Membicarakan Resident Evil berarti membicarakan
salah satu franchise game survival-horror terbesar di jagat industri
game. Setelah sempat memukau dunia lewat rilis perdananya di konsol
Playstation, Resident Evil berhasil menarik perhatian lewat sebuah genre
dan mekanisme gameplay yang begitu unik di kala itu. Ia mampu membalut
sebuah game action dalam tema horror yang “menggigit”, dimana sang
karakter utama hanya dibekali sumber daya yang terbatas untuk melawan
balik semua ancaman yang ada. Namun sayangnya, perlahan namun pasti,
franchise yang satu ini harus diakui mengalami degradasi “identitas”
yang semakin akut. Masa depan seolah sudah siap untuk menyambut
kepunahan survival-horror dengan nama Resident Evil di dalamnya.
Semenjak Capcom merilis Resident Evil 4 dengan nuansa gameplay action
yang kental, arah keseluruhan franchise ini memang berubah 180 derajat.
Tidak ada lagi kata horror di dalamnya, hanya peluru berdesingan dan
zombie yang hancur berantakan. Keputusan Capcom untuk memperkenalkan Resident Evil: Operation Raccoon City (RE: ORC)
yang baru saja dirilis minggu ini sebagai sebuah seri spin-off semakin
memperkuat kesan yang satu ini. Lupakan tentang puzzle, lupakan tentang
bagaimana Anda harus bertindak cerdik ketika bertemu dengan para zombie,
dan lupakan tentang kecemasan yang seringkali terbangun ketika
memainkan franchise ini. Mengapa? Karena seri terbaru ini telah menjelma
menjadi semacam monumen penegasan akan perubahan arah Resident Evil.
Capcom menggandeng Slant Six Games, developer Barat
yang terkenal lewat seri third person shooter – SOCOM untuk
mengembangkan game ini. Ketika teaser dan trailer pertama game ini
diperkenalkan kepada publik, RE: ORC memang memperlihatkan sisi gameplay
yang jauh berbeda dibandingkan seri RE selama ini. Ia kini hadir
sebagai sebuah game team-based action dimana player dapat bekerja sama
dengan player lain atau AI untuk menyelesaikan misi tertentu. Ini memang
bukan kali pertamanya Capcom mengusung gameplay seperti ini. Sebelumnya
mereka juga sempat merilis RE: Outbreak yang serupa, namun tidak
terlalu sukses di pasaran. Lewat Operation Raccoon City, Capcom
memutuskannya untuk membawanya setingkat lebih jauh.
Lantas, pengalaman seperti apa yang ditawarkan oleh RE: ORC ini?
Apakah keputusan untuk memunculkan sebuah game action dengan meminjam
nama besar franchise ini akan berujung pada sesuatu yang baik atau
justru menjadi malapetaka?
Plot
Setelah selama ini Anda berperan sebagai pihak yang berusaha
menghentikan kegilaan Umbrella dan ujung kiamat yang hampir terjadi
karena ulah korporat raksasa ini, RE: ORC menawarkan plot dan cerita
dari sisi yang lain. Anda akan berperan sebagai USS Delta Team aka
Wolfpack, sebuah unit pasukan khusus besutan Umbrella yang memang
dibentuk untuk membereskan masalah “outbreak” di Raccoon City. Tim yang
beranggotakan Lupo, Vector, Beltway, Spectre, Bertha, dan Four-Eyes
ini ditugaskan untuk sebuah tugas yang begitu krusial – menghancurkan
setiap barang bukti yang mungkin menghubungkan Umbrella dengan bencana
yang satu ini, menyelamatkan beragam aset penting, dan membunuh siapapun
saksi mata yang selamat dari Raccoon City. Pertempuran besar di dalam
kekacauan pun dimulai. Tidak hanya zombie dan monster-monster dari
proyek Umbrella, Anda juga harus berhadapan dengan pasukan bersenjata
dari Special Forces, bahkan beberapa karakter yang pernah Anda gunakan
di masa lalu.
RE: ORC memang didesain sebagai “pelengkap” bagi kekosongan cerita
yang terbangun di kelima seri Resident Evil selama ini. Sudut pandang
yang berbeda dari sisi Umbrella tampil sebagai pengisi kekosongan dan
sekaligus menjadi penjelasan akan banyak hal yang selama ini menjadi
tanda tanya di keseluruhan franchise RE, termasuk yang melibatkan
beberapa seri dan karakter ikonik yang sudah pasti kita kenal. Walaupun
setting yang diusung memang sebagian besar datang dari Resident Evil 2
dan 3, namun RE: ORC juga menawarkan “dapur Umbrella” yang selama ini tersembunyi dan menjadi awal dari plot Resident Evil 4 dan 5. Untuk urusan yang satu ini, Slant Six Games dan Capcom pantas untuk diacungi dua jempol.
