Selasa, 27 Maret 2012

[spec] Dead Space 2



Minimum system Requirements
Operating System: Windows XP SP2/ Vista/ Win 7
Processor: Pentium 4 2.8 GHz or better, AMD Athlon64 3000+ or better
RAM: 1 GB (XP), 2 GB (Vista or Win7) or more
Graphics Card: 256 MB Video Card and Shader Model 3.0 required. NVIDIA GeForce 6800 or better (7300, 7600 GS, and 8500 are below minimum system requirements) ATI X1600 Pro or better (X1300, X1300 Pro and HD2400 are below minimum system requirements)
CD/DVD drive: 8x speed or faster
Hard Drive: At least 10 GB of free space
Direct 9.0c compatible sound card

[gameplay] Dead Space 2

jika ingin melihat gameplay nya, silahkan download video di bawah ini

GAMEPLAY

[review] Dead Space 2

Pernahkah anda memainkan game Dead Space ? jika iya, anda harus mencoba sekuel kedua, yang juga mengikuti jejak kesuksesan Dead Space pertama. Bagi yang belum tahu, Dead Space merupakan sebuah game survival horor dengan pandangan orang ketiga yang menantang pemain untuk survive dari teror menakutkan atas alien atau yang disebut Necromorph yang telah menginvansi pesawat antariksa Isihmura. Nah, bagaimanakah perkembangan pada sekuel keduanya ? yuk kita simak review dibawah ini.


Story
Cerita pada sekuel ini berseting 3 tahun setelah ending game pertama (Isaac Clarke berhasil lolos dari pesawat antariksa Ishimura dan dia pingsan dalam Pod penyelamat). Saat Isaac terbangun, dia sudah berada disebuah rumah sakit kota metropolis Sprawl di planet Titan dan belum sempat untuk memulihkan ingatannya, sudah terjadi kekacauan besar, dimana Necromorph menyerbu seluruh penghuni rumah sakit. Dan pada saat itu juga, kita kembali memerankan Isaac Clarke untuk berusaha meloloskan diri dari serangan Necromorph tanpa dibekali senjata. Good job untuk awal permainan yang sangat mengejutkan dan sudah membuat adrenalin pemain merinding dan terus berlanjut disepanjang permainan.

Disamping itu juga, adegan dalam permainan yang dikemas dalam style film Hollywood terlihat keren dan bikin takut. Seperti saat kita menelusuri lorong dan melihat seorang prajurit di ujung lorong yang ditarik oleh Necromorph ke atas langit lorong, kemudian terdengar suara siksaan dan jeritan hingga akhirnya potongan tubuh prajurit yang sudah tidak utuh lagi dijatuhkan tepat dihadapan kita. Hal ini cukup membuat kita takut untuk melangkahkan kaki ke ruang berikutnya yang kita tidak tahu akan ada apa disana lagi.

Gameplay
Dalam game ini kita dapat memilih 5 tingkat kesulitan permainan, yakni kasual, normal, survivalist, zealot, hingga Hardcore mode yang akan terbuka jika kita telah berhasil menyelesaikan game ini. Pada Hardcore mode akan menantang pemain untuk merasakan ketakutan yang luar biasa, dengan menghadirkan Necromorph yang jauh lebih lincah dan kuat, suplai amunisi senjata yang sangat terbatas, dan save permainan yang hanya diberikan sebanyak 3 kali saja. Tertantang untuk mencoba ?


Dengan masih mempertahankan style gameplay seperti game terdahulunya. Dimana kita diharuskan bergerak dari satu point ke point berikutnya sambil berusaha mempertahankan hidup dari serangan brutal Necromorph disepanjang permainan yang juga dihiasi teror horor yang dapat membuat adrenalin pemain meningkat. Dan ini berhasil menciptakan ketakutan dan keasikan tersendiri bagi pemainnya. Misalnya saat kita melewati mayat Necromorph yang tergeletak tidak berdaya dan secara tiba-tiba Necromorph tersebut bangkit dan menerkam kita. Sungguh membuat jantung saya hampir meloncat dan kemunculan alien yang mendadak seperti ini bakal kita temui disepanjang permainan tanpa kita duga sama sekali.

Pada sekuel kedua, kita masih akan berhadapan dengan beberapa Necromorph dari sekuel pertama dan tentu saja bakal ada Necromorph baru yang jauh lebih ganas, diantaranya ada mutant anak kecil yang datang bergerombolan dan akan mengerumuni kamu, musuh ini cukup mudah dimatikan tapi jumlahnya sangat banyak dan lincah. Kemudian ada juga jenis Necromorph yang bergerilya dalam menyerang kita. Mereka akan bersembunyi dan disaat kita lengah, mereka akan menerkam kita dengan ganas.


Kita juga akan menemukan beberapa jenis senjata baru disamping dari senjata lama yang terdapat pada game pertama. Kemudian kita juga dapat meningkatkan kekuatan senjata yang kita miliki pada Bench dengan menukarkan Power Node yang kita kumpulkan disepanjang permainan, misalnya meningkatkan kekuatan serangan senjata Contact Beam untuk menciptakan serangan area disekitar kita. Atau kita dapat fokus untuk meningkatkan kemampuan armor rig karakter dan juga modul stasis. Salahsatu fitur baru yang terdapat pada sekuel ini dalam menghabisi Necromorph dalam jumlah banyak adalah meledakan jendela yang terdapat pada ruangan tertentu untuk membuat gerombolan Necromorph terhisap keluar angkasa. Hal ini cukup mengasikan dan kita harus sigap untuk menembak switch penutupnya atau kita sendiri yang ikut jadi korban.


Kita juga dapat mengunakan gadget kinesis yang terpasang pada tangan kirinya yang dapat berfungsi untuk mengangkat benda atau objek dan melemparkannya, sehingga gadget ini dapat dijadikan sebagai senjata. Seperti contoh mengangkat tiang besi dan menancapkannya pada Necromorph sehingga mayatnya mengantung di dinding. Cukup mengasikan saat menombakin mereka ke dinding. Kemudian kita juga dapat mempergunakannya untuk menyelesaikan beberapa puzzle disepanjang permainan. Disamping itu, kita juga dapat mengunakan modul Stasis untuk memperlambat gerakan Necromorph agar memudahkan kita untuk menembaknya dan kita juga dapat mempergunakannya dalam menyelesaikan beberapa puzzle yang kita temukan, seperti memperlambat pintu sehingga kita dapat melewatinya. 

Kali ini selain dapat melacak lokasi objektif. kini locator juga dapat melacak posisi Save Station, Store, dan Bench terdekat yang garisnya akan dibedakan dengan beberapa warna untuk mempermudah kita mencari tempat tujuan, seperti lokasi objektif dengan garis berwarna biru, Store dengan garis berwarna kuning, dan Save Station dengan garis berwarna hijau.


Graphic
Pada sekuel kedua ini tidak terlihat peningkatan yang cukup drastis dalam hal grafis. Texture, efek pencahayaan dan bayangan memang terlihat lebih dinamis dibandingkan sekuel pertama serta animasi karakter terlihat lebih mantap. Disamping dari kemewahan grafis yang disebutkan diatas, game ini juga tidak luput dari beberapa kekurangan kecil, tapi hal itu tidak mengurangi penilaian bagus untuk grafis game ini.

Untuk aspek sound dalam game ini mengalami peningkatan dengan tokoh utama game ini yang sudah dapat bersuara dan melakukan percakapan dengan beberapa karakter lain. Suara akting saat ketakutan terekspresikan dengan bagus dan efek suara latar juga menambah kesan horor yang lebih mendalam, seperti saat kita sedang menelusuri ruangan yang sepi kemudian mendadak muncul suara keras dari monitor yang hidup, suara air mengalir mendadak, atau hembusan gas dari pipa yang bocor terdengar dengan sangat baik dan sungguh membuat kaget saat bermain sendirian didalam kamar pada malam hari.

Overall
Sekuel kedua dari Visceral berhasil menciptakan atmosfir menyeramkan disepanjang permainan. Bahkan lebih menyeramkan dari sekuel pertama dan game Resident Evil yang horornya terkesan sangat jarang. Saya berpendapat game ini patut mendapatkan predikat game berjenis survival horor terbaik.

