops II
ini, musuh dari Alex dan David Mason, walaupun dalam timeline yang
berbeda. Membangun kekuatan sebagai kartel obat bius, Menendez menyimpan
dendam yang mendalam kepada Alex Mason dan Frank Woods atas tewasnya
sang adik perempuan tercinta – Josefina. Setelah sempat diburu dan
diduga mati, Menendez justru membangun sebuah kekuatan baru yang cukup
untuk menggetarkan dunia. 30 tahun setelah konflik ini, tepatnya di
tahun 2025 – Menendez membangun sebuah gerakan “idealis” – Cordis Die
yang ia sebut sebagai gerakan untuk menghancurkan negara kapitalis dan
super kaya di dunia. Dengan miliaran pengikut, Menendez berhasil meretas
dan melumpuhkan bursa efek di China dan memicu perang dingin antara dua
negara superpower dunia – AS dan China. Di balik nama besar Cordis Die
lah, Menendez kemudian membangun rencana balas dendamnya. Bermodalkan
sebuah perangkat quantum berbahankan Celerium dan otak jenius dari
seorang programmer bernama – KARMA, Menendez siap untuk melancarkan
aksinya. Tujuan utamanya? Menguasai semua senjata non-awak Amerika
Serikat dan memicu perang dunia. Kepribadian dan skala aksi Menendez
sendiri bahkan dapat dikatakan jauh lebih brutal daripada tokoh
antagonis ikonik COD – Makarov.
|
Menendez
memiliki satu kendaraan utama untuk memastikan “mimpi”nya terwujud.
Sebuah kedok organisasi untuk meruntuhkan pengaruh negara kapitalis
bernama Cordis Die. |
|
Siapa pula sosok wanita yang satu ini? |
|
Mampukah Mason mencegah rencana jahat Menendez? |
Dengan ancaman yang berada di depan mata, David Mason hanya bisa
mengandalkan Frank Woods yang kini sudah tua untuk mencari keberadaan
Menendez. Lewat interaksi keduanya inilah, Anda akan dibawa pada
serangkaian misi yang akan menuntut Anda untuk bekerja dalam dua
timeline yang berbeda, sebagai Alex maupun David Mason.
Apa yang sebenarnya berusaha dicapai oleh Menendez? Bagaimanakah
nasib Frank Woods dan Alex Mason selama perburuan Menendez di masa lalu?
Berhasilkan David Mason menggagalkan rencana epik sang tokoh antagonis
utama yang satu ini? Apa pula itu Celerium dan siapa Karma? Semua
jawaban dari pertanyaan ini bisa Anda dapatkan dengan menyelesaikan mode
single player COD: Black Ops II
Beradaptasi Dengan Setting Futuristik!
|
Untuk
timeline lawas Alex Mason, COD: Black Ops II memang menawarkan esensi
gameplay yang tetap sama. Perbedaan baru kentara ketika Anda
bermain-main di timeline 2025 yang memuat segudang elemen futuristik
yang butuh penyesuaian kembali. |
Pada dasarnya, pondasi sisi gameplay yang ditawarkan oleh COD: Black
Ops II tidaklah jauh berbeda dengan game-game COD yang selama ini pernah
Anda mainkan. Ia masih tampil sebagai sebuah game FPS arcade
konvensional yang memang menjadi identitas utamanya. Ini berarti, Anda
masih hanya harus menghabisi setiap musuh yang ada, berganti senjata
sesuai dengan kondisi yang ada, memastikan diri selamat dengan
berlindung ketika kritis, dan selebihnya? Menikmati jalinan plot dan
dramatisasi epik yang belum luntur dari franchise yang satu ini. Di
tingkat yang paling dasar, ia masih menjadi COD yang Anda kenal selama
ini.