Selamat Datang Team-Based Action, Selamat Tinggal Survival-Horror!
Tidak ada lagi horror sama sekali, RE: ORC adalah sebuah game action murni! |
Jika Anda termasuk gamer yang mengeluhkan sisi action yang begitu
kental di Resident Evil 4 dan 5, maka sudah dapat dipastikan bahwa Anda
akan membenci game yang satu ini. Mengapa? Karena sebagai sebuah seri
spin-off, RE: ORC benar-benar datang sebagai sebuah game action shooter
tanpa elemen survival-horror sama sekali. Anda hanya datang, menembak
dengan stok senjata yang begitu banyak, menyelesaikan misi, dan terus
berulang, tanpa puzzle atau item yang memaksa Anda harus memutar otak.
Semua ini akan diselesaikan dalam sebuah tim.
Konsep tim dengan peran dan keunikan masing-masing memang bukan lagi
hal yang baru di industri game. Game seperti Borderlands dan Battlefield
terbukti mampu menerapkan sistem ini dengan begitu baik di mode
multiplayer mereka. Capcom juga datang dengan konsep yang sama untuk RE:
ORC ini yang tentu didesain untuk tampil lebih maksimal untuk mode
multiplayer onlinenya. Namun, jika Anda termasuk sebagian besar gamer
Indonesia yang “terpaksa” harus menggunakan game bajakan, RE: ORC tetap
datang dengan mode offline yang menarik tanpa mengurangi keseluruhan
sistem gameplay yang ada. Anda akan tetap mengarungi kota “terkutuk” ini
dalam tim.
Ada beragam karakter dengan spesialisasi masing-masing yang dapat Anda gunakan |
Anda bisa memilih empat dari enam anggota USS Delta Team
untuk bertempur di Raccoon City melawan semua ancaman yang ada. Tentu
saja Anda hanya bisa menggunakan satu di antaranya, sementara ketiga
anggota tim yang lain akan dikendalikan oleh AI. Lupo, Vector, Beltway,
Spectre, Bertha, dan Four-Eyes datang dengan spesifikasi dan keunikan
masing-masing, tidak hanya desain tetap juga peran di dalam pertempuran
itu sendiri. Masing-masing akan membawa spesialisasi senjata dan skill
yang berbeda, seperti Lugo – sang spesialisasi Assault, Beltway yang
alot, Bertha sang medic, dan Spectre sang ahli stealth. Walaupun
gameplay yang diusung terhitung sederhana, seperti game shooter lainnya,
namun karakter yang Anda pilih sedikit banyak akan berpengaruh pada
gaya bermain Anda secara keseluruhan.
Diserang dari zombie dalam jarak dekat seperti ini? Tim Anda tidak akan merepotkan diri untuk segera datang dan membantu |
Ketika Anda dengan cerdas menghindari perangkap api yang terlihat jelas, AI justru memerintahkan ketiga anggota tim Anda untuk "bermain-main" dengannya |
Bagi Anda yang bermain online, berinteraksi dengan player yang lain
yang mampu memahami Anda tentu akan mempermudah jalannya misi yang Anda
jalankan. Namun untuk Anda yang bermain offline, Capcom tampaknya tidak
memberikan Anda AI yang cukup pintar untuk melaksanakan apa yang Anda kehendaki.
Boleh dibilang, Anda justru akan merasa frustrasi karena tingkah laku
ketiga karakter yang lain ini. AI yang dihadirkan boleh terbilang tidak
adaptif terhadap situasi yang ada dan justru malah terkesan memperparah
keadaan. Anda akan seringkali menemukan mereka menembak tanpa arah,
tidak memberikan kontribusi yang signifikan pada pertempuran, mati tanpa
alasan yang jelas, dan menerima damage untuk sesuatu yang tidak
signifikan. Parahnya lagi? Anda tidak diberikan opsi untuk memberikan perintah dan mengendalikan mereka untuk melakukan hal-hal tertentu yang Anda inginkan. Hasilnya? Mereka hanya bisa menjadi decoy untuk serangan yang ada.