Dead Space 2
Developer : Visceral
Publisher : Electronic Arts
Genre : Survival Horor
Platform : PC, Xbox360, Playstation 3.
Release Date : 15 Februari 2011 

Score
Story  80
Gameplay  85
Sound  80
Overall  90 

sumber : http://www.beritateknologi.com/dead-space-2-teror-menakutkan-kembali-berlanjut/

Kamis, 22 Maret 2012

[spec] Kingdom of Amalur : Reckoning


The Reckoning fully endorse the PC, 38 Studios and Electronic Arts now revealed the minimum and the recommended system specifications that the platform needs to fulfill in order to run the new game.
The exact system requirements are posted below, and You can check out the full minimum and recommended system requirements for the game below.


Minimum System Requirements
Operating System: Windows 7 SP1 / Windows XP SP3 / Windows Vista SP2
CPU: 2.2GHz Intel Core 2 Duo or 2.6GHz AMD Athlon 64 X2 5000+ Processor
RAM: 1 GB RAM for Windows XP / 2 GB Windows Vista and Windows 7 Hard Disk Space: 10.5 GB
Graphics Card: NVIDIA GeForce 8800 / 512MB RAM or better (with Pixel Shader 3.0 support), 1280×720 minimum supported resolution
Sound: DirectX 9.0c compatible
DirectX: DirectX 9.0c

Recommended System Requirements
Operating System: Windows 7 SP1 / XP SP3 / Vista SP2
CPU: 2.4GHz Intel Core 2 Quad or 2.6GHz AMD Phenom X4 Processor
RAM: 3 GB RAM for Windows XP / 4 GB Windows Vista and Windows 7 Hard Disk Space: 10.5 GB
Graphics Card: NVIDIA GeForce GTX550Ti / 1GB RAM or better (with Pixel Shader 3.0 support), 1280×720 minimum supported resolution
Sound: DirectX 9.0c compatible
DirectX: DirectX 9.0c

[gameplay] Kingdom of Amalur : Reckoning

jika Anda ingin melihat gameplay nya, silahkan download video di bawah :

GAMEPLAY

[review] Kingdom of Amalur : Reckoning


Memasuki pasar dunia RPG dengan sebuah seri terbaru memang bukan perkara yang mudah, baik bagi developer Barat maupun Jepang. Masing-masing dunia yang telah terpolarisasi ini memiliki keunikan dan kekuatan tersendiri yang menjadi sebuah standar pengembangan. Ditambah lagi beberapa judul raksasa yang menguasai dan mendominasi setiap dunia ini, bukan sesuatu yang mudah untuk ditakhlukkan. Di RPG Jepang, kita memiliki game sekelas Final Fantasy, Zelda, Suikoden, dan Star Ocean yang sudah menguasai pasar sejak industri game mulai berkembang menjadi industri hiburan mainstream. Di dunia RPG Barat, kita akan bertemu dengan Diablo, Dragon Age, World of Warcraft, dan tidak terkecuali – Skyrim yang fenomenal.

Berusaha melakukan penetrasi yang mumpuni untuk pasar seketat ini dengan sebuah judul baru tidaklah sederhana. Game tersebut harus menghadirkan keunikan yang tidak dimiliki franchise-franchise besar yang sudah ada untuk mampu menarik perhatian gamer. Hal inilah yang tampaknya berusaha dihadirkan oleh Big Huge Games dan Electronic Arts lewat Kingdom of Amalur: Reckoning. Action-RPG yang satu ini memang menjadi salah satu game yang cukup diantisipasi di tahun 2012 ini setelah beberapa trailernya yang tampil memesona. Bahkan ia diperbandingkan dalam level yang sama dengan game RPG fenomenal – Elder Scrolls V: Skyrim karena beberapa kesamaan elemen yang ditawarkan. Bagaimana tidak, Amalur sendiri lahir dari tangan dingin – Ken Rolston yang juga bertanggung jawab atas seri Elder Scrolls di masa lalu. Namun jika Anda meniliknya lebih jauh, Amalur bukanlah sekedar sebuah “Skyrim-wannabe”, ia lebih daripada itu.

Anda yang sempat membaca preview kami tentu sudah mulai memahami dan memiliki sedikit gambaran tentang apa yang ditawarkan oleh game yang satu ini. Walaupun tidak unggul di segi grafis, luasnya dunia dan mekanisme action-RPG nya yang begitu dekat dengan genre hack and slash menjadi identitas utama. Anehnya, walaupun hadir sebagai sebuah seri baru, Kingdom of Amalur: Reckoning akan memunculkan perasaan familiar bagi Anda yang menggemari game RPG Barat.

Plot

Reinkarnasi Anda menjadi awal segalanya
Selamat datang di Faelands, satu bagian kecil dari Kingdoms of Amalur yang memuat beragam jenis ras Elf di dalamnya. Di dunia penuh keajaiban ini, takdir untuk semua makhluk hidup sudah ditentukan sejak mereka lahir dan tidak pernah sekalipun berubah. Hanya mereka yang disebut sebagai Fateweaver yang diberikan keistimewaan untuk melihat semua takdir ini dan memastikan semuanya berjalan sesuai dengan garis yang sudah ditetapkan. Namun kehadiran karakter Anda mengubah bagaimana cara Faelands bekerja, mematahkan apa yang sudah menjadi basis kepercayaan penduduk Faelands selama ini.

Anda akan disuguhi dengan sebuah kejadian yang cukup mengejutkan sejak awal permainan. Karakter yang Anda gunakan, untuk sebuah alasan yang misterius, bangkit kembali dari kematian. Reinkarnasi ini membawanya pada kehidupan yang baru, tanpa ingatan dan kemampuan apapun. Berbeda dengan makhluk hidup lainnya di Faelands, reinkarnasi yang terjadi pada karakter utama Anda membawanya kepada jalan hidup tanpa takdir, sehingga ia tidak dapat diprediksikan. Para Fateweaver memanggilnya sebagai “The Fateless One”, dia yang tidak memiliki takdir. Kehadiran karakter utama mengancam eksistensi Gadflow – Fae ambisius yang sedang mengobarkan perang besar untuk menguasai Faelands di bawah nama dewa baru – Tirnoch.

Gadflow yang bengis
Takdir seperti apakah yang akan menanti The Fateless One ini?
Walaupun Fateweaver sudah memprediksikan takdir Faelands yang akan bertekuk lutut di bawahnya, namun kehadiran The Fateless One membawa sebuah harapan baru. Mampukah ia mengubah takdir yang selama ini sudah digariskan? Menyelamatkan Faelands dari tangan Gadlow? Mengapa ia mampu bereinkarnasi setelah mati? Apa alasan dibalik kehidupannya kembali? Inilah jawaban yang harus Anda temukan dari Amalur.

Action-RPG atau Hack and Slash?

Seperti game-game RPG Barat pada umumnya, Anda bisa memilih setidaknya tiga basis job untuk karakter yang Anda pilih – Warriors, Rogue, dan Mage dengan spesialisasi skill dan cabang job yang lebih tinggi di masa depan. Kita akan membicarkan ini di sesi nanti. Terlepas dari Job apapunn yang Anda gunakan di game ini, Anda akan mendapatkan mekanisme gameplay action-RPG yang lebih terasa sebagai sebuah game hack and slash. Warriors, Rogue, maupun Mage masing-masing akan dibekali tiga macam serangan yang bisa dieksekusi: Primary Weapon, Secondary Weapon, dan Skill. Seperti halnya game hack and slash, penekanan tombol secara repetitif akan menghasilkan kombo-kombo serangan yang mematikan. Beberapa serangan khusus juga dapat dieksekusi dengan memanfaatkan ritme pada penekanan tombol. Mengikuti tipikal sebuah game RPG, damage yang dihasilkan akan direpresentasikan dengan angka yang muncul di kepala setiap musuh.

Seperti memainkan game hack and slash, Anda bisa menghasilkan combo dari penekenan tombol aksi secara berulang-ulang
Reckoning Mode - picu untuk melambatkan waktu, menghasilkan damage ekstra, dan melipatgandakan exp yang didapatkan
Mage seringkali diidentikkan sebagai karakter yang membutuhkan Mana Points untuk setiap serangannya, namun Amalur menyediakan mekanisme yang berbeda. Kesan hack and slash terpancar kuat lewat hadirnya beragam equipment seperti Staff yang mampu menghasilkan serangan elemental lewat combo dan tidak membutuhkan penggunaan Mana sama sekali. Tidak hanya itu saja, Amalur juga menyediakan tombol aksi untuk melakukan block serangan secara real-time dan manuver untuk menghindari serangan frontal secara langsung. Tidak cukup? Anda Reckoning Mode yang melambatkan waktu secara ekstrim dan memberikan kesempatan untuk melipatgandakan experience points.  Anda akan merasakan kesan hack and slash yang lebih kental daripada sebuah game action – RPG.