Satu hal yang mungkin harus diperhatikan oleh para veteran COD
mungkin hanya pada setting perang futuristik yang kini menjadi tema
utama. Anda sama sekali tidak akan menemukan masalah ketika berperan
sebagai Alex Mason dan terlibat dalam perang tahun 80-an, namun ketika
berpindah ke sudut pandang sang anak – David Mason, ada beberapa hal
yang harus kembali dipelajari. Setting futuristik ini akan memaksa Anda
untuk mempelajari berbagai senjata, teknologi, dan musuh “fiksi” yang
memang tidak familiar di franchise ini. Butuh waktu untuk membiasakan
diri sebelum Anda mampu memperlihatkan performa perang dalam kualitas
yang paling maksimal.
|
Ada begitu banyak senjata futuristik baru yang dapat Anda gunakan. |
|
Anda
harus menyesuaikan diri kembali dengan beberapa senjata futuristik yang
ditawarkan COD: Black Ops II ini. Tidak hanya range, kekuatan, reload,
atau recoil, tetapi juga berbagai teknologi yang disematkan di dalamnya.
Contohnya? Storm PSR ini. Tidak hanya scope yang mampu melihat tembus
pandang, senjata ini juga dapat melakukan charge tenaga untuk
menghasilkan penetrasi peluru yang lebih dahsyat. |
|
Tidak semua ditampilkan dalam kendali penuh Anda, beberapa teknologi diarahkan sebagai bagian dramatisasi belaka. |
Hal utama yang harus dipelajari adalah senjata. Walaupun Activision
tidak serta-merta “memaksakan” senjata laser seperti Star Wars, namun
beberapa teknologi yang disematkan kepadanya membuat beberapa sifat
senjata tampil baru, terutama dari sisi recoil, reload speed, dan
kecepatan muntahan peluru. Tidak hanya itu saja, beberapa senjata juga
mengadaptasikan teknologi yang belum ada di dunia nyata seperti
kemampuan untuk melihat tembus pandang, hingga menghimpun tenaga untuk
daya penetrasi peluru yang mampu menembus bahan apapun. Di sisi lain,
beberapa tim musuh juga datang dengan teknologi cloaking yang membuat
mereka tidak terlihat, sehingga butuh strategi tertentu untuk
ditundukkan. Interaksi dari fitur baru inilah yang membuat seri ini
terasa menyegarkan dan berbeda. Selain kedua hal di atas, Anda tidak
perlu banyak cemas untuk mengadaptasikan diri dengan teknologi fiksi
lain yang ada di COD: Black Ops 2. Apa pasal? Karena demonstrasi
teknologi ini sebagian besar hanya merupakan bagian dari dramatisasi
cerita belaka. Anda tidak serta-merta dapat menggunakan Jet Pack ataupun
pesawat dalam kendali manual.
|
Black Ops II tetap datang dengan identitas utama franchise COD: dramatisasi yang epik. |
|
Hadirnya
beragam robot militer otomatis juga memperkuat atmosfer futuristik
untuk Black Ops II. Mereka akan menjadi senjata efektif ketika menjadi
teman. Namun ketika menjadi lawan? Butuh kewaspadaan ekstra! |
|
Drones
mungkin dapat hancur dengan mudah. Namun kecepatan, kemampuan manuver,
dan presisi tembakannya dapat menyudutkan posisi Anda dengan cepat
ketika berada di pihak musuh. |
Hal lain yang harus diperhatikan adalah masuknya beragam teknologi
robotik sebagai “senjata” yang awam di setting futuristik COD: Black Ops
II ini. Tidak hanya sebagai pendukung untuk aksi Anda, tetapi juga
kemungkinan untuk bertemu dengan mereka di sisi musuh. Jika berada di
sisi Anda, Anda dapat mengendalikan arah serangan mereka dengan tombol
yang sederhana. Sementara jika berada di sisi musuh, Anda hanya harus
menembak mereka hingga hancur. Namun kasus berbeda terjadi pada unit
robot yang lebih besar – CLAW yang membutuhkan senjata yang lebih besar
untuk dapat ditaklukkan. Tidak dapat dipungkiri lagi, beragam robot ini
akan menjadi ancaman yang lebih serius untuk diperhatikan ketika Anda
terlibat dalam pertempuran. Mengapa? Presisi serangan, varian senjata,
dan kecepatan peluru mereka cukup untuk membuat Anda tewas, bahkan
sebelum Anda sadari.