Raih Experience dan Perkuat Karakter Anda
Lupo misalnya, dapat memberikan efek api dari setiap peluru yang meluncur dari moncong senjatanya |
Selain progress di dalam cerita, misi yang Anda selesaikan akan memberikan ekstra experience points
untuk karakter yang Anda gunakan. Seperti sebagian besar game action
saat ini, points ini dapat Anda gunakan untuk memperkuat dua aspek pada
karakter Anda, senjata dan skill points. Anda yang sudah malang
melintang di industri game tentu sudah memahami mekanisme skill tentu
akan sama di setiap game, dengan memberikan ekstra keuntungan pada
karakter Anda baik secara aktif maupun pasif. Sementara untuk mekanisme
senjata, Anda dapat membuka senjata baru yang lebih kuat tanpa opsi
untuk mengupgrade setiap dari mereka.
Hati-Hati, Anda juga Rentan Menjadi Zombie!
Dari awal kemunculannya, Capcom memang sudah mendesain zombie yang
terdapat di Resident Evil bukanlah sekedar makhluk yang hanya bergerak
tanpa tujuan dan mencari makanan. Ia justru berperan tak ubahnya sebagai
sebuah senjata biologis yang mampu menciptakan epidemi yang fatal lewat
kemampuannya untuk mentransfer virus lewat gigitan dan air liur.
Manusia sehat yang tergigit oleh zombie-zombie ini hampir dapat
dipastikan berubah menjadi salah satu dari mereka, kecuali jika mereka
memiliki penawar khusus. Mekanisme di Resident Evil: ORC juga mendukung
dan mengusung konsep yang satu ini. Mereka menghadirkan dua status
effect yang akan menyulitkan Anda di permainan: Bleeding dan Infection.
Infected - jika Anda tidak segera mencari penawarnya, maka Anda akan berakhir sebagai salah satu dari zombie yang ada |
Jangan ragu untuk menghabisi teman Anda yang terinfeksi karena Anda selalu punya opsi untuk menghidupkan mereka kembali |
Seperti namanya, Bleeding tentu saja akan membuat karakter Anda
berada dalam kondisi pendarahan tanpa henti. Darah yang menetes ini
ternyata menjadi magnet bagi para zombie yang bertindak tak ubahnya
pasukan ikan hiu yang kelaparan di lautan dalam. Mereka akan langsung
berlari dan menyerang karakter yang mengalami status-effect yang satu
ini sebagai sebuah horde yang masif. Bleeding memang membuat
kelabakan, namun horror yang sebenarnya justru datang dari Infection.
Walaupun para zombie ini terhitung lemah, namun gigitan dan cakaran
mereka dapat membuat darah Anda terkontaminasi virus yang sama. Jika
Anda tidak menyembuhkan diri dengan penawar yang terbatas di sepanjang
permainan, maka Anda akan berubah menjadi zombie dan permainan akan
berakhir (mode offline). Hal yang sama juga dapat terjadi untuk anggota
tim lain Anda yang digerakkan oleh AI. Kesampingkan semua emosi jika hal
ini memang terjadi dan jangan segan untuk menghancurkan mantan tim Anda
ini. Mengapa? Karena Anda selalu punya opsi untuk menghidupkan kembali
mereka, sehancur apapun kondisi tubuhnya
Jelajahi Sudut Kota Raccoon City yang Memorable!
Ah.. Clocktower! |
Jika Anda mengaku penggemar RE dan tidak mengenal tempat ini, Anda tidak pantas disebut sebagai seorang fans Resident Evil |
Jika kita membicarakan daya tarik RE: ORC yang paling utama, selain
jalinan plot yang didesain untuk melengkapi kekosongan hubungan yang ada
pada franchise ini, maka setting yang dihadirkan boleh terbilang
sebagai magnet yang super kuat, terutama bagi gamer yang sudah mengenal
franchise ini sejak awal kelahirannya. Misi yang harus dijalankan oleh
USS Delta Team dari Umbrella ini akan membawa Anda menyusuri setiap
sudut kota Raccoon City yang begitu memorable, apalagi bagi Anda yang
begitu mencintai Resident Evil 2 dan Resident Evil 3 di masa lampau.
Slant Six Games berhasil membangun setiap darinya dengan visualisasi
yang tentu saja lebih baik, namun di sisi lain tetap mempertahankan
detail yang identik dengannya. Anda tentu saja tidak bisa melewatkan
kesempatan untuk menjelajahi setiap sudut kota ini kembali, sembari
“bersilahturahmi” dengan para zombie yang haus tembakan di kepala.
