Senin, 30 April 2012

[spec] Darkness II



2K Games and Digital Extremes have presented the minimum and recommended system requirements for The Darkness II PC platform. For those who don’t want to purchase it in order to know how well their PCs can run it, check out the system requirements below.


Minimal System Requirements:
Operating System: Windows 7 / Vista / Win XP
CPU: Intel Core 2 @ 2GHz / AMD Athlon 64 X2 4200+
Memory: 1.5GB RAM
HDD: 10GB
Graphics card: 256MB Nvidia GeForce 8600 / ATI Radeon HD 2600

Recommended System REquiremnts:
Operating System: Windows XP/Vista/7
CPU: 2.4 GHz quad-core processor
Memory: 2GB RAM
HDD: 10GB
Video card: 512+MB Nvidia GeForce 9800 GTX
Sound: DirectX compatible

[gameplay] Darkness II

jika ingin melihat gameplay game ini, silahkan download video di bawah :

GAMEPLAY
 

[review] Darkness II

Review The Darkness II: Kembalinya Sang Kegelapan yang Brutal!


 
 
 Kekejaman mungkin menjadi salah satu konsep yang sangat bertentangan dengan norma yang dibangun masyarakat di dunia nyata. Kata ini memang menggambarkan tingkah laku berbahaya yang melewati batas pantas dan seringkali diidentikkan dengan dorongan naluriah penuh tindak kekerasan. Walaupun demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa agresi sendiri sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari hidup manusia. Keterbatasan untuk mengekspresikannya secara bebas di masyarakat membuat manusia membutuhkan media yang tepat untuk menyalurkannya. Dari semua game FPS yang hadir di industri game, The Darkness boleh dikatakan sebagai salah satu game terbaik untuk menampung “sisi gelap” tersebut. Pada awal perilisannya di tahun 2007 silam, The Darkness berhasil menuai pujian berkat mekanisme gameplaynya yang kreatif. Sang developer saat itu, Starbreeze Studios juga diakui berhasil menghasilkan sebuah game yang mampu tampil sesuai dengan nama besar yang diusungnya. The Darkness membawa standar baru bagaimana sebuah game FPS mampu menampilkan sebuah konsep yang begitu brutal dan kejam. Temanya yang gelap dan dewasa juga membuat franchise ini akhirnya diadaptasikan menjadi seri komik yang terhitung sukses.
 
  
 
5 tahun sejak kemunculan pertamanya, The Darkness akhirnya mendapatkan sekuel lanjutannya. Melihat kesuksesan seri pertamanya, tidak mengherankan jika banyak gamer yang memberikan antisipasi yang tinggi untuk seri terbaru yang akan dirilis oleh 2K Games ini. Namun berbeda dengan seri pertamanya, The Darkness II kini ditangani oleh developer yang berbeda – Digital Extremes. Walaupun keduanya memiliki satu benang merah sama yang berkesinambungan, The Darkness II tampil dengan keunikannya sendiri, dari segi visualisasi hingga penekanan elemen gameplay yang berbeda. Tetapi intinya? Ia tetap menjadi game yang meramu darah, mutilasi, balas dendam, amarah, dan cinta dalam satu paket lengkap. Lantas bagaimana dengan performa game ini secara keseluruhan? Mampukah ia memenuhi semua ekspektasi yang diarahkan kepadanya? Mampukah seri terbaru ini membawa kembali atmosfer yang sempat ditawarkan oleh seri pertamanya? The Darkness II yang kami mainkan ini adalah versi XBOX 360. Walaupun terdapat perbedaan yang cukup dapat dirasakan pada level framerate dan details yang dihadirkan dengan versi PC (namun tidak jauh berbeda dengan Playstation 3), review ini tetap kami tempatkan di sesi PC untuk menjamin manajemen konten yang lebih mudah dan nyaman, bagi kami maupun bagi Anda, players.

Plot

Jackie Estacado dari seri pertama tetap menjadi karakter utama di seri kedua ini

The Darkness II tetap menempatkan Jackie Estacado dari seri pertama sebagai karakter utama di seri kali ini, bahkan bergerak dalam satu garis timeline yang sama. Dua tahun sejak Jackie mengenal tentang kekuatan The Darkness yang diwariskan turun-temurun di keluarganya, ia kini menjadi pemimpin keluarga mafia – Franchetti yang disegani. Selama kurun waktu ini, Jackie sendiri telah berhasil menekan dan menguasai kekuatan The Darkness. Ia tidak lagi bergantung padanya untuk dapat terus hidup. Namun dua tahun adalah waktu yang terlalu lama bagi kekuatan gelap ini untuk terus tidur tanpa melakukan apapun.  Ia terus menggoda dan menarik Jackie untuk kembali meraih “kemampuan super” ini. Serangan tiba-tiba yang dilancarkan pada organisasi mafianya, membuat hidup Jackie berada di ujung tanduk. Di dalam batas hidup-mati ini, Jackie akhirnya harus menyerah kembali untuk memanggil The Darkness dan kembali menggunakan kekuatannya. Walaupun ia berusaha untuk mengendalikanya, kekuatan kegelapan ini tumbuh semakin kuat dengan setiap nyawa yang berhasil ia klaim. Namun Jackie tidak peduli. Dalam pikirannya, ia hanya ingin mencari pihak yang bertanggung jawab di balik serangan ini. Sebuah misteri baru juga terbangun, Jackie terus melihat bayangan Jenny Ramano, kekasihnya yang ditembak mati di seri pertama. Setelah dua tahun tragedi tersebut, Jackie masih belum bisa melupakan cinta abadinya ini.
 
Situasi yang genting memaksa Jackie memanggil The Darkness Kembali

Sosok Jenny yang tewas di seri pertama terus datang menghantui Jackie. Apa alasan di balik kemunculan ini?