Segunung Side-Quest di Faelands yang Super Luas

Faelands merupakan satu dunia yang luas. Butuh berpuluh-puluh jam unutk menjelajahnya secara penuh
Apa yang membuat Kingdom of Amalur sering disandingkan dengan game fenomenal – Elder Scrolls? Selain lahir dari satu otak yang sama, Amalur menghadirkan satu elemen yang selama ini hanya mampu ditawarkan oleh franchise dari Bethesda seperti Fallout dan Elder Scrolls – dunia yang super luas. Faelands menawarkan ratusan tempat yang bisa disinggahi oleh sang karakter utama, dari kota hingga dungeon rahasia yang terbagi atas empat region besar. Anda benar-benar harus mengeksplorasi dari ujung ke ujung luasnya dunia Faelands untuk menemukan setiap tempat ini. Beberapa dihadirkan lewat quest utama dan banyak yang datang dari segunung side-quest yang ada. Untungnya, ada mekanisme fast travel untuk memudahkan Anda bergerak dari satu ke tempat lainnya.

Salah satu pesona paling utama dari Amalur adalah jumlah sidequest yang bisa memastikan puluhan jam permainan, di luar main story yang jauh lebih pendek dari itu. Lewat map yang ada, Anda dapat dengan mudah mencari lokasi pemberi quest dan objektif yang harus dicapai untuk melengkapi setiap quest tersebut, dari memburu monster tertentu, mencari item, hingga melengkapi aksesoris khusus. Fitur seperti ini tentu lebih memudahkan Anda untuk menyelesaikan setiap side quest yang ada. Reward seperti apa yang akan Anda dapatkan? Selain experience points, Anda juga akan mendapatkan varian equipment yang akan memegang peran yang krusial.

Ratusan kota dan dungeon bisa Anda jelajahi
Semua sub-quest dan task ini akan membuat Anda terus sibuk tanpa ada kesempatan untuk beristirahat sejenak
Namun ada satu kelemahan yang cukup terasa di Amalur. Walaupun ia menyediakan ratusan tempat yang dapat dijelajahi, Amalur tidak mampu memunculkan sensasi akan kebutuhan untuk melakukan eksplorasi ke setiap tempat ini. Memang sulit untuk tidak membandingkan game ini dengan Skyrim. Setiap gamer yang pernah memainkan Skyrim tentu merasa bahwa setiap dungeon yang ia temukan, secara random maupun sengaja, entah mengapa selalu memunculkan rasa untuk butuh dijelajahi. Setiap dari dungeon ini datang dengan misteri dan probabilitas tantangan yang memicu rasa penasaran. Lantas bagaimana dengan Amalur? Big Huge Games mendesain luasnya dunia Faelands dengan cara yang berbeda. Jumlah daerah yang bisa dieksplorasi berbanding lurus dengan jumlah quest yang bisa diambil, sehingga menghilangkan sensasi ini. Anda akan merasa “Untuk apa mengeksplorasi sebuah daerah jika Anda harus kembali suatu saat ke tempat yang sama untuk sebuah side quest yang pasti ada di masa depan”.

It’s All About Finding Powerful Equipment

Equipment akan menjadi elemen yang paling esensial untuk memenangkan pertempuran
Ada banyak cara yang dilakukan oleh para developer untuk menentukan arah utama pengembangan karakter dari sebuah game RPG. Cara yang paling umum adalah dengan menjadikan sistem leveling up sebagai faktor yang paling utama untuk menentukan seberapa kuat karakter Anda. Semakin tinggi sebuah level, semakin kuat pula karakter Anda. Di beberapa game RPG yang lain, sistem ini datang dari variasi skill yang ditawarkan. Seberapa efektif Anda menguasai dan mengeksekusi setiap darinya dengan efektif. Namun tidak sedikit pula yang menjadikan keunikan dan variasi equipment sebagai hal yang paling krusial, seperti Diablo dan Borderlands. Amalur mengadopsi sistem yang terakhir ini.

Anda tidak bisa mengandalkan tingkat level sebagai acuan yang pasti tentang kekuatan karakter Anda yang sebenarnya di Amalur. Karakter Anda akan terbangun secara otomatis setiap kali level mereka naik, tanpa mekanisme distribusi poin pada atribut selain skill. Oleh karena itu, Anda hanya bisa mengandalkan kekuatan pada equipment yang Anda dapatkan. Semakin langka senjata yang Anda dapatkan, semakin ia dapat diandalkan. Keunikan senjata terlihat dari warna nama senjata yang didapatkan dan status serta efek tambahan yang ditambahkan di dalamnya. Senjata yang mampu memunculkan status effect seperti Poison dan Bleeding akan sangat berpengaruh pada job khusus seperti Rogue, dan status elemental akan sangat penting bagi Mage.

Compare..compare..
Status effect seperti Poison dan Bleeding akan sangat membantu Rogue
Anda tentu membutuhkan motivasi yang tepat untuk memiliki konsistensi semangat yang terus membara ketika menjalankan ratusan side-quest yang disediakan. Di Amalur, alasan yang paling utama adalah kesempatan untuk mendapatkan rare equipment sebagai reward dari side-quest yang ada. Ketertarikan dan kebutuhan inilah yang akan menjadi magnet yang paling kuat. Perlu diingat, equipment Anda juga dapat rusak dan membutuhkan perbaikan secara berkala supaya maksimal.

Destinies – Sistem Job yang Dinamis

Fokus pada satu Job dan Anda akan bisa membuka Job yang lebih tinggi lagi
Memilih Job di awal permainan bukanlah akhir dari sistem kelas di Kingdoms of Amalur: Reckoning. Berbeda dengan sistem serupa di game kebanyakan, sistem Job yang diadaptasikan pada karakter utama Anda juga bisa bertumbuh dan berkembang secara dinamis. Tiga karakteristik utama (Might, Fitnesse, Sorcery) yang menjadi dasar Job yang Anda miliki juga akan menjadi penentu dari perkembangan Job Anda di masa depan. Semakin berfokus Anda pada aspek yang Anda butuhkan, maka Job Anda juga akan berkembang ke arah yang lebih tinggi. Apa keuntungannya? Job yang Anda pilih akan memberikan keuntungan tertentu secara statistik, dari status effect hingga kekuatan serangan yang ditambahkan. Anda juga bisa melakukan mix and match job yang ada untuk menghasilkan kombinasi yang lebih baik.

Ciptakan Semuanya Sendiri

Anda bisa membangun apa saja di Amalur..
Daripada sekedar mencari equipment dari sub-quest atau mengumpulkan uang dalam jumlah yang cukup sebelum dapat membeli item atau perlengkapan tertentu dari toko, Anda punya kebebasan untuk menciptakan segala sesuatunya sendiri dengan item dan komponen yang Anda dapatkan. Amalur memberikan kesempatan untuk melakukan semuanya, dari menciptakan equipment, item, hingga gem yang Anda butuhkan. Anda punya pilihan untuk memilih jalur “produksi” yang menurut Anda paling nyaman.

Meramu Yang Terbaik Tidak Berarti Sempurna

Kingdoms of Amalur: Reckoning boleh dikatakan meramu beragam sistem terbaik yang pernah dilahirkan di dunia RPG dan mengadaptasikannya dalam satu kesatuan game. Dunia yang luas, sistem job yang terhitung kompleks, side quest yang luar biasa banyak, sistem equipment, dan mekanisme job yang ada akan membuat Anda merasa familiar, walaupun Amalur adalah sebuah game baru.  Anda seperti menyaksikan sebuah game yang merupakan perpaduan dan percampuran kasar antara Skyrim, Dragon Age, Fable, World of Warcraft, dan Diablo ke dalam satu kesatuan. Big Huge Games seperti mengambil esensi terbaik dari semua game ini dan menjadikan Amalur sebagai produk representasinya. Apakah langkah ini lantas menjamin sebuah kualitas yang tidak terpisahkan? Sayangnya tidak!