Ciptakan Sebuah “Alternate Universe”
Bayangkan sebuah dunia alternatif dimana Resident Evil yang kita kenal, tidak pernah bereksistensi sama sekali |
Memang sudah bukan rahasia lagi jika di dalam sebuah cerita yang
ditawarkan di film dan video game, sang karakter utama yang selalu
berpihak kepada kebaikan akan selalu menang di akhir permainan. Hal yang
sama juga berlaku di Resident Evil. Terlepas dari karakter protagonis
apapun yang Anda gunakan di franchise ini: Leon Kennedy, Chris Redfield,
Claire Redfield, atau Jill Valentine, Anda selalu diposisikan sebagai
pihak yang berhasil mencegah konsekuensi yang lebih fatal dari setiap
tindakan dan eksperimen Umbrella. Namun sebagai seorang gamer, Anda
tentu pernah berkeinginan untuk merasakan hal yang sebaliknya. Resident
Evil: Operation Raccoon City menyediakan Anda kesempatan untuk merasakan
sebuah alternate universe dimana pada akhirnya, kegelapan menang lewan cahaya, dan kejahatan akhirnya menundukkan kebaikan.
Kesimpulan
RE: ORC memang tidak terlalu istimewa dari sisi gameplay, namun bagi gamer yang sudah mengikuti seri RE sejak awal, ia tetap menjadi sebuah game yang menarik untuk dimainkan |
Sebagai sebuah game spin-off dari sebuah franchise yang besar,
Resident Evil: Operation Raccoon City memang menyediakan banyak hal yang
menarik, terutama para gamer yang mencintai seri-seri awal franchise
ini. Tentu saja bukan karena sistem gameplay nya yang kini tidak lagi
mengusung survival-horror, tetapi lebih karena beragam elemen yang
tampil sebagai “fan-service” untuk memberikan para gamer gambaran yang
lebih lengkap tentang plot yang ada lewat sudut pandang yang berbeda.
Sementara dari sisi gameplay? Konsep game action yang didasarkan pada
tim bukanlah sebuah benda baru di industri game dan Capcom menerapkannya
dengan kualitas yang tidak terlalu istimewa, bahkan cenderung buruk. Ia
akan tampil istimewa untuk gamer yang pernah memainkan seri-seri
Resident Evil sebelumnya.
Jika kita melihat hanya dari sudut gameplay, memosisikan diri sebagai
seorang gamer yang untuk pertama kalinya mengenal seri Resident Evil
dari game ini, maka ORC justru tampil penuh dengan kekurangan sebagai
sebuah game third person shooter. Visualisasi yang ditawarkan memang
memanjakan mata, namun mekanisme kontrolnya terasa seperti “neraka”.
Sudah bukan rahasia lagi jika melakukan roll sudah menjadi
kewajiban untuk sebuah game third person, namun tidak disediakan oleh
Capcom. Mekanisme AI nya untuk mode offline juga tidak banyak membantu,
lebih banyak memberatkan tanpa kontribusi yang signifikan pada
pertempuran. Secara garis besar, mekanisme kontrolnya terhitung buruk
dan kaku. Bahkan Anda akan menemukan “dinding tanpa wujud” yang
menghalangi gerak lari Anda pada beberapa tempat.
Pada akhirnya? Resident Evil: Operation Raccoon City bukanlah sebuah
game third person shooter yang begitu istimewa sehingga harus dimainkan
gamer manapun di dunia. Namun bagi Anda yang mengikuti franchise
Resident Evil dari awal, ia menjadi sebuah seri spin-off yang sangat
pantas dijajal, terutama untuk merasakan sebuah pengalaman baru dari
sudut pandang yang berbeda, sekaligus untuk sedikit merasakan nuansa
nostalgia. Worth to play!
Review ini tidak mencerminkan pengalaman multiplayer.Kelebihan
Ada wong? |
- Visualisasi yang menawan
- Detail setting yang tetap mempertahankan desain original RE 2 dan RE 3
- Alternatif ending yang menarik
- Desain karakter yang mumpuni
Kekurangan
Sebuah game third person tetapi tanpa mekanisme roll? Lame.. |
- Mekanisme kontrol sebagai game third person shooter yang buruk
- AI yang tidak adaptif
Tidak cocok untuk gamer: yang mencari sebuah game third person shooter berkualitas tinggi dan mengesampingkan plot
sumber : http://jagatplay.com/2012/03/xbox/review-resident-evil-operation-raccoon-city-selamat-tinggal-survival-horror/3/
2 komentar :
RE : ORC sama kaya RE 3 : NEMESIS tempatnya di Clocktower tapi aneh kn di RE 3 : NEMESIS Jill sama Cosmos naek kereta trus nabrak Clocktower di kota yg banyak rumah, tpi klo di RE : ORC Clocktower nya ada di kuburan, tpi menurut saya tempatnya beda sama saat pasukan Hunk bertempur dengan captain Cosmos ( saya tidak tau namanya ) g ada tanaman di samping patung, klo RE 3 : NEMESIS sebaliknya
Sekian~
Posting Komentar