Penelusuran yang dilakukan Jackie ternyata membawanya ke  misteri yang lebih besar. Ia menemukan bahwa sebuah organisasi baru bernama Brotherhood ternyata memiliki ketertarikan pada kekuatan The Darkness yang dimiliki oleh Jackie. Hebatnya lagi? Kelompok rahasia ini ternyata juga memiliki kekuatan yang tidak jauh berbeda. Brotherhood mungkin menjadi ancaman utama, namun misteri kemunculan Jenny yang datang terus-menerus juga membuat hidup Jackie dilanda kebingungan tanpa jawaban. Apa yang sebenarnya terjadi?  Siapa itu Brotherhood? Apa yang sebenarnya melatarbelakangi kemunculan Jenny? Apakah Jackie akan mampu mengendalikan The Darkness ataukah sebaliknya?? Anda akan mendapatkan jawabannya dengan memainkan game yang satu ini.

Minggu, 29 April 2012

[spec] Warp



WARP System Requirements

Publisher: Electronic Arts
Developer: Trapdoor
GENRE : Puzzle Action (Stealth)

Minimum System Requirements:

OS: Windows XP, Vista or Windows 7
CPU: Core 2 Duo 2.8 Ghz or higher
RAM: 1 GB
HDD: 6 GB free disk space
Graphics: 512 MB Graphics Memory
Sound Card: DirectX 9 Compatible
DirectX: Version 9

[gameplay] Warp

jika ingin melihat gameplay game ini, silahkan download video di bawah :

GAMEPLAY

 

[review] Warp


 
Makhluk yang kecil mungil dan terlihat menggemaskan belum tentu seperti kelihatannya. Penampilan memang bisa menipu. Nampaknya hal ini berlaku bagi alien-mungil-berwarna-oranye-berwajah-lucu bernama Zero dalam game Warp yang diam-diam mematikan. Namun seberapa mematikannya makhluk tersebut itu semua tergantung pada cara kalian mengendalikannya. Dalam game Warp yang dikembangkan oleh trapdoor ini, kalian akan melihat “kejamnya dunia” dari sisi makhluk asing (alien), bukan dari sisi seorang manusia. Akan banyak adegan berdarah & sadis pada game ini, jadi bagi kalian yang belum cukup umur jagan memainkan game ini ya. Bagi kalian gamer dewasa yang suka dengan platform puzzle mungkin bisa kembali memanaskan otak kalian untuk membantu Zero melarikan diri dari “kejamnya” manusia :D

STORYLINE


Kalau alien dari luar bumi seringkali digambarkan sebagai makhluk yang menyeramkan, buruk rupa, aneh, kejam, dan ingin menguasai bumi, bersiaplah membuang jauh-jauh imajinasi kalian akan gameplay dengan tema cerita melawan invasi alien di muka bumi. Justru sebaliknya, kali ini kamu akan mengendalikan Zero yang tertangkap oleh ilmuwan manusia untuk diteliti dan diperlakukan tanpa perike-alien-an(?). Dari dalam laboratorium di dasar laut, kamu harus membantu Zero melarikan diri dari sergapan ilmuwan dan prajurit penjaga yang siap melumerkanmu dengan senjata lasernya. Tapi jangan khawatir, karena pelarianmu tidak sendirian. Kamu akan dibantu oleh teman alien ras lain yang ikut terperangkap dalam laboratorium melalui telepati. Tapi intinya kamu tetap berjalan sendirian sih, tapi dibantu dari jarak jauh. Hehe :p

GAMEPLAY


Biasanya game dengan genre puzzle itu membosankan dengan puzzle gameplay yang repetitif. Sebenarnya ini tergantung dari tiap cara developer mengkreasikan game dengan genre puzzle agar tidak membosankan. Dalam Warp, dijamin dengan metode dasar pemecahan puzzle yang sama, kamu tidak akan merasa bosan. Sepanjang permainan, puzzle dan kemampuan karaktermu akan terus berkembang dan semakin menantang. Sesuai dengan judul game ini, “Warp”- kamu akan dapat berpindah tempat melalui sebuah portal dimensi meskipun hanya sejauh + 1 meter saja. Mungkin ini dipengaruhi juga oleh postur Zero yang mungil, haha.


Tidak hanya kemampuan “warp” dari satu ruang ke ruang lain, Zero juga nantinya dapat mengeluarkan kemampuan lain seperti menciptakan objek hologram dari tubuhmu untuk mengecoh musuh, merasuki tubuh objek baik benda maupun manusia dan menghancurkan mereka dari dalam atau menghempaskan mereka dengan kecepatan tinggi, dan bertukar posisi dengan objek di sekitarmu. Untuk memperoleh berbagai kemampuan tersebut sebelumnya kamu harus mengoleksi alien lain berbentuk seperti jantung-berwarna-merah-muda bernama Grub. Tiap kemampuan yang kamu upgrade akan sangat berpengaruh dengan bagaimana caramu bermain nantinya.


Meskipun dengan plot cerita yang cukup sederhana, gameplay yang dibumbui stealth-action puzzle ini tidak sepenuhnya linier. Kamu dapat memilih akan fokus melarikan diri atau berjalan-jalan di laboratorium untuk mengumpulkan semua Grub, atau mungkin ingin menakut-nakuti umat manusia? Cara bermainmu akan menentukan bagaimana kisah ceritamu berakhir. Apakah kamu ingin tetap menjadi alien yang cinta damai, atau alien yang penuh dendam kepada manusia, atau mungkin alien yang -biasabiasa saja? Psstt… omong-omong ada 3 ending alternatif lho :p

GRAPHIC


Warp digarap dengan menggunakan teknologi Unreal Engine 3. Tidak banyak yang ditonjolkan dari grafis game ini. Sepanjang permainan kamu hanya akan melihat nuansa steril ruangan laboratorium berwarna putih, ruang pembuangan limbah, dan rasanya berada di “Sea World” dengan makhluk air yang berenang kian kemari. Ada sedikit masalah performa seperti turunnya framerate ketika objek interaktif yang ada semakin bertambah banyak. Keanehan lainnya adalah ketika proyeksi hologram tubuhmu berjalan menembus tembok, namun bayanganmu masih terlihat di luar tembok. Namun secara garis besar, grafis cukup bagus dan framerate drop juga masalah minor saja.