Walaupun sudah menggabungkan banyak elemen terbaik dari game-game RPG Barat, Amalur masih terasa "kosong"
Menghadirkan monster sebesar ini pun tidak lantas membuatnya terasa epik
Walaupun Amalur bisa dipandang sebagai sebuah game action RPG yang terbilang padat dan berkualitas, namun ia masih belum mampu menghadirkan sensasi dan pengalaman yang sama yang mampu ditawarkan oleh franchise besar game RPG Barat yang lain. Mengapa? Karena pada dasarnya, Anda butuh dari sekedar mekanisme gameplay untuk menjadikan segala sesuatunya terasa lebih sempuna. Dukungan sound effect, theme song, dan visualisasi yang ditawarkan Amalur justru menjadi bumerang yang melemahkan sensasi yang ia hadirkan. Walaupun game ini sudah memuat semua hal yang terbaik, ia masih tidak mampu menghadirkan sensasi epicness yang dibutuhkan dari sebuah game RPG. Seandainya saja mereka juga menambahkan lebih banyak variasi monster dari berbagai ukuran.

Kesimpulan

Amalur tetap menjadi sebuah game yang menarik untuk dimainkan
Di balik semua “kompleksitas” yang terkesan darinya, Kingdoms of Amalur: Reckoning pada dasarnya adalah sebuah game yang tergolong sederhana, untuk dinikmati maupun dikuasai. Sistem gameplay battlenya yang lebih dekat dengan hack and slash memberikan sensasi yang berbeda. Spesialisasi yang jelas antar tiap job dan kelas juga memberikan banyak alternatif gaya bermain bagi Anda yang ingin menikmati game ini secara maksimal. Butuh puluhan jam permainan dan komitmen yang tinggi untuk dapat menjelajahi Faelands hingga sudut-sudut yang paling dalam. Namun sayangnya, walaupun sudah menempuh alternatif untuk meramu semua aspek terbaik dari game-game RPG terbesar di industri game, Amalur ternyata masih belum mampu menawarkan sensasi yang sama. Kekurangan elemen yang lain seperti theme song dan desain monster yang ada membuat game ini tidak mampu menawarkan sensasi yang epik.

Apa yang paling mengecewakan dari Amalur?  Sistem kamera yang fixed pada battle akan membuat Anda kesulitan melihat situasi di sekitar, termasuk posisi musuh yang sedang dilawan. Pada beberapa kondisi, Anda akan dibuat frustrasi karenanya. Kesalahan terbesar yang lain mungkin ada di pihak gamer yang menginginkan sebuah game kompleks yang sebanding dengan Skyrim. Namun pada kenyataannya, Amalur hanyalah game yang “terlihat” kompleks, namun sesungguhnya sangat sederhana. Tidak ada kebebasan yang absolut, tidak ada pilihan yang berpengaruh secara signifikan pada jalan cerita utama, dan sistem yang tidak terlalu sulit untuk dikuasai membuat game ini berada di posisi pertengahan. Luar biasa? Tidak, tetapi tetap menjadi alternatif game yang menarik untuk dimainkan.

Jika Anda termasuk gamer yang mencintai RPG Barat, maka Kingdoms of Amalur: Reckoning menjadi sebuah game yang patut untuk dijajal. Waktu permainan yang mencapai puluhan jam akan cukup menyibukkan Anda sembari menunggu game yang Anda inginkan.

Kelebihan

Areal yang begitu luas untuk dijelajahi
  • Dunia yang Luas
  • Sidequest dalam Jumlah yang Luar Biasa
  • Sistem Job yang Dinamis
  • Hack and Slash “Action RPG” yang fun
  • Waktu Gameplay yang Lama

Kelemahan


Walaupun terlihat kompleks, sebenarnya skill yang ada butuhkan hanya beberapa. Persuasion dan Detect Hidden Skill adalah yang terutama. Kebebasan yang ditawarkan = "semu" karena bergantung pada kebutuhan
  • Kebebasan yang “Semu”
  • Kurang Epik
  • Visualisasi yang Tidak Sempurna
  • Bug di Beberapa Tempat
  • Desain Monster yang Begitu Terbatas
  • Sistem Kamera
Cocok untuk Gamer: yang menyukai game RPG Barat, yang senang terlibat dalam sub-quest yang banyak
Tidak cocok untuk Gamer: yang memilih game ini karena berharap ia akan sama dengan Skyrim
 
sumber : http://jagatplay.com/2012/02/xbox/review-kingdom-of-amalur-reckoning-meramu-semua-elemen-rpg-terbaik/

Kamis, 08 Maret 2012

[gameplay] Deus Ex : Human Revolution

Jika ingin melihat gameplay nya, silahkan download video di bawah :

GAMEPLAY

[spec] Deus Ex : Human Revolution


Square Enix has just revealed a massive batch of details about the PC version of the Deus Ex Human Revolution, including minimum and recommended hardware requirements. For those who don’t want to purchase it in order to know how well their PCs can run it, check out the system requirements below.


Minimum System Requirements:
Operating System: Windows XP, Windows Vista or Windows 7 with DirectX 9.0c
CPU: 2 GHz dual core processor
RAM: 1 GB RAM (Windows XP) / 2 GB (Windows Vista and Windows 7)
Video Card: NVIDIA GeForce 8000 series or ATI Radeon HD 2000 series or better
Hard Disk: 8.5 GB

Recommended System Requirements:
Operating System: Windows 7
CPU: AMD Phenom II X4 or Intel Core 2 Quad processor or better
RAM: 2 GB
Video Card: AMD Radeon HD 5850
HDD: 8.5 GB

[review] Deus Ex :Human Revolution


Tidak dapat dipungkiri, kebebasan memang salah satu aspek yang paling diperjuangkan manusia dunia saat ini. Berbagai pergolakan dan perjuangan dilakukan untuk dapat mengecap “candu” hak asasi ini. Di dunia nyata, kebebasan memiliki asosiasi yang kuat dengan kemampuan untuk mengekspresikan diri secara utuh. Di dunia game, kebebasan memiliki arti dan konsekuensi yang lebih sederhana. Anda bisa menyimpulkannya dalam satu kalimat sederhana: semakin bebas sebuah game dihadirkan, ia pun semakin menantang.

Di antara jajaran game yang mampu menawarkan sensasi seperti ini, Deus EX merupakan salah satu yang paling menonjol. Game yang awalnya lahir untuk PC ini memang sudah diadaptasi untuk konsol, antara lain XBOX generasi pertama dan Playstation 3. Berbagai pujian mengalir karena konsep gameplay-nya yang menawan. Pengalaman variatif mungkin dirasakan oleh para gamer karena kebebasan yang dihadirkan memang bukan sekadar isapan jempol belaka. Di Deus EX, Anda harus menjelma menjadi karakter Anda, tidak hanya sekadar memainkannya.

Setelah bertahun-tahun sejak rilis pertamanya, kini franchise ini berusaha dihidupkan kembali oleh Eidos Montreal dalam sebuah bentuk baru. Dengan bantuan dari perusahaan Jepang yang sedang dirundung masa sulit, Square Enix, game ini dibentuk dengan konsep yang tidak jauh berbeda untuk mesin gaming utama saat ini. Deus Ex: Human Revolution pun dilahirkan. Harus diakui, visualisasi yang dihadirkan memang menawan, bahkan untuk konsol. Anda yang pernah menyimak preview kami sebelumnya pasti mendapatkan gambaran yang cukup jelas akan itu. Namun, tentu saja kualitas sebuah game tidak dapat ditentukan hanya dari kualitas grafisnya saja. Bagaimanakah performa Deus EX secara keseluruhan? Apakah ia pantas menyita waktu hidup Anda?

Sebuah peringatan awal untuk gamer yang selama ini mungkin bermanja-manja dengan berbagai fasilitas “bantuan” yang dhadirkan sebuah game, Anda mungkin harus menghindari Deus EX: Human Revolution ini. Game ini bukan untuk gamer manja!

Plot

Sarif Industries, awal dari segalanya
Di tahun 2027, di mana masa depan mulai menghadirkan kemajuan teknologi yang revolusioner, tubuh manusia berkembang menjadi “eksploitasi” utama. Sarif Industries merupakan perusahaan yang memelopori teknologi rakyasa ini. Perusahaan raksasa global ini berani mengklaim bahwa mereka berhasil menemukan cara untuk mempercepat evolusi manusia, membuat manusia mampu menampilkan kemampuan fisik dan kecerdasan yang jauh lebih baik dalam waktu singkat. Semuanya dapat dicapai dengan proses bernama Augmentations, yakni merekayasa tubuh manusia dengan teknologi. Sebuah proses yang masih berada dalam tahap perdebatan etika “pantas – tidak pantas” oleh dunia di saat itu.