Make sure, you destroy them all!
Strike Force – Side Mission RTS yang Krusial!
|
Strike-Force Mission! |
Gameplay utama dari Call of Duty: Black Ops II memang sebuah FPS
arcade konvensional, namun bukan berarti hanya hal tersebut yang ia
tawarkan. Treyach juga menyuntikkan sebuah mode baru yang berkembang
menjadi side mission dengan peran yang sangat krusial – Strike Force
mode.
Strike Force mode ini sendiri hanya tersedia dalam dalam kurun waktu
yang terbatas selama Anda menjalankan cerita utama yang ada. Ia juga
hadir sebagai sebuah side-mission yang dapat Anda mainkan ataupun tidak,
tergantung pada pilihan Anda. Namun, ia memegang peranan yang sangat
penting untuk menentukan arah cerita yang akan Anda dapatkan di misi
utama. Jika misi utama menjadikan upaya perburuan Menendez sebagai fokus
utama, maka Strike Force lebih berfokus pada upaya perburuan Tian-Zhao,
seorang jenderal yang memiliki kepentingan pribadi untuk bekerja sama
dengan Menendez. Misi-misi Strike Force akan berpengaruh pada seberapa
genting hubungan antara China dan Amerika Serikat. Semakin sedikit misi
yang diselesaikan, semakin rentan pula hubungan dalam Perang Dingin yang
sudah tercipta.
|
Alih-alih
kembali pada akar FPS konvensionalnya, Strike Force mengusung konsep
RTS yang kental. Anda dapat memberikan perintah unit untuk melakukan
aksi tertentu, baik secara bersamaan atau satu per satu. |
|
Anda
juga bisa langsung menguasai unit yang Anda ingikan dan permainan akan
kembali ke bentuk FPS. Dengan lemahnya AI pada saat mode pengaturan,
skill Anda akan sangat dibutuhkan untuk memastikan setiap misi berjalan
dengan lancar. |
|
The main target of this mission? The General Tian-Zhao! |
Berbeda juga dengan misi utama yang ada, Strike Force justru hadir
dengan atmosfer RTS yang lebih kental daripada FPS. Seolah berperan
sebagai seorang jenderal di perang kolonial masa lalu, Anda dapat
menggerakkan pasukan dan robot yang ada dengan mekanisme yang sederhana.
Sudut pandang dari atas tentu saja membantu Anda mendapatkan gambaran
yang lebih sempurna akan medan perang yang Anda hadapi. Anda dapat
meminta pasukan-pasukan ini sekedar bergerak atau menyerang, dalam unit
atau keseluruhan dengan mudah. Namun ingat, AI yang bergerak dalam mode
RTS ini begitu rentan dan mudah mati. Tetapi tenang saja, Anda juga bisa
mengendalikan secara personal setiap anggota yang ada untuk kembali
terlibat dalam mode FPS ala misi utama, dan memastikan setiap misi yang
dicapai berhasil.
Satu hal yang perlu diingat, Anda diberikan kesempatan dalam jumlah
yang sangat terbatas untuk menyelesaikan setiap misi, jadi pastikan
setiap gerak permainan Anda didesain untuk menyelesaikan misi ini secara
efektif dalam batas waktu, daripada sekedar mencari kesenangan dan
membunuh apapun yang bergerak. Saran kami? Pastikan Anda menyelesaikan
setiap misi Strike Force yang ada. Keuntungannya apa? Kita akan bahas di
bagian selanjutnya
Pilihan Anda Menentukan Cerita yang Anda Dapatkan!
|
Berbeda
dengan seri-seri COD sebelumnya yang sangat linear, COD: Black Ops II
menyediakan beragam alternatif cabang cerita. Semuanya ditentukan tidak
hanya lewat pilihan event, tetapi juga aksi Anda dalam gameplay. |
Inilah alasan utama yang mungkin membuat kami jatuh cinta pada COD:
Black Ops II dan membuat kami menyimpulkannya sebagai sebuah seri yang
akan menentukan arah baru bagi franchise ini di masa depan. Tidak lagi
terjebak di dalam metode penceritaan yang linear seperti seri-seri
sebelumnya, Treyach menyuntikkan sebuah fitur baru yang terhitung
“berani” untuk seri terbaru ini. Percaya atau tidak, Anda ditawarkan
oleh cabang cerita yang cukup banyak, yang kesemuanya, ditentukan oleh
pilihan Anda sendiri selama bermain.
Benar sekali, daripada hanya sekedar menikmati cerita yang ditawarkan
oleh Treyach begitu saja dalam satu garis lurus, Anda kini dapat
menciptakan cerita Anda sendiri lewat beragam pilihan yang ada. Di
beberapa titik, Anda akan ditawari pilihan-pilihan signifikan yang akan
berpengaruh besar pada arah cerita yang akan didapatkan. Namun pilihan
ini tidak hanya bersifat pasif lewat event, tetapi juga aksi Anda di
dalam gameplay. Maksudnya? Untuk mencegah spoiler, kami akan
menggambarkannya seperti ini. Di salah satu misi, Anda akan diminta
untuk membunuh satu target tertentu. Misi sendiri tidak lantas dianggap
game over ketika Anda gagal melakukannya, cerita justru akan terus
berlanjut, namun menghasilkan konsekuensi tertentu. Oleh karena itu,
tewas atau tidaknya orang ini dalam aksi gameplay Anda akan menghasilkan
efek pada cerita. Pilihan-pilihan ini akan tersebar di sepanjang
permainan, baik dalam event ataupun gameplay.
|
Harper?
Jika Anda mencoba membunuh Menedez, Anda yang akan mati. Jika Anda
membunuh Harper, Anda baru saja kehilangan salah satu karakter utama
Black Ops II. Konsekuensi apa yang Anda dapatkan dari pilihan-pilihan
ini? itulah menariknya COD: Black Ops II. Semua pilihan pada akhirnya
akan menentukan ending yang akan Anda dapatkan. |
|
Pilihan-pilihan
tidak hanya ditawarkan lewat event, tetapi juga terintegrasi dalam
gameplay. Contoh? Gagal membunuh seorang target tidak lantas membuat
game over dan memaksa Anda untuk mengulang misi yang sama. Cerita akan
terus berlanjut dan Anda harus berhadapan dengan konsekuensi kegagalan
ini di akhir nanti. |
|
Beberapa opsi yang tidak mempengaruhi sisi cerita juga ditawarkan di dalam gameplay. |
Lantas apa konsekuensi akhir dari semua pilihan ini? Dipadukan dengan
kelengkapan misi Strike Force yang berhasil Anda selesaikan, semua
pilihan ini berakhir pada seberapa baik ending yang Anda dapatkan. Benar
sekali, Treyach menyuntikkan 5 ending yang berbeda untuk seri terbaru
ini, dan semuanya dipengaruhi oleh pilihan-pilihan yang sudah Anda
tentukan di sepanjang permainan. Siapa yang Anda biarkan untuk hidup,
siapa yang Anda bunuh, dan siapa yang Anda selamatkan. Sebuah konsep
yang tidak hanya memberikan arah baru yang menyegarkan bagi frachise
yang satu ini, tetapi juga meningkatkan replayability yang ada.