SOUND


Jangan khawatir jika kamu tidak menguasai bahasa (makhluk) asing. Seperti yang disebutkan sebelumnya, teman alien yang memberikan instruksi melaui telepati tetap berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Inggris kok. Bisa jadi karena pengalaman telah lama terkurung di laboratorium bersama manusia-manusia kejam yang penuh rasa ingin tahu itu. Game ini minim latar musik. Selama permainanmu justru nuansa “deg-degan” hanya akan kamu temukan dengan tanpa latar musik. Seperti ketika dalam perjalananmu menyusuri lorong panjang laboratorium yang sepi, rasa kaget langsung terhentak ketika muncul sesosok penjaga dengan senjata lasernya yang siap melumerkanmu menjadi sekumpulan partikel. Mungkin tetap saja bagi sebagian gamer akan terasa sunyi sepanjang permainan.

REPLAYABILITY


Meski dengan plot cerita linier, kamu bebas menjelajah ruang-ruang rahasia di laboratorium untuk menemukan item-item langka seperti Gurb, rekaman film canister, atau demi mendapat ketiga ending yang berbeda. Di samping itu juga terdapat berbagai Challenge yang dapat kamu temukan sepanjang permainan dan dapat kamu akses kembali pada menu utama. Kamu juga akan dapat membuka menu ekstra dan mengakses konsep ilustrasi karakter yang kamu dapatkan dari setiap film canister yang berhasil kamu hancurkan.
Catatan: Untuk ilustrasi yang lebih lengkap kamu bisa melihat di sini

CONCLUSION


Tidak setiap game puzzle itu membosankan. Dengan menggabungkan unsur lain ke dalam game dengan genre puzzle, maka akan didapat sebuah game yang cukup menarik dan menantang seperti Warp. Plot cerita boleh saja linier, namun tantangan yang variatif bisa saja mengubah pengalaman dalam bermain. Kebebasan karakter untuk bereskplorasi juga menjadi salah satu nilai lebih pada game ini. Jadi baik, jahat, atau biasa saja, itu semua terserah pada diri kalian. Kebijaksanaan kalian dalam menggunakan kekuatan yang kalian miliki akan diuji di sini.
Game Warp ini dapat kamu mainkan di PlayStation 3, Xbox 360, dan PC. Sudah siapkah kamu membantu Zero untuk meloloskan diri? :D

sumber : http://www.gamexeon.com/review/warp-review/

Minggu, 22 April 2012

[spec] Mass Effect 3


EA has announced today the hardware that players would need to have in order to play Mass Effect 3, If you want to barely run Mass Effect 3 or play it at its intended level of quality, here’s what you need to have:


Minimum System Requirements
Operating System: Windows 7 / Vista SP1 / XP
Processor: 1.8 GHz Intel Core 2 Duo or equivalent
RAM: 1GB for XP / 2GB RAM for Vista/Win 7
Disc Drive: 1x speed
Hard Drive: 15 GB of free space
Graphics Card: 256 MB* (with Pixel Shader 3.0 support)
Sound: DirectX 9.0c compatible
DirectX: DirectX 9.0c August 2009 (included)
*Supported chipsets: NVIDIA 7900 or better; ATI X1800 or better. Please note that NVIDIA GeForce 9300, 8500, 8400, and 8300 are below minimum system requirements, as are AMD/ATI Radeon HD3200, HD3300, and HD4350. Updates to your video and sound card drivers may be required.

Recommended System Requirements
Operating System: Windows XP SP3/Vista SP1, Win 7
Processor: 2.4 GHz Intel Core 2 Duo or equivalent
RAM: 2GB for XP / 4GB RAM for Vista/Win 7
Disc Drive: 1x speed
Hard Drive: 15 GB of free space
Graphics Card: NVIDIA GeForce 9800 GT / GeForce GTX 550 Ti or greater
Sound: DirectX 9.0c compatible

[gameplay] Mass Effect 3

Jika ingin melihat gameplay game ini, silahkan download video di bawah ini:

GAMEPLAY

[review] Mass Effect 3

By



Jika kita membicarakan salah satu seri RPG-action terbaik di industri game, maka nama Mass Effect yang lahir dari tangan dingin Bioware memang pantas menjadi salah satunya. Ia mengenalkan konsep role-playing yang sebenarnya lewat sistem konversasi terbuka dan jalan cerita yang terbentuk dari konsekuensi atas aksi. Namun tidak hanya itu saja, plot yang ia tawarkan juga terhitung kompleks dan memang menarik untuk diikuti. Tidak mengherankan jika banyak gamer yang jatuh cinta dengan franchise epik yang satu ini. Direncanakan sebagai sebuah trilogi sejak awal, Mass Effect akhirnya tiba pada seri ketiganya yang baru saja dirilis.

Mass Effect 3 tentu saja menjadi salah satu seri game yang paling diantisipasi di tahun 2012 ini, mengingat bagaimana seri ini akan tampil sebagai konklusi dari semua konflik dan misteri yang sudah terbangun di dua seri sebelumnya. Sebagai seri terakhir dari sebuah perjalanan yang panjang, Bioware sendiri mengklaim bahwa mereka akan menghadirkan banyak hal baru di Mass Effect 3, sesuatu yang masif dan penuh kejutan. Ini juga akan menjadi seri pertama yang menghadirkan mode multiplayer secara online dengan pengaruh yang cukup signifikan pada mode single player yang ada. Sebuah fitur yang tentu akan membuat banyak gamer bajakan kelabakan.