Anda berperan sebagai Adam Jensen, seorang kepala keamanan yang bertanggung jawab atas keselamatan proyek yang dikerjakan oleh Sarif Industries. Tidak hanya memperjuangkan augmentations, Sarif Industries juga terlibat dalam beberapa proyek senjata milik pemerintah yang dirahasiakan. Oleh karena itu, tidak heran jika perusahaan ini menjadi incaran banyak pihak. Adam Jensen otomatis memainkan peran yang penting. Ia harus menemukan berbagai ancaman yang mungkin lahir dan menetralisirnya. Semuanya berjalan baik hingga mimpi buruk itu datang.

Adam Jensen, dalam kondisi terburuknya.
Sarif Industries yang tinggal selangkah lagi mencapai persetujuan senjata dengan pemerintah tiba-tiba mendapatkan sebuah serangan mendadak. Adam Jensen yang bertugas untuk mempertahankan perusahaan menemukan musuh yang sepadan. Dalam pertarungan yang sengit, Jensen terluka parah dan jatuh dalam keadaan kritis. Sang musuh misterius pergi meninggalkan Sarif Industries sembari membawa “kargo” yang berharga tanpa perlawanan. Meninggalkan Jensen yang berada di ujung hidupnya.

Tidak mau kehilangan salah satu asetnya yang paling berharga, Sarif Industries memilih sebuah opsi ekstrem untuk menyelamatkan nyawa Jensen: augmentations. Jensen “dilahirkan kembali” dengan berbagai kemampuan yang jauh lebih baik berkat komponen mesin yang ditanamkan di dalam tubuhnya. Kemampuan yang ia butuhkan untuk menyelidiki siapa yang bertanggung jawab atas serangan yang hampir membunuh dirinya dan Sarif Industries. Usaha investigasi Jensen pun dimulai, mencari jejak-jejak mengelilingi dunia, mencari sebanyak mungkin informasi, dan mencari akar di balik sebuah konspirasi besar. Siapakah yang bertanggung jawab? Anda harus mencari tahunya sendiri.

Game First Person Shooter?

Sudut pandang orang pertama tidak lantas membuat game ini jadi FPS.
Memang agak sedikit sulit untuk menentukan tipikal genre yang dihadirkan oleh Deus EX: Human Revolution ini. Menyebutnya sebagai sebuah game First Person Shooter juga tidak lantas menggambarkan keseluruhan permainan. Mengapa? Game ini memang menggunakan sudut pandang orang pertama, namun konsep “shooter” tidaklah terlalu kental. Lagipula, di beberapa pilihan aksi, Anda akan diberikan kemudahan dan mendapatkan sudut pandang third person shooter, untuk mendapatkan sudut kamera yang lebih baik. So, genre apa yang sebenarnya diusung oleh game ini?

Jika melihat elemen yang dihadirkan di dalamnya, Anda akan menemukan bahwa Deus EX: Human Revolution sebenarnya adalah sebuah game Action – RPG. Benar sekali, terlepas dari caranya dipresentasikan, Deus EX adalah sebuah game RPG. Mengapa? Kita tidak hanya membicarakan elemen dasar RPG, seperti skill, experience, item dan sebagainya yang ada di game ini. Inti dari sebuah game “role-playing” adalah Anda dituntut untuk berperan sebagai karakter tertentu. Di DEHR (Deus Ex: Human Revolution), hal tersebut benar-benar mendapatkan peran yang signifikan. Kebebasan yang dihadirkan semakin memperkuat hal tersebut.

Pilih Gaya Bermainmu Sendiri!

Franchise Deus EX memang terkenal karena kebebasan yang ia usung. Para gamer diberikan kebebasan untuk menentukan sendiri gaya permainannya untuk menyelesaikan setiap misi yang ada. Di DEHR, untungnya, juga tidak jauh berbeda. Anda memang diberikan misi tertentu untuk diselesaikan, namun cara untuk mencapainya benar-benar diserahkan kembali kepada Anda. Anda bebas untuk melakukan apa saja dan menggunakan cara apa pun untuk mencapainya. Find the style that suits you best!

Walaupun demikian, kita bisa menyimpulkan kurang lebih ada empat jenis gaya permainan yang bisa Anda pilih. Masing-masing tentu dengan tingkat kesulitan dan tantangannya sendiri.

Serangan penuh, tanpa ragu.
Assault-Frontal. Memilih bermain menyerang secara terbuka layaknya sebuah game FPS konvensional tidak lantas membuat game ini terasa lebih mudah. Membidik dan menembak musuh apa pun yang di depan mata memang terdengar lebih menyenangkan, namun Anda jangan pernah meragukan AI yang dihadirkan Square Enix di game ini, apalagi ketika mereka berada dalam kondisi waspada. Mereka dapat bersembunyi dan melemparkan granat ketika dibutuhkan, menembak dengan akurat sehingga membuat gaya permainan tetap taktis. Seperti di dunia nyata, Anda bisa tewas hanya dalam beberapa tembakan beruntun saja (jika belum di-upgrade dengan skill).  Jadi, Anda butuh lebih dari sekadar keberanian untuk memilih gaya permainan ini.

Stealth butuh kesabaran.
Stealth. Sesuai dengan namanya, gaya permainan ini tentu membuat Anda mengendalikan Jensen dengan gaya permainan yang lebih strategis. Mengalahkan dan menjatuhkan setiap musuh dalam keadaan diam-diam memang akan membuat situasi jauh lebih aman untuk Jensen, namun membutuhkan pengorbanan waktu. Anda membutuhkan waktu yang lebih lama untuk memetakan gerak musuh dan mencari timing yang tepat untuk melakukan setiap gerakan ini. Ingat, Anda juga harus menyembunyikan tubuh korban untuk menghilangkan jejak. Jensen sendiri memiliki dua gerakan take down untuk stealth. Non-lethal hanya untuk membuat musuh pingsan atau tertidur, meminimalisasi suara yang mungkin ditimbulkan untuk memancing musuh lain. Lethal? Bukankah musuh yang ingin membunuh Anda harus mati?

Hacking untuk gaya permainan yang jauh berbeda.
Hacking. Gaya permainan ini mungkin sangat jauh berbeda dibandingkan dua gaya sebelumnya. Intinya, Anda tidak perlu mengotori tangan Jensen untuk menjatuhkan setiap musuh yang ada. Jika Anda berfokus ke hacking, setiap peralatan elektronik yang ada akan menjadi teman setia yang sangat dibutuhkan. Dari sekadar mencari informasi, mematikan sistem pengaman, hingga menggunakan peralatan elektronik musuh untuk berbalik menyerang. Semuanya dapat dilakukan jika Anda memilih gaya permainan ini.
 
Menyusup juga butuh perencanaan yang matang.

Pastikan keadaan aman sebelum bergerak.
Infiltrate. Pernahkah Anda melihat sebuah film action yang jagoannya menyelesaikan misi tanpa melakukan hal lain apa pun? Di DEHR, Anda juga bisa melakukan hal ini. Membawa gaya permainan stealth lebih jauh, Anda juga bisa memilih untuk melakukan inflitrasi terhadap daerah misi. Inflitrasi berarti membawa Jensen melewati setiap rintangan yang ada tanpa perlu berinteraksi dengan apa pun. Anda hanya perlu bersembunyi dari satu tempat ke tempat lain, terus bergerak hingga mencapai tujuan dari misi. Lebih cepat daripada stealth, tetapi membutuhkan proses mapping di otak yang cemerlang. Bagaimana mungkin Anda ingin menyusup jika berjalan saja masih sesat?

Anda tentu saja tidak harus terpaku untuk memilih hanya salah satu dari empat gaya bermain ini. Anda tetap punya kebebasan untuk menghadirkan gaya bermain yang lebih bervariasi, menggabungkannya, dan menggunakan gaya bermain yang menurut Anda cocok untuk setiap situasi tertentu. Tentu saja, hal ini akan menimbulkan konsekuensi buruk di skill yang kurang terkonsentrasi. Semua yang dikerjakan setengah-setengah, sulit berakhir dengan baik.