Kesimpulan
|
Call
of Duty: Black Ops II adalah sebuah seri eksperimental yang berpotensi
untuk menjadi landasan dan arah baru bagi franchise COD secara
keseluruhan di masa depan. Super awesome! |
Setelah boleh terbilang mengalami stagnansi dan minim inovasi dalam
beberapa tahun terakhir ini, kelahiran Call of Duty: Black Ops II tampil
layaknya oase di padang gurun. Kita tidak hanya sekedar membicarakan
visualisasi yang lebih baik ataupun timeline perang futuristik yang
menjadi tema utama, tetapi keseluruhan desain yang dibangun lewat
beragam inovasi berani dari Treyach dan Activision itu sendiri. Yang
terbaik saja hadir lewat dua komponen utama yang mengejutkan: side
mission Strike Force yang memadukan gameplay ala RTS dan FPS, serta
hadirnya beragam pilihan dalam gameplay dan konsekuensinya pada jenis
ending yang Anda dapatkan di akhir petualangan. Tidak akan menjadi
sesuatu yang mengherankan, jika eksperimen yang ditanamkan pada Black
Ops 2 akhirnya berubah menjadi arah baru bagi franchise ini di masa
depan.
Lantas apakah game ini datang tanpa kekurangan? Dari mode single
player yang menjadi fokus kami, kelemahan klasik yang selalu hadir di
COD tetap saja muncul di seri ini. Benar sekali, kita membicarakan
masalah AI, baik di sisi kita maupun musuh. Para musuh yang Anda temui
masih sama bodohnya, melemparkan tembakan kurang akurat dan hanya
berdiam diri untuk dibunuh dengan cepat. Untungnya AI karakter
pendamping Anda cukup kuat untuk mengatasi berbagai ancaman di depan
mata. Kekesalan mungkin Anda rasakan ketika mulai menjajal Strike Force
dan mengandalkan AI Anda untuk menyelesaikan setiap misi yang ada.
Mengapa? Sama bodohnya dengan para AI musuh, AI pasukan Anda juga tak
ubahnya boneka. Walapun Anda meminta mereka untuk bermanuver bersama,
tidak jarang mereka muncul dan melawan setiap musuh satu per satu,
menunggu mati. Oleh karena itu, lebih bijak jika Anda mengendalikan
penuh setidaknya satu unit pasukan Anda setiap kali mendekati misi yang
harus dicapai.
Namun terlepas dari kekurangan yang ada pada dirinya, Activision dan
Treyach berhasil menghadirkan sebuah seri COD yang terasa baru dan
menyegarkan lewat Black Ops II. Semua inovasi yang ditawarkan merubah
persepsi kami yang mulai pesimis terhadap survivabilitas franchise ini
di masa depan, dan memunculkan secercah harapan baru. Call of Duty:
Black Ops II adalah sebuah seri eksperimental yang berpotensi untuk
menjadi landasan dan arah baru bagi franchise COD secara keseluruhan di
masa depan.
Kelebihan
|
I LOL’ed hard for this.. =)) What the hell.. |
- Visualisasi yang lebih apik
- Strike Force yang unik
- Alternatif jalan cerita
- Multiple endings
- Dramatisasi yang tetap epik
- “Konsep” perang futuristik yang masih dalam batas nyata
- Framerate 60 fps (konsol)
- “Easter Egg” – konser Avenged Sevenfold dalam engine Black Ops II yang super keren!
Kekurangan
|
Ada sesuatu yang terasa “hilang” dari plot kompleks yang berusaha diciptakan Treyach di seri ini. |
- Plot yang kurang kuat
- AI musuh yang kurang menantang, AI teman yang kurang dapat diandalkan di Strike Force
Cocok untuk gamer: yang sudah mengikuti franchise ini sejak awal, pencinta FPS, pencinta military shooter.
Tidak cocok untuk gamer:
yang membutuhkan game military penuh strategi.
http://jagatplay.com/2012/11/xbox/review-call-of-duty-black-ops-ii-arah-baru-untuk-franchise-fps-terbaik/
0 komentar :
Posting Komentar