Lantas bagaimana dengan keseluruhan Mass Effect 3 secara keseluruhan? Mampukah ia menghadirkan pertempuran terakhir yang kita antisipasi? Pada akhirnya kita harus berhadapan dengan sebuah konflik emosi. Di satu sisi kita akan menghadapi kegembiraan dari merasakan sebuah seri terakhir dari sebuah franchise dengan kualitas yang tidak pernah mengecewakan, sementara di sisi yang lain harus berpisah dengan sebuah seri yang mungkin tidak akan dapat kita lihat lagi di masa depan. Terlepas dari itu semua, ini akan menjadi saat yang tepat untuk mengangkat senjata, memimpin Normandy, dan menghancurkan para Reapers!

Mass Effect 3 yang kami mainkan ini adalah versi XBOX 360. Walaupun terdapat perbedaan yang cukup dapat dirasakan pada level framerate dan details yang dihadirkan dengan versi PC (namun tidak jauh berbeda dengan Playstation 3), review ini tetap kami tempatkan di sesi PC untuk menjamin manajemen konten yang lebih mudah dan nyaman, bagi kami maupun bagi Anda, players.

Plot

The Reapers akhirnya melancarkan invasi terbuka untuk melenyapkan kehidupan makhluk hidup di semesta

Dalam dua seri sebelumnya, petualangan Shepard mengarungi angkasa membawanya pada satu fakta yang mengejutkan, bahwa alam semesta kini menghadapi salah satu ancaman yang mungkin akan menjadi akhir dari segalanya: The Reapers. Berbeda dengan alien yang mereka temui selama ini, The Reapers merupakan ras “legenda” yang identik dengan kehancuran, mereka yang akan menjadi “kiamat” untuk semua jenis kehidupan. Mereka akan muncul setiap 50.000 tahun sekali dan “memanen” peradaban yang sudah matang  dengan menghadirkan genosida tanpa ampun. Shepard belajar banyak akan ras ini, dan berusaha meyakinkan semesta untuk bersiap akan kehadirannya. Namun pada akhirnya, tidak ada yang mengambil tindakan apapun.

Semua mata terbelalak ketika seperti yang diprediksikan, The Reapers memulai invasi besar-besaran mereka ke semua bentuk jenis kehidupan di alam semesta. Kehancuran massal seolah menjadi takdir yang tidak lagi terelakkan, tanpa ada harapan untuk memberikan perlawanan. Namun, nyatanya, salah satu ras paling mutakhir yang menjadi korban The Reapers di siklus yang lalu – Prothean ternyata memiliki solusi yang mungkin menjadi satu-satunya kunci untuk mempertahankan eksistensi semua makhluk hidup di masa depan. Shepard kini harus mengumpulkan cukup kekuatan untuk membangun sebuah senjata yang dipercaya akan mampu menghancurkan Reapers, senjata yang disebut sebagai The Crucible.

Apa sebenarnya yang berusaha dicapai oleh The Reapers?

BIg Ben? London?

Semuanya akan lebih mudah jika The Reapers menjadi satu-satunya ancaman yang harus mereka hadapi. Namun nyatanya? Sifat dasar manusia lah yang turut menjadi penghalangyang tidak kalah berat. Salah satu organisasi teroris “rasis” – Cerberus yang menjadi fokus di seri kedua juga menimbulkan kekacauan yang sama fatalnya seperti The Reapers. Mereka melakukan banyak misi yang destruktif, menghalangi jalan Shepard membangun aliansi, dan menghabisi mereka yang berseberangan dengan sudut pandang mereka. Tentu saja, sang sosok fenomenal misterius – The Illusive Man berada di balik semua hal ini.

Apa yang berusaha dikejar oleh para Cerberus? Mengapa The Reapers melakukan genosida setiap 50.000 tahun sekali? Apakah Shepard akan berhasil menyelamatkan semesta dari ambang kepunahan? Semua jawaban ini akan Anda temukan dengan memainkan Mass Effect 3!

Mekanisme Gameplay yang Tidak Banyak Berubah

Memulai Mass Effect 3 tidak berbeda dengan seri Mass Effect lainnya. Anda masih dapat mengimpor save data dari Mass Effect 2 untuk melanjutkan karakter dan konsekuensi yang sudah Anda dapatkan di seri sebelumnya. Jika tidak, Anda masih bisa membangun karakter dari awal dengan beragam pilihan job dan skill berbeda yang dapat dipilih sebagai dasar dari karakter Anda. Tidak hanya itu saja, Anda juga bisa memilih latar belakang cerita dari Shepard sendiri, dari memutuskan siapa yang selamat dari perang di dua seri terakhir, hingga kehidupan masa kecil Shepard sendiri. Beberapa keputusan ini akan berpengaruh langsung pada gaya permainan Anda di Mass Effect 3.

Mass Effect 3 menghadirkan sistem gameplay yang serupa dengan dua seri Mass Effect sebelumnya

Anda kini bisa berfokus untuk memperkuat serangan melee. Melupakan senjata api? Tidak sampai sejauh itu

Selain plot utama yang menjadi dasar segalanya, seri Mass Effect selama ini juga terkenal dengan elemen action-RPG third-person shooter nya yang unik. Tidak ada yang berubah di Mass Effect 3, Bioware tetap menghadirkan elemen yang sama. Anda tetap menggunakan sudut pandang orang ketiga, dengan kemampuan untuk melakukan bidik dan berlindung dari serangan musuh. Bioware tentu saja menyuntikkan shortcut yang memudahkan Anda untuk mengakses skill-skill tertentu dengan cepat tanpa harus membuka skill secara keseluruhan. Seperti halnya game-game RPG yang lain, Mass Effect 3 juga datang dengan sistem level up dan skill tree yang serupa. Semakin banyak musuh yang Anda lawan, semakin kuat juga karakter Anda. Satu-satunya yang berbeda adalah porsi serangan melee yang kini dapat menjadi fokus.

Mode Eksplorasi yang Lebih Sederhana

Apakah Anda yang termasuk gamer yang membenci sistem eksplorasi yang ditawarkan oleh Mass Effect 2? Dimana Anda benar-benar harus singgah di setiap planet dan sistem yang ada untuk memeriksa ketersediaan mineral untuk membangun banyak hal? Jika iya, maka Mass Effect 3 datang dengan sistem yang jauh lebih sederhana. Cukup membuat Anda untuk terserap dan sibuk, namun tidak akan sampai memaksa Anda untuk menghabiskan sebagian besar waktu hanya untuk melakukan hal tersebut. Normandy kini akan dibekali kemampuan untuk melakukan scan secara real-time untuk mencari planet-planet mana saja yang berpotensi untuk memberikan keuntungan tertentu. Tidak hanya itu saja, persentase yang ada juga akan menunjukkan apakah Anda sudah mendapatkan semua sumber daya yang bisa diperoleh dari sistem tersebut. Hal ini tentu saja mempermudah gameplay yang ada, sekaligus meminimalisir Anda menghabiskan waktu untuk sesuatu yang tidak berguna sama sekali.

Para gamer tentu menyambut sistem eksplorasi dengan scan secara langsung ini. Namun kali ini tidak akan berjalan mudah, ada ancaman Reapers yang mengintai

Anda tidak perlu lagi menghabiskan waktu dengan mengunjungi semua planet seperti di Mass Effect 2!

Namun perjalanan untuk mengeksplorasi semua sistem ini tidak akan berjalan mudah tanpa halangan. Sesuai tema utama Mass Effect 3 dimana The Reapers telah menginvasi keseluruhan semesta, Anda juga harus berhadapan dengan ras alien ini ketika berusaha mencari planet-planet yang potensial. Scan yang Anda lakukan akan menarik The Reapers untuk mengejar Normandy. Tertangkap? Maka semuanya akan berakhir untuk Anda saat itu juga. Tidak ada cara untuk melawan balik, hanya berlari dari sistem dan kembali jika memang Anda menemukan sesuatu yang berharga di sana.

Pilih, Hadapi Konsekuensi, dan Bersiaplah untuk Berkorban!

Pada akhirnya, perang selalu meminta Anda memilih yang satu dan mengorbankan yang lain

Salah satu kekuatan utama Mass Effect, yakni kebebasan untuk memilih dan konsekuensi konsisten yang datang darinya akan memegang peranan yang lebih penting di Mass Effect 3, bahkan jauh lebih krusial dibandingkan dua seri sebelumnya. Seperti yang kita tahu, Shepard memang diharuskan untuk mengumpulkan fleet yang cukup untuk menangkal serangan The Reapers di bumi. Namun semua fleet yang datang dari beragam ras ini bukanlah anggota-anggota ramah yang hidup dalam damai. Mereka memiliki konflik mendasar satu sama lain, hingga pada level yang mustahil untuk dapat saling bekerja sama. Anda akan dihadapkan pada pilihan-pilihan yang menuntut Anda untuk mengorbankan salah satunya. Mungkinkah untuk menyelamatkan mereka semua? Butuh strategi tertentu!

Jangan terjebak untuk memaksimalkan level Paragon ataupun Renegade, karena keduanya tidak berpengaruh apapun secara signifikan. Kesampingkan hal ini, dan pilihlah opsi yang terbaik untuk kepastian memenangkan perang!

Berfokus pada Renegade? Anda hanya akan mendapatkan wajah Shepard yang terlihat lebih buruk. Anda akan menjalani timeline dan cerita yang sama saja dengan karakter yang penuh di sisi Paragon.

Pilihan-pilihan ini juga akan berlaku pada standar yang lebih sempit, seperti pada percakapan atau aksi yang ada harus dilakukan oleh Shepard pada setiap cut-scene yang datang. Cut-scene berada di level yang tinggi, karena ia berpengaruh lebih signifikan dan mengubah kemungkinan Anda. Sementara percakapan akan membuat Anda mendulang point yang berbeda untuk opsi yang dipilih, terutama dari segi Paragon (baik) dan Renegade (jahat) dan tingkat reputasi yang ada. Seberapa ini berpengaruh? Terlepas dari apakah Anda lebih condong ke Renegade atau Paragon, tidak ada konsekuensi langsung yang akan dialami oleh Shepard, selain tampilan secara fisik. Oleh karena itu, jangan repot-repot untuk memastikan Shepard Anda untuk berlaku sebaik atau sejahat mungkin. Mengapa? Karena keputusan-keputusan terbaik yang akan menentukan seberapa banyak aliansi yang dapat Anda rekrut datang dari kombinasi pilihan-pilihan Paragon dan Renegade. Jadi? Pilihlah dengan bijak dan kesampingkan elemen yang satu ini.

It’s All about War Assets!

War Assets memainkan peranan paling penting. Mengapa? Karena ia akan menentukan ending seperti apa yang bisa Anda dapatkan!

Jika kita membicarakan salah satu unsur baru yang memegang peranan sangat krusial pada Mass Effect 3, maka War Assets merupakan hal yang tidak boleh Anda lewatkan. Elemen yang dideskripsikan sebagai kesiapan Anda untuk melawan para Reapers ini memang hanya berbentuk nota, kata, dan angka tanpa wujud fisik yang dapat dinikmati secara langsung ataupun berpengaruh pada kemampuan bertempur Anda. Namun jangan pernah sekalipun menganggap hal ini sebagai sesuatu yang dapat dilewatkan begitu saja. Percaya atau tidak, War Asssets akan menjadi kunci untuk menentukan opsi ending apa yang akan Anda dapatkan. Ada banyak cara untuk mendapatkan War Assets, dari mengeksplorasi sistem yang ada dengan Normandy, menyelesaikan setiap sub-quest yang ada, dan memilih dan mengorbankan opsi yang ditawarkan.

Sub-quest yang ditawarkan di Mass Effect 3 juga tidak main-main jumlahnya. Sebagian besar memang bisa Anda dapatkan dari Citadel dengan mudah. Bioware juga menyuntikkan sistem yang lebih sederhana bagi Anda untuk dapat menangkap dan tidak melewatkan setiap sub-quest yang ada. Anda hanya tinggal membuka map dan mencari people of interest yang terpampang jelas di sana. Ini juga berlaku untuk quest yang sudah Anda lakukan ataupun membutuhkan Anda untuk diselesaikan. Selain Citadel, Anda juga harus sering memeriksa private terminal untuk sub quest yang lebih signfikan. Seperti yang sudah kami katakan sebelumnya, jangan terpaku pada opsi untuk memenuhi baru Paragon ataupun Renegade, karena Mass Effect 3  membutuhkan kombinasi keduanya.

Citadel akan menjadi ladang sub-quest yang terbaik!

Usahakan untuk melihat setiap sub-quest yang ada sebagai kesempatan untuk meningkatkan War Assets. Pantas untuk diperjuangkan!

Lewat War Terminal yang ada, Anda bisa memeriksa kesiapan armada untuk bertahan dan melawan para Reapers. Di sinilah mode multiplayer online berpengaruh besar dan akan membuat sebagian besar gamer bajakan gigit jari. Mode multiplayer online akan berpengaruh pada tingkat kesiapan setiap cluster yang ditentukan pada persentase readiness. Kemampuan militer yang Anda dapatkan secara keseluruhan akan dikalikan pada persentase readiness yang ada untuk mendapatkan angka effective military strength. Kekuatan efektif inilah yang akan menjadi penentu pada opsi ending yang bisa Anda dapatkan, semakin tinggi tentu semakin baik. Sementara Anda yang tidak bermain secara online? Tingkat readiness ini akan bertahan di angka 50% tanpa ada kemungkinan meningkat. Mungkinkah mendapatkan ending terbaik? Mungkin saja, tetapi Anda butuh bermain setidaknya dua kali dengan save data new game plus di Mass Effect 3.

Sayangnya, bagi para pencinta Mass Effect yang sudah mengenal seri ini mendarah daging (setidaknya bagi saya pribadi), keputusan Bioware untuk menyuntikkan elemen ini justru menjadi kesalahan terbesar. Mengapa? Jika kita menilik dua seri Mass Effect sebelumnya, maka jelas terlihat bahwa Bioware mengambil keputusan yang seolah merebut esensi Mass Effect yang sebenarnya. Pada akhirnya, bukan keputusan dan tindakan Anda yang akan menentukan ending yang Anda dapatkan, tetapi angka dan nota yang bahkan tidak memiliki wujud fisik sama sekali. Berlakunya bad, good, dan secret ending selah menjelma menjadi arah yang harus Anda tempuh, mau atau tidak mau. Di masa lalu? Anda akan dengan puas menerima ending yang Anda dapatkan sebagai bentuk konsekuensi

Kesempatan Untuk Melihat Wajah Tali?

dag..dig..dug... dag..dig..dug..

Dari semua misteri yang ada di seri Mass Effect selama ini, misteri seperti apa yang menjadi pusat rasa penasaran terbesar para gamer? Bukan dari plot maupun latar belakang yang ada, tetapi dari salah satu karakter playable yang dengan setia menemani petualang Shepard selama membongkar misteri The Repaers dan efek yang mungkin ditimbulkannya. Benar sekali kita sedang membicarakan sosok alien “manis” bernama Tali, sang Quarians yang terkenal seabgai ahli robot – Geth. Selama dua seri sebelumnya, Tali selalu mengenakan topeng ungunya dan sama sekali tidak pernah memperlihatkan wajahnya yang sesungguhnya.

Rumor yang beredar memang sempat memberitakan bahwa Bioware akan membuka topeng Tali di seri terakhir dan memperlihatkan bentuk wajahnya kepada dunia. Apakah Bioware akan melakukan hal tersebut? Saya hanya bisa menyediakan screenshot di atas untuk memberikan sedikit intipan.

Kesimpulan

You will play the game, won't you?

Sebagai sebuah seri terakhir dari trilogi yang epik, Bioware memang mampu menghadirkan Mass Effect 3 sebagai sebuah seri pemungkas yang terhitung “sempurna”. Ia datang dengan sebuah paket aksi yang lebih berat dan lebih keren dibandingkan seri-seri sebelumnya. Beragam musuh baru dihadirkan, perlengkapan perang, hingga pertempuran skala besar yang luar biasa masif. Ia juga tetap datang dengan mekanisme gameplay yang sudah begitu familiar dengan penggemar Mass Effect selama ini dan menyederhanakan sistem eksplorasi yang memang sudah dikeluhkan. Pada dasarnya, Bioware mampu membawa sebuah cerita pentutup yang memenuhi ekspektasi yang ada.

Jika ada kelemahan yang patut dicatat adalah bahwa Bioware ternyata terperangkap pada model game action-RPG lain yang menawarkan “kebebasan” abal-abal. Sistem Renegade dan Paragon yang dihadirkan ternyata justru menjadi semacam “jebakan” untuk tidak mendapatkan ending terbaik di game ini. Benar sekali, Bioware kini menambahkan standar bagi Anda untuk ending yang pantas untuk dikejar, berbeda dengan seri-seri sebelumnya dimana tidak ada ending terbaik untuk sebuah Mass Effect. Apakah ini menjadi sebuah efek psikologis yang akan Anda rasakan sebagai keinginan untuk mencapai kesempurnaan di seri terakhir? Ataukah ini memang strategi Bioware untuk “tidak langsung” memaksa Anda untuk memainkan mode multiplayer yang ada? Anda yang memutuskan.