Skill dan Item Sangat Menentukan

Sistem Skill yang kompleks
Sebagai sebuah game Action RPG yang mumpuni, DEHR pasti menghadirkan beragam elemen standar RPG. Namun, kali ini, elemen seperti skill dan item yang sering kali menjadi “penggembira” untuk sebuah game RPG mendapatkan definisi yang baru di dalam DEHR. Tidak seperti RPG lain yang membutuhkan skill dan item hanya untuk memperkuat karakter, di DEHR, skill dan item benar-benar menjadi penentu gaya bermain: yang bisa atau tidak bisa Anda lakukan.

Bagi mereka yang bermain Stealth, kemampuan menghilang adalah skill yang wajib diambil.
Setiap jumlah experience yang cukup, Anda akan mendapatkan satu poin atribut yang dapat digunakan untuk memperkuat atau membuka skill baru. Sesuai dengan gaya bermain yang dapat dipilih, skill juga didesain berdasarkan kategori yang sama. Ada pohon skill yang dibuat untuk memperkuat hacking, defense dan daya serang, kemampuan stealth, hingga kemampuan untuk berjalan tanpa suara dan melompat lebih tinggi untuk infiltrasi. Jadi, Anda perlu menganalisis terlebih dahulu kebutuhan Jensen yang Anda mainkan sebelum memilih skill ini. Jangan sampai Anda justru memilih skill yang salah dan membuat permainan kian sulit.

Familiar dengan sistem ini?
Selain Skill, Item juga memainkan peranan yang tak kalah penting. Masih ingatkah Anda dengan sistem “box” ala Resident Evil yang membuat kapasitas item terbatas? DEHR tampaknya mengadopsi sistem yang tidak jauh berbeda. Dengan limitasi tempat ini, Anda harus dengan bijak memilih item-item yang dibutuhkan. Untuk apa membawa begitu banyak peluru ketika Anda lebih mengutamakan sisi stealth? Harus diingat juga, bukan berarti stealth tidak membutuhkan senjata-senjata tertentu untuk digunakan. Anda juga bisa mengombinasikan beberapa item untuk mendapatkan sebuah item yang lebih kuat, sebagian besar untuk senjata.

Gali Informasi, Pilih Dialog Jensen

Anda akan dihadapkan ke beberapa opsi saat melakukan dialog.
Kebebasan untuk memilih dialog ketika berbicara dengan NPC memang bukan lagi hal baru di industri game, apalagi dunia RPG. Hal yang serupa sudah dilakukan developer seperti Bioware untuk franchise game mereka: Mass Effect dan Dragon Age. Fitur ini juga tampaknya berkembang menjadi sebuah tren yang sulit untuk dbendung, khususnya untuk game yang menjadikan “kebebasan” sebagai nilai jual utama. DEHR juga mengadopsi sistem yang sama.

Salah bicara dan wanita ini akan mati..
Di segmen permainan tertentu, Jensen dituntut untuk menggali informasi yang lebih mendalam melalui sebuah proses interogasi terhadap NPC. Anda akan dituntut untuk memilih satu dari beragam kategori respon yang sudah disederhanakan. Memilih respon yang tepat akan memunculkan informasi yang lebih dalam, membuat Jensen mendapatkan gambaran yang lebih lengkap akan kasus yang sedang ia selidiki. Tidak itu saja, extra experience points juga akan Anda dapatkan jika berhasil melakukannya. Bahkan dalam beberapa kasus, pilihan ini akan menentukan hidup-mati seseorang.

Bukan untuk Gamer Manja!

Kota superluas yang harus dijelajahi.
Judul artikel di atas mungkin terasa sebagai sebuah ancaman atau mungkin insult bagi sebagian besar gamer. Namun, ini adalah sebuah peringatan yang jujur. Kompleksitas yang dihadirkan di dalam Deus Ex: Human Revolution memang tidak didesain untuk gamer yang selama ini dimanjakan dengan berbagai kemudahan fitur di dalam video game. Kebebasan yang dihadirkan benar-benar menuntut Anda untuk berpikir sendiri, mencari cara, menggali informasi dan mengeksekusi aksi berdasarkan solusi yang Anda temukan sendiri. Tidak ada bantuan atau clue yang berharga yang disediakan oleh pihak Square Enix.

Salah satu contoh yang paling nyata adalah ketika Anda diharuskan untuk mengeksplorasi kota tertentu dan menyelesaikan misi-misi di dalamnya. Semua misi yang Anda pilih memang menghadirkan indikator untuk memicu misi, namun tanpa arah dan petunjuk untuk mencapainya. Bukanlah sesuatu yang aneh jika Anda berputar-putar cukup lama di dalam satu kota sebelum akhirnya menemukan tempat yang dimaksud. Apa yang terjadi ketika Anda menemukan tempat misi tersebut? Sering kali, tempat tersebut tidak dapat diakses karena sesuatu hal sehingga Anda butuh berpikir kembali dan menemukan cara sendiri untuk menyelesaikannya. Anda yang selama ini dimanjakan dengan berbagai kemudahan yang ditawarkan oleh game kebanyakan saat ini dipaksa untuk mencurahkan energi secara maksimal. Menyenangkan? Sangat! Berpotensi untuk menghasilkan frustrasi? Pasti!

Kesimpulan

Awesome!!!
Square Enix mungkin sedang mengalami masalah yang pelik, membuat posisinya semakin diragukan di dalam kancah persaingan industri game. Namun, kerja samanya dengan Eidos Montreal untuk membangkitkan kembali Deus EX dalam sebuah “dunia baru” memang harus diacungi dua jempol. Konsep permainan khas Deus EX yang selama ini menjadi nilai jual utamanya tetap dipertahankan, bahkan diperkuat dengan berbagai elemen yang jauh lebih kompleks. Sebagai sebuah game yang mengusung nama “role-playing”, Deus EX benar-benar membawa Anda untuk berperan sebagai seorang Adam Jensen. Anda adalah Adam Jensen!

Kebebasan yang diusung di dalam game ini benar-benar bukan isapan jempol belaka. Setiap misi dapat diselesaikan dengan cara-cara yang variatif, kembali ke pilihan utama Anda. Apakah Anda ingin menyerang secara terbuka, bersembunyi, meretas, atau hanya sekadar menyusup saja. Sebuah gameplay yang menawan dalam balutan taktis. Skill dan item didesain untuk memperkuat gaya bermain Anda, tidak sekadar menjadi penggembira belaka. DEHR membuat Anda harus berpikir matang sebelum menentukan satu langkah, apa pun itu.

Namun harus diakui, kompleksitas yang dihadirkan memang tidak akan cocok untuk gamer yang belum pernah memainkan game seperti ini sebelumnya. Kebebasan bisa menjadi musuh yang justru membuat frustrasi, apalagi Square Enix tidak memberikan bantuan clue atau trail tertentu untuk mempermudah misi Anda. Otak Anda dipaksa untuk bekerja lebih keras dan cepat. Inilah adalah kualitas game yang semakin langka!

Jadi, apakah Deus EX: Human Revolutions pantas untuk dimainkan? Saya bahkan mewajibkannnya jika Anda merupakan gamer yang mencintai kompleksitas seperti ini. Review ini bahkan tidak cukup panjang untuk menggambarkan pengalaman yang mungkin Anda dapatkan. Jadi, saran saya: Anda harus memainkan game ini. MUST PLAY!

Kelebihan:

Kebebasan mungkin jadi nilai jual paling menarik!
  • Konsep kebebasan yang diusung.
  • Gaya permainan yang ditentukan gamer.
  • Kompleksitas elemen permainan.
  • Visualisasi yang epik.
  • Plot menarik.
  • Replayability yang tinggi.
  • Easter Eggs yang cukup banyak.

Kelemahan:

No reward tak masalah, replayability-nya masih tinggi.
  • Tidak ada reward berharga setelah ending.
Cocok untuk Gamer: Hardcore, yang mencari sensasi gaming yang berbeda.
Tidak Cocok untuk Gamer: manja, casual, mencintai gameplay sederhana.

Play me, or DIE!

 sumber : http://www.jagatreview.com/2011/09/review-deus-ex-%E2%80%93-human-revolution-bukan-untuk-gamer-manja/

Rabu, 07 Maret 2012

[spec] Red Orchestra 2: Heroes of Stalingrad


Red Orchestra 2: Heroes of Stalingrad is a multiplayer WWII shooter on the PC,developed and published by Tripwire Interactive. For more details on whether Heroes of Stalingrad PC Game is compatible with your system, consult the system requirements:


Minimum System Requirements
Operating System: Windows XP/Vista/7
CPU: Dual Core 2.3 GHz processor or better
RAM: 2 GB
Video Card: 256 MB SM 3.0 DX9 NVIDIA GeForce 7800 GTX or better ATI Radeon HD 2900 GT or better
Sound: Windows Supported Sound Card
DirectX 9.0c
Hard Drive: 8 GB free hard drive space
Broadband Internet Connection required

Recommended System Requirements
Operating System: Windows XP/Vista/7
CPU: Quad Core 2.6 GHz Processor or better
RAM: 3 GB
Video Card: 512 MB SM 3.0 DX9 NVIDIA GeForce GTX 260 or better ATI Radeon HD 5750 or better
Sound: Sound Blaster Audigy or better
DirectX 9.0c
Hard Drive: 8 GB free hard drive space
Broadband Internet Connection required

[gameplay] Red Orchestra 2 : Heroes Of Stalingrad

Jika ingin melihat gameplay nya, silahkan download video di bawah :

GAMEPLAY


[review] Red Orchestra 2: Heroes of Stalingrad

 



PROLOG
Game 1st person shooter jaman World War II, Red Orchestra Ostfront 41-45 (2006) atau seri yang pertama, hanya dikenal oleh sebagian penggemar game shooter saja di masa kini. Dikarenakan, tipe Red ORchestar yang lebih condong ke arah realistik shooter dan lebih fokus ke mode MUltiplayer online (MP OL). Jika bicara soal game realistik shooter, gamer mungkin lebih mengenal seri ARMA namun game shooter tersebut bersetting jaman modern. Namun, sang pengembang Tripwire tidak menyerah dan terus membuat sekualnya yang kini telah dirilis, yakni Red Orchestra 2 Heroes of Stalingrad.


Mereka telah membuat banyak perubahan gameplay, namun genrenya tetap mengarah ke realistik 1st person shooter dan khusus untuk pc game saja, settingnya pun masih di masa WW II. Dan di Red Orchestra 2 ini, mode Single Player Offline-nya juga telah dikembangkan lebih lanjut oleh Tripwire agar gamer bisa merasakan latihan perang yang sesungguhnya, sebelum terjun langsung ke medan perang dalam mode MP OL-nya.



STORYLINE
Kisah cerita game Red Orchestra 2 ini lebih fokus pada pertempuran di front timur Eropa, antara pasukan Jerman melawan pasukan Uni Soviet. Sebagaimana cerita-cerita dalam game yang berbasis kompetisi ala MP OL, maka Gamer akan memerankan dengan bebas, salah seorang prajurit tanpa nama dari kedua belah pihak yang berseteru. Kali ini, cerita kampanye pada REd Orchestra mengisahkan perjuangan pasukan Jerman ketika berupaya menguasai kota Stalingrad, milik Uni Soviet, pada 1941-1942. Pihak Jerman terpaksa mengkhianati perjanjian damai yang telah ditandatangani sebelumnya dengan UNi Soviet, demi mendapatkan akses sumber daya minyak bumi yang berada di dekat kota Stalingrad. Sebab, pihak Sekutu dan Amrik telah memblokade jalur keluar masuk minyak bumi kepada Jerman pada awal-awal WW II.

Semula, pasukan Rusia yang diserang mendadak tak mampu menahan gerak laju pasukan Jerman menuju kota Stalingrad. Namun, gerak langkah pasukan Jerman mulai terhambat oleh perlawanan sengit pihak Rusia di KOta Stalingrad. PIhak Rusia berkepentingan untuk mencegah serangan Jerman masuk lebih jauh lagi ke wilayah negaranya, sedangkan Jerman sangat menginginkan akses sumber daya minyak milik Rusia untuk memenangkan perang melawan Inggris dan PRancis di Front Barat ERopa. Perang KOta antara pasukan Jerman dan Uni Soviet semakin brutal, kedua belah pihak menggunakan bayonet, senapan bolt, senapan mesin, SMG, pistol, granat, artileri, dan tank untuk saling menghabisi antara yang satu dengan yang lainnya. DEru pertempuran yang sengit, baik di jalanan kota maupun pertempuran di dalam gedung, bercampur dengan darah-darah yang berceceran serta teriakan kesakitan, terus menggema di sepanjang cerita Red Orchestra 2.

Desain cerita dalam Red Orchestra 2 ini berupa pembacaan narasi berdasarkan pengakuan/kesaksian dari beberapa pelaku di lapangan pertempuran, dan para pelaku tersebut tidak kelihatan batang hidungnya satupun melainkan hanya suara-suaranya saja yang terdengar. Terlepas apakah kesaksian-kesaksian tersebut merupakan hal fiksi/non fiksi, tapi kenyataan dilapangan pada 1941-1942 itu, memang pihak Jerman sempat dibuat kerepotan oleh pertahanan Rusia yang sangat tangguh di KOta Stalingrad tersebut. PIhak Rusia mengorbankan begitu banyak tentaranya demi mencegah gerakan pasukan Jerman masuk ke jantung UNi Soviet di Kota Moscow, sedangkan disaat yang sama kehebatan pasukan Jerman ketika menaklukkan sebagian besar wilayah Eropa Barat (tidak termasuk wilayah INggris) dan Eropa Tengah, terasa tumpul begitu melawan tentara Rusia. Jumlah korban yang jatuh di pihak Jerman tidak sedikit akibat menginvasi wilayah Rusia itu.

Keputusan Hitler untuk menyerang Stalin melalui perang di front timur tersebut, telah memaksanya untuk memfokuskan kekuatan militernya dari Front Barat ke Timur, demi mengalahkan pihak Rusia secara lebih cepat. Perang melawan Uni SOviet itu, di kemudian hari akan lebih dikenal sebagai salah satu awal jatuhnya kedigdayaan mesin militer Jerman dalam WW II. Invasi Jerman ke tanah Rusia, telah membangkitkan semangat heroisme dan nasionalisme yang tinggi di kalangan rakyat Rusia. Semua pihak, tua muda, cewek cowok Rusia, saling bersatu padu sekuat tenaga untuk mengusir Jerman dari wilayah Rusia dengan segala cara, demi memperjuangkan kebebasan dari penjajahan Jerman itu.

Ketika penulis menikmati game ini jadi terasa mendengarkan sebuah sejarah lisan dari para pelaku lapangan dalam pertempuran di Stalingrad, baik dari pihak Jerman maupun pihak Soviet. Yang jelas, gamer akan bisa merasakan salah satu perang terkejam dalam sejarah WW II, tentu dalam skala yang lebih kecil, perang kota di Stalingrad.

 

GAMEPLAY
Ketika memainkan game ini, penulis serasa memainkan Battlefield 1942 (BF 1942) dan Brother in Arms 3 (BIA 3) yang di campur menjadi satu game, dibumbui dengan unsur realisme ala Hidden and Dangerous 2 (HD 2). Mengapa bisa begitu?? Saat berada di menu utama, gamer bisa memilih mau menamatkan mode kampanye cerita sebagai bahan ujicoba sebelum terjun langsung ke mode MP OL, atau sebaliknya, semua terserah gamer. Namun, review kali ini lebih fokus ke single player saja, sebab mode MP OL nya tak bisa dimainkan jika tak memakai dvd resmi... ehehehe. OK, di mode kampanye cerita, gamer harus menamatkan kampanye cerita Axis (bukan nama provider jaringan GSM, tapi pihak Jerman) terlebih dahulu sebelum bisa memainkan kampanye cerita Allies (bukana kaum alay, melainkan pihak Soviet). Di situ ada peta level yang berisi sesi latihan, kemudian setelah usai akan masuk ke bab cerita yang totalnya ada delapan buah.

Jika bermain di kampanye Axis, maka sudah tentu gamer hanya berperan sebagai salah satu tentara Jerman, dan jika memainkan kampanye Allies, pastinya gamer akan berperan sebagai tentara Rusia saja. Di setiap kampanye cerita, gamer tidak akan berperang sendirian tapi akan bertempur secara bersama-sama dengan para AI team yang bertugas dan bergerak secara acak serta otomatis, untuk menjalankan berbagai obyektif misi yang ada, sesuai skenario cerita. Seperti yang ada di berbagai kampanye cerita pada seri Battlefield 1942 (BF 1942). Namun, AI team/musuh di game ini berjumlah tak sebanyak dan tak sebodoh seperti AI-AI yang ada di BF 1942 itu. Dan agak berbeda pula dengan alur cerita Red Orchestra 2 yang semi linier, misalnya ada beberapa bab cerita yang berisi objektif misi yang menyuruh gamer harus mempertahankan beberapa wilayah tertentu untuk sekian menit, jika gagal dalam bertahan di satu peta level tersebut, gamer tetap bisa melanjutkan ke bab cerita berikutnya.

Semua kegagalan ataupun keberhasilan dalam menamatkan objektif misi itu, sama sekali tidak mempengaruhi alur cerita pada ending game ini. Maka gameplay di Red Orchestra 2 ini lebih bersifat close ended gameplay, meskipun ukuran peta-peta levelnya terlihat lumayan luas dan besar, namun gamer harus mampu menamatkan beberapa obyektif misi dengan segala cara pada satu peta level, secara berurutan sesuai skenario cerita yang ada, tidak boleh tidak. Obyektif misi itu pada dasarnya ialah merebut/mempertahankan berbagai posisi strategis dan jika sudah berhasil diduduki, maka butuh sekian menit dan semakin banyak pihak AI team yang bertahan hidup dan berdatangan, maka posisi strategis itu akan bisa semakin cepat dikuasai oleh gamer. Dan akan terjadi hal yang sebaliknya.

Bagi gamer yang terbiasa memainkan Call Of Duty 2 ataupun World at War (COD 5), maka begitu memainkan game ini akan terasa beda sekali. Perbedaan yang akan sangat kelihatan jelas ialah sistem HUD pada Red Orchestra 2 yang serba minimalis. Di game ini, hanya muncul HUD peta mini yang ada di sebelah pojok kanan bawah dan tidak ada crosshair sama sekali di game ini. HUD lainnya, baru akan muncul jika gamer menekan tombol (hold, bukan toggle) HUD, yang hanya memperlihatkan berupa bagian tubuh mana dari gamer yang tertembak, jumlah kekuatan pihak lawan dan kawan yang masih tersisa, objektif misi ada disebelah mana, serta jumlah kotak peluru yang tersedia, bukan jumlah amunisi yang ada sebagaiaman game-game fps arcade shooter lainnya.




Setiap kali masuk ke dalam suatu peta level, secara default, gamer hanya membawa satu senjata utama, satu senjata kedua, dan granat/bahan peledak lainnya. Tapi, gamer masih bisa membawa, maximal yakni dua senjata utama (senapan biasa, smg, senapan mesin), dua senjata kedua (berbagai tipe pistol), dan granat. Beberapa senjata tambahan itu bisa gamer pungut di jalanan, biasanya terdapat dari mayat-mayat yang berjatuhan di setiap peta level yang ada. Red Orchestra 2 ini sekali lagi ialah game realistik shooter. Setiap senjata yang ada, mampu menampilkan akurasi dan recoil yang hampir sama persis dengan senjata asli dalam dunia nyata, era WW II. Jarak target yang berada dalam jarak jangkauan dekat, menengah, dan jauh, sangat mempengaruhi bagaimana posisi gamer untuk membidiknya. Di setiap senjata, ada namanya pisir, alat untuk membidik musuh dalam jarak apapun jika gamer menekan tombol toggle, klik kanan pada tikus.

Pisir ini sangat berguna jika gamer menggunakan senapan sniper, karena jarak target yang semakin jauh maka pisirnya musti disesuaikan untuk menembak pada karak yang jauh itu. Jarak jauh itu bisa diatas 100 meter. Semisalnya, gamer berperan sebagai tentara Jerman di kampanye Axis, dan bertugas untuk merebut sebuah gereja tua di pinggiran kota Stalingrad. Setting perang menjadi pertempuran jarak dekat (di bawah 25 m), dan ketika berhasil menguasai gereja, maka gamer mendapat misi secara otomatis untuk merebut balai kota milik Rusia yang berada jauh dari Gereja pertama itu. Diantara kedua bangunan tersebut terhampar reruntuhan perumahan yang sudah banyak hangus terbakar, sifat pertempuran berubah dari jarak dekat ke jarak menengah (25-100 m), karena beberapa prajurit Rusia mulai muncul dan bersembunyi di beberapa titik di bangunan-bangunan rumah itu.

Tapi, sebagian lainnya, bersembunyi jauh di bangunan kedua dan bersenjatakan senapan sniper, maka sebagian pertempuran pun juga berubah menjadi jarak jauh dan jika berhasil memasuki balai kota. Jadi sifat pertempuran bisa berubah-ubah tergantung, sejauh mana gamer dan para AI team lainnya mampu mendekati balai kota tersebut. Lalu bagaimana jika mau menembak musuh tapi takada crosshair sama sekali?? Gamer masih bisa membidik musuh dengan melakukan toggle aiming untuk bisa lebih akurat membunuh musuh dan memang itu yang sangat direkomendasikan oleh Red Orchestar 2 bagi gamer jika mau bertahan hidup sampai akhir, dalam pertempuran yang brutal di Stalingrad ini. Gamer harus bisa membiasakan diri untuk tidak menembak musuh dengan gaya menembak dari arah pinggang, seperti di seri COD 5 dan sejenisnya. Gaya menembak musuh dari arah pinggang hanya cocok untuk pertempuran jarak dekat dan menggunakan senapan semi otomatis/senapan mesin/smg.

Sebagian para AI team/musuh juga akan melakukan hal yang sama jika ada target yang berada dalam jarak dekat. Bahkan jika jarak target terlalu dekat, maka baik AI team/musuh akan menggunakan bayonet/popor senjata untuk menghabisi pihak lainnya. Selain itu, jika mau menembak target yang berada dalam jarak menengah/jauh, barulah mereka akan membidik musuh melalui pisir senjata, entah itu pistolnya, smg-nya, dan atau senapannya. Sistem friendly fire pun berfungsi penuh, dan tergantung dari tingkat kesulitan yang akan gamer pilih. Maka jika gamer memilih satu dari empat tingkat kesulitan yang ada, yakni recruit (easy), frontline (medium), battle (hard), dan heroes (very hard), semakin tinggi tingkat kesulitannya maka gamer akan semakin mudah membunuh teman sendiri daripada jika bermain di mode sulit easy. Hal yang sama juga berlaku pada AI musuh.



Di game ini, ada beberapa kelas prajurit, ada rifleman (senapan biasa), elite rifleman (senapan semi otomatis), assault (senapan serbu/smg), engineer (smg+bahan peledak), machine gunner (senapan mesin), marksman (senapan sniper), anti tank (senapan anti tank), squad leader (smg), dan commander (teropong, hanya berfungsi penuh di mode MP OL). Senjata-senjata yang ada ialah khas dari Jerman dan Soviet era WW II, yakni KAR 98, MP 40, MKB 42 (STG 44), G41, MG 34, Mosin Nagan, PPSH 41, SVT 40, PTRS 1941, dst. Khusus tuk senapan mesin, hanya bia di tembakkan dengan lebih akurat jika memakai bipod dan diletakkan pas tiarap atau ketika membidik musuh dari atas pinggiran tembok.

Di Red Orchestra 2 juga ada sistem take cover, seperti yang ada di BIA 3, tapi pas berlindung di balik tembok, mode 1st person view tetap dipakai, tidak ada mode 3rd person view sama sekali di sini. Sambil berlindung, jika memungkinkan maka gamer akan bisa meloncati tempat perlindungan tersebut, jadi takkan ada namanya loncat-loncat secara bebas seperti di seri COD. Sistem health-nya juga tidak akan seperti di COD 5 dan semacamnya, melainkan jika tertembak di bagian yang tidak vital, maka HUD akan muncul sekilas untuk memperlihatkan bagian mana yang tertembak dan tandanya gamer harus segera memakai perban pada luka-luka yang ada dan sekian detik kemudian gamer akan kembali normal dan sembuh.

Dan ketika tertembak di bagian yang hampir vital, maka gamer tidak akan serta merta tewas tapi akan berlangsung secara perlahan-lahan, dari semual pandangan mata yang jernih lalu akan menjadