Devil May Cry (DMC) adalah segala tentang Dante. Itulah satu hal yang saya yakini semenjak mengenal sang demon hunter untuk pertama kalinya di PS2 12 tahun silam. Lebih dari istilah hard stylish action
yang diperkenalkan game-nya, dunia rasanya memang lebih mengenal sosok
Dante ciptaan Hideki Kamiya yang ikonik dengan rambut putih, trench coat merah dan gayanya yang ‘asal’ tapi juga stylish.
Maka dari itu, jelas bukan barang sedikit fans yang bak menelan pahit
ketika menyaksikan perombakan desain yang dialami jagoan satu ini.
Terlebih di hadapan mereka yang mencintai sosoknya sedemikian rupa.
Imej yang sudah melekat bertahun-tahun, nyatanya memang resmi ditanggalkan Capcom saat mereka mempertunjukkan tampak perdana reboot
DMC di ajang TGS beberapa tahun lalu. Banyak yang kontra, namun tetap
tidak lepas pula dari mereka yang pro. Sementara pro dan kontra akan
selalu ada, pengembangan reboot inipun terus melaju di tangan Ninja Theory, developer asal Inggris yang sebelumnya sempat dikenal namanya lewat Heavenly Sword dan Enslaved: Odyssey to the West.
Dengan tanggung jawab penanganan pada Ninja Theory, reboot yang dijuduli DmC: Devil May Cry (DmC)
ini telah mengantarkan Dante pada nuansa dan kesan yang baru, terhitung
drastis dibanding apa yang pernah dikenal dari judul-judul sebelumnya.
Karakterisasi dan setting dunia yang sekarang dirasakan berkiblat ke
arah Barat, cenderung lain dibanding keempat judul terdahulu yang memang
asli Jepang. Secara desain, Dante kali ini terlihat punk untuk
mendukung pembawaan karakter yang lebih berjiwa muda, bebas, dan
apatis. Imej yang arogan dan kata kasar pun seolah memang sudah lekat
terhadap imej baru ini. Itulah yang mungkin cukup memberatkan bagi para
fans, mengingat pembawaan Dante lama yang elegan tak lagi mereka temukan
dari sosok barunya.
Sebagian fans boleh merasa kecewa. Akan tetapi, cerita reboot ini memang merupakan hal yang bisa saja disikapi sebagai sesuatu yang baru di luar apa yang sudah dikenal. DmC
menceritakan Dante sebagai seorang anak muda yang jalan hidupnya
berubah setelah ia terbangun dan mendapati dirinya diserang para demon
di dunia paralel yang disebut Limbo. Mendapat pertolongan seorang gadis
yang bernama Kat, Dante kemudian dipertemukan dengan Vergil, sang
pimpinan dari organisasi yang dikenal sebagai The Order. Setelah
menyadari Vergil yang tak lain adalah saudara kembarnya sendiri, Dante
pun mengetahui fakta bahwa ia dan kakaknya merupakan Nephilim, keturunan dari pasangan demon dan angel, yang diyakini memiliki kemampuan untuk mengalahkan sang raja iblis, Mundus.
Terlepas
dari kontroversi menyoal selera desain yang tidak akan ada habisnya,
Ninja Theory seolah tidak peduli dan tetap terfokus dalam merancang
gameplay yang ternyata memang tidak buruk. Bahkan, cukup meyakinkan
untuk menjadikannya modal sebuah pengembangan yang berkelanjutan. Gamers
akan kembali disajikan dengan mekanisme hack & slash yang
pada dasarnya bukan lagi hal baru dari sebuah Devil May Cry.
Ekspektasikanlah Dante yang tetap bersenjatakan pedang Rebellion
peninggalan sang ayah, Sparda, dan sepasang handgun andalan
yang dinamai Ebony & Ivory untuk membereskan lawan-lawannya. Gamers
dapat mengkombinasikan kedua macam senjata tersebut untuk menghasilkan
serangan yang masih dinilai dengan menggunakan sistem style rank,
dari D (Dirty!) hingga SSS (Sensational!). Namun, studio yang bermarkas
di Cambridge itu nyatanya mampu melakukan beberapa trik dalam
mengimprovisasi gameplay-nya.
Sebagai Nephilim yang terlahir dari pasangan iblis dan malaikat, Dante kali ini mendapat kemampuan baru yang disebut Devil dan Angel Mode. Di samping bentuk netral Rebellion dan beberapa firearms
yang dimilikinya, terdapat senjata-senjata khusus yang tergolong
sebagai senjata beratribut Devil dan Angel. Senjata dengan atribut Devil
memiliki karakteristik yang condong mengarah pada power untuk menghasilkan damage lebih besar namun lamban, sedangkan senjata beratribut Angel merupakan tipikal yang memiliki karakteristik speed dan efektif untuk mengatasi kerumunan lawan. Untuk senjata Devil, Dante memiliki battle axe yang disebut Arbiter dan sepasang fists yang disebut Eryx. Sementara untuk senjata yang dikategorikan Angel, adalah bentuk scythe yang disebut Osiris dan sepasang shuriken
yang disebut Aquila. Variasi persenjataan yang ternyata masih punya
peran penting pada pengembangan kali ini dan bahkan lebih dari sekedar
implementasi terdahulu.
Berbeda
dari beberapa judul pertama yang pernah memiliki keterbatasan transisi
pergantian senjata, Ninja Theory telah mengimprovisasi mekanisme DMC4
yang memungkinkan Dante lebih luwes dalam berganti senjata cukup dengan
menekan D-pad. Kali ini ditambah dengan Devil dan Angel Mode yang turut
memperkenalkan mekanisme baru menyerupai grappling hook (Demon Pull/Angel Lift) yang dapat menarik lawan ke arah Dante atau sebaliknya. Memadukan kemampuan grappling baru dan variasi senjata yang dapat diakses dengan sentuhan D-pad/menahan tombol trigger inipun memfasilitasi gamers untuk mengkreasikan rangkaian combo yang dinamis sekaligus style rank
semaksimal mungkin. Meski dirasa cukup rumit pada awalnya, implementasi
ini kiranya akan dirasa tepat guna saat gamers mulai terbiasa. Walau
pertarungan dengan intensitas button-mashing ini memang tetap membuat kalian pegal menghadapi lawan dalam jumlah banyak.
Dengan mengalahkan lawan, kalian juga akan memperoleh kembali orbs yang dapat digunakan untuk membeli item dan melakukan upgrade. Terdapat sejumlah item dengan kegunaan tertentu yang dapat dibeli menggunakan red orbs dan lebih banyak kemampuan Dante yang dapat dibuka/di-upgrade menggunakan white orbs.
Pertarungan pun tentunya akan terasa maksimal dengan kemampuan yang
lebih memadai. Sementara kemampuan-kemampuan yang dimiliki Dante kali
ini menjadikan pertarungannya salah satu hal yang adiktif, ada pula
kekurangan teknis yang dirasa cukup membatasi kesenangan dalam
memainkannya. Di antaranya, kamera yang secara otomatis mengunci obyek
lawan tertentu cenderung mempersulit untuk melihat ke arah sekitar dan frame rate yang tidak stabil lantaran cukup banyaknya transisi dari cutscene ke in-game.
Dan
judul ini mungkin akan semakin diprotes massa seandainya saja sang
developer memutuskan untuk menghilangkan Devil Trigger dengan apapun
alasannya. Kemampuan Dante bertransformasi ke dalam demon form-nya selama beberapa saat masih dapat gamers temukan di sini. Tidak hanya meningkatkan serangan, kecepatan dan regenerasi health,
Devil Trigger yang aktif akan secara otomatis menghempaskan lawan-lawan
ke udara untuk dapat kalian teruskan dengan kesempatan combo.
Sayangnya, Dante tampaknya memang belum memiliki bentuk demon khusus di masa mudanya ini.
Di samping aspek pertarungan yang mendominasi gameplay, DmC menekankan pula di dalamnya elemen platformer dengan porsi yang cukup banyak. Bersama dengan Devil dan Angel Mode yang memungkinkan fitur grappling untuk Dante, reboot ini memperkenalkan setting Limbo dengan konsep dunia shape-shifting dimana kemampuan platforming akan ikut mengambil bagian dalam sejumlah mission-nya. Selain itu, DmC pun tidak lepas dari jamuan beberapa boss battle di dalamnya
Dari segi grafis, DmC
yang dimodali kualitas Unreal Engine telah menghasilkan sebuah Devil
May Cry dengan perubahan nuansa yang cukup signifikan. Tidak seperti
beberapa game sebelum ini yang lebih punya kesan gothic, judul
kali ini terkesan lebih punya warna dan menawarkan variasi setting yang
cukup beragam dari lokasi-lokasinya. Dan seperti yang kerap berpengaruh
saat in-game, frame rate yang melambat juga seringkali dialami saat cutscene
tengah berlangsung. Untuk grafis ini, sejumlah nuansa visual bisa jadi
akan cukup mengingatkan gamers dengan game-game keluaran Ninja Theory
sebelumnya. Yang tidak kalah penting untuk diingat, DmC satu ini cenderung sarat dengan visualisasi unsur dewasa di dalamnya.
Musik-musik beraliran metal tidak lepas dari penyajian aspek suaranya. Sementara musik yang demikian dirasa cukup mendukung identitas baru Dante dan DmC, kualitas voice acting-nya
pun tidak mengalami masalah dalam menghidupkan para karakter dan sisi
emosional di antaranya. Seperti yang sempat disinggung, Dante baru ini
memang terkesan lebih ringan dalam mengucapkan kata kasar, yang
menjadikannya kurang layak untuk dicerna semua kalangan.
Campaign dalam DmC bisa saja gamers selesaikan dalam 20 chapter-nya. Namun, seiring dengan kemampuan yang baru diperoleh belakangan, pengembangan ini turut mendukung elemen backtracking dengan reward dan unlockables yang akan didapatkan oleh mereka yang berminat memainkannya lebih dari sekali playthrough. Terdapat area berisi reward dalam bentuk orbs, lost souls
dan kunci untuk membuka sejumlah Secret Mission. Dalam Secret Mission,
gamers akan dihadapkan dengan misi yang mengharuskan suatu kondisi
tertentu untuk dapat diselesaikan. Selain itu, dengan menyelesaikan campaign-nya kalian juga akan membuka difficulty baru untuk dimainkan. Dengan membawa serta progress yang telah diperoleh dari difficulty sebelumnya, memainkan difficulty
selanjutnya ini mungkin akan jadi suatu tantangan tersendiri bagi
kalian yang menginginkan pengalaman lebih jauh dari sekedar Human, Devil
Hunter atau Nephilim.
Perubahan
memang tidak dapat berlaku mutlak sama halnya untuk semua kalangan.
Sementara transformasi dari segi tampilan yang dimaksud akan lebih
dipengaruhi oleh bagaimana subyektivitas menilainya, DmC: Devil May Cry telah menawarkan improvisasi gameplay yang cukup berarti di hadapan gamers dan fans yang mau mengapresiasi baik reboot ini. Lebih jauh dari sekedar tentang Dante dan seharusnya Devil May Cry menurut pandangan masing-masing gamers, DmC adalah sebuah game yang fun dan patut untuk diberi kesempatan. Let’s rock! (LYR)
VGI Ratings for DmC: Devil May Cry
8.8 | Gameplay
Mekanisme combat yang dinamis dan Angel Lift/Demon Pull merupakan
bentuk improvisasi yang patut diapresiasi. Ditambah kontrol yang tepat,
gameplay pun terasa adiktif. |
8.0 | Graphic
Secara teknis, persoalan frame rate menjadi salah satu masalah. Visual
mendapat kesan baru dengan nuansa dan warna berbeda, terlepas dari seri
terdahulunya. |
8.0 | Sound Musik metal mengiringi pertarungan di dalam game, dengan kualitas voice acting yang cukup khas. |
8.5 | Longevity
Terdapat banyak unlockables untuk dibuka, dengan fitur backtracking
yang membuat ragam difficulty tetap menarik untuk dicoba lebih dari
sekali tamat. |
8.6 Great
| Overall |
sumber : http://www.videogamesindonesia.com/reviews/dmc-devil-may-cry.php
0 komentar :
Posting Komentar