Bagi mereka yang sudah memainkan seri ini sejak awal, Mass Effect 3 akan menjadi katalis yang paling Anda butuhkan untuk membuat semua pengalaman tersebut menjadi sempurna. Sedangkan bagi Anda yang baru dengan seri ini, ada baiknya Anda memainkan dua seri sebelumnya untuk mendapatkan Mass Effect yang sebenarnya.

Kelebihan

Pertempuran yang ada ditampilkan dalam skala yang lebih epik dan masif
  • Pertempuran yang lebih masif dan epik
  • Sistem eksplorasi yang lebih sederhana
  • Identitas Mass Effect yang tetap dipertahankan
  • Visualisasi yang menawan untuk konsol
  • Tetap hadir dengan beragam opsi dan konsekuensi yang harus dihadapi

Kekurangan

Pada akhirnya, Anda akan "dituntun" untuk mengejar ending tertentu. Sangat disayangkan
  • Sistem Paragon dan Renegade yang tidak berpengaruh banyak
  • Pilihan Ending yang tampak memaksa gamer untuk berjalan ke “arah” tertentu
Cocok untuk gamer: penggemar game RPG-action, penggemar seri Mass Effect
Tidak cocok untuk gamer: yang belum memainkan seri pertama dan kedua Mass Effect.


sumber : http://jagatplay.com/2012/03/pc-2/review-mass-effect-3-pertempuran-terakhir-menyelamatkan-semesta/

Minggu, 15 April 2012

[spec] Shank 2

EA has posted the official system requirements for shank 2 on the PC platform, detailing just how the computer of PC gamers needs to look like if they want to experience the new shank title.
This a minimum requirements list that a PC needs to meet in order to run the game, so check it out below.

Operating System: Windows XP SP3, Windows Vista SP2, Windows 7 SP1
CPU: Intel Pentium 4 (or equivalent) running at 2.4GHz or greater; AMD Athlon 64 (or equivalent) running at 2.4GHz or greater
RAM: 1.5 GB or greater
Hard Disk Space: 1.5 GB
Graphics Card: NVIDIA Geforce 6800 Ultra (256MB) or ATI Radeon X1950 PRO (256MB) or greater
Sound: 100% DirectX9.0c compatible sound card and drivers
DirectX: DirectX June 2010

[gameplay] Shank 2

Jika ingin melihat gameplay game ini, silahkan download video di bawah :

GAMEPLAY
 

[review] Shank 2


Masih ingat dengan Shank? Sosok karakter berotot dan berbadan besar dengan ikat kepala merah, celana hitam, tangan berbalut perban, serta kedua buah pisaunya? Ya! Kini Shank kembali hadir masih dengan genre Action, Beat ‘em up, Side-scroller dengan judul Shank 2. Game yang dikembangkan oleh Klei Entertainment ini dapat dimainkan semenjak tanggal 7 & 8 Februari lalu untuk PlayStation 3 & Xbox 360, serta untuk PC, Mac OS X, dan Linux. Masih dengan ciri khas gaya ilustrasi ala komiknya, Shank 2 hadir kembali dengan perubahan sistem kontrol yang lebih baik dan nyaman. Tapi ada satu hal yang perlu diingat! Sebelum kamu melanjutkan untuk membaca review ini, sangat dianjurkan bagi kamu yang belum cukup umur untuk tidak meneruskan membaca karena akan ada beberapa adegan sadis yang akan kamu lihat dalam review game dengan rating dewasa (M) ini.

STORY


Tema cerita yang disajikan dalam Shank 2 tidak begitu mendalam. Yang perlu kalian tahu dalam konsep cerita Shank 2 adalah “Shank telah kembali untuk menghancurkan diktator militer korup yang bernama General Magnus. Tidak banyak hal yang bisa diulas dalam alur cerita, karena Shank 2 sendiri memang lebih memfokuskan pada gameplaynya. Terus maju, habisi musuh yang menghadang dengan cepat, lawan bos musuh di akhir level. Yup! Hanya itu.

GAMEPLAY


Pada aspek inilah game Shank 2 memiliki nilai lebih. Sistem pertarungan yang cepat dan sadis dengan ciri khas ala jagoan komik menjadi bumbu utama dalam game ini. Dengan sistem kendali yang lebih nyaman, AI yang lebih pintar, peningkatan fitur menu pemilihan senjata di tengah-tengah permainan, pastinya menambah keseruan dalam bermain di setiap levelnya. Shank 2 menyajikan dua mode permainan yaitu Campaign (Single Player) dan Co-op (Multiplayer) lokal maupun online.


Dalam mode campaign, kamu akan memainkan 8 buah level dengan lingkungan, musuh, serta bos yang berbeda. Meskipun pola permainan cukup repetitif yaitu terus maju dan kalahkan musuh, namun tantangan dan rintangan yang berbeda di tiap level akan membuatmu berpikir lain. Akan banyak adegan-adegan akrobatik yang dilakukan oleh Shank dalam menghadapi musuh maupun untuk melewati rintangan yang ada. Setiap jurus Shank yang kamu keluarkan dan kamu kombinasikan dapat menghasilkan combo yang hebat yang tentunya akan berpengaruh pada nilai akhir yang bisa kamu pamerkan di score board secara online. Selama permainan akan banyak penghargaan yang dapat dibuka tergantung seberapa tangkas kamu memainkan karaktermu menggunakan taktik bertempur demi mengalahkan musuh.


Dalam mode co-op multiplayer, akan ada 3 buah arena yang dapat kamu mainkan antara lain Down On The Farm, Bombed Church, dan I’m On A Boat! Dalam mode ini kamu diwajibkan untuk menjaga 3 buah pasokan amunisi (yang sebenarnya tidak bisa dimanfaatkan) dari serangan musuh kerdil yang suka memasang bom waktunya. Di samping mencegah bom waktu terpasang atau malah harus menjinakkan bom waktu yang sudah terpasang, kamu juga masih harus bertahan melawan serangan musuh baik besar maupun kecil yang datang dari segala penjuru. Belum lagi jika kamu berhasil bertahan melalui berbagai gelombang serangan tersebut hingga akhirnya kamu sampai pada gelombang serangan dengan musuh Zombie! Ya, zombie pun akan turut hadir menyerangmu dalam mode co-op ini! Namun jangan takut karena untuk menghadapi mereka kamu akan dipersenjatai dengan berbagai item yang dapat kamu beli untuk membantumu bertarung selama permainan seperti: war boar, decoy, machine gun, flame thrower, turret, hingga bala bantuan roket.


Penghargaan berupa medali bisa didapatkan dalam kedua mode permainan. Untuk beberapa bonus, nantinya kamu akan dapat memainkan bonus karakter baik pada mode campaign maupun co-op. Pada mode campaign, pemilihan karakter yang berbeda tidak berpengaruh pada permainan karena hanya sebagai skin semata. Namun untuk mode co-op, pemilihan jenis karakter memiliki kemampuan & efek yang berbeda, seperti misalnya karakter The Defender memiliki kemampuan spesial menjinakkan bom waktu lebih cepat dan bisa mendapat diskon untuk setiap pembelian item senjata pada mode co-op. Tiap karakter memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, tinggal pandai-pandainya kamu memilih karakter yang akan kamu mainkan dalam mode co-op nantinya.

GRAPHIC


Komik dan Sadis adalah dua kata yang tepat untuk menggambarkan grafis pada game ini. Ilustrasi karakter komik pahlawan yang kental dengan penggambaran otot yang besar, garis-garis outline karakter dan lingkungan yang tegas dan tajam, membuat gamer serasa memainkan sebuah komik yang bergerak. Namun sayangnya Shank 2 bukanlah “komik” yang dapat dibaca, ditonton, dan dimainkan oleh semua umur. Akan banyak adegan sadis dan berdarah selama permainan yang tidak cocok bagi mereka yang belum cukup umur. Jadi maklum saja dalam review ini ada beberapa adegan sadis yang terpaksa disensor untuk menghindari hal yang tidak-tidak :D 

SOUND


Latar musik untuk sebuah game aksi sebenarnya sudah bagus. Namun karena variasi musik yang ada terlalu sedikit, seringkali dipaksakan untuk mengisi cutscene yang ada, dan kebanyakan timing-nya tidak tepat sehingga menghilangkan unsur keren game action di dalamnya. Tapi tidak untuk efek suara. Efek suara yang disajikan mulai dari tikaman pisau ke tubuh musuh, desingan peluru, serta baku hantam dengan tangan kosong maupun benda-benda berat sekitar, dirasa sudah cukup untuk game aksi ini. Yang perlu diingat, akan sangat sedikit adegan jagoan kita berbicara dalam game ini. Hmm, cocok dengan figurnya yang tidak banyak omong dan tanpa ampun terhadap musuh-musuhnya.

LONGEVITY


Lingkungan dengan tantangan yang berbeda di tiap levelnya, jenis musuh dengan kemampuan yang ada, serta pola serangan musuh bos yang berbeda sangat berpengaruh dalam tingkat lama waktu bermain. Dalam mode campaign, untuk menamatkan mode Normal dibutuhkan waktu sekitar 4 jam, sedangkan untuk mode Hard tidak terlalu jauh berbeda dengan mode Normal, yaitu sekitar 4 jam 30 menit. Yang membedakan hanyalah tingkat damage yang kita dapat lebih besar pada mode Hard, sedangkan untuk tingkat kesulitan AI musuh, hampir sama dengan mode Normal.

REPLAYABILITY


Meskipun bisa saja gamer kurang begitu puas dengan gameplay mode campaign dengan cerita yang datar dan permainan yang repetitif, namun dengan hadirnya berbagai item rahasia serta banyaknya penghargaan medali yang dapat dibuka membuat game ini memiliki nilai lebih untuk dimainkan berulang kali. Terlebih pada mode co-op yang cukup seru dan menegangkan untuk dimainkan bersama teman. Lama waktu perolehan medali tersebut tergolong singkat. Sayangnya setelah mengoleksi 100% semua trophy, gamer tidak menemukan alasan untuk memainkan game ini kembali, kecuali untuk pamer skor tertinggi dalam score board yang ada.

CONCLUSION


Game 2D penuh aksi yang menarik dengan banyak jurus akrobatik dan adegan sadis berhasil disajikan dalam permainan Shank 2 ini. Banyak item, karakter, & penghargaan rahasia yang dapat dibuka membuat game ini cukup menyenangkan untuk ditamatkan 100%. Namun ada beberapa kelemahan seperti latar musik yang terlalu datar serta sedikit penurunan framerate di beberapa area stage, dan lag setiap menyelesaikan level campaign membuat game ini sedikit terkesan dikembangkan secara asal-asalan untuk konsol. Mungkin kinerjanya akan lebih bagus jika dimainkan pada versi PC.

7 Overall Score
Storyline: 6/10
Gameplay: 8/10
Sound: 7/10
 
Gameplay seru penuh aksi dengan berbagai macam achievement yang dapat dikoleksi.
Latar musik yang datar dengan timing yang kurang pas.

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | free samples without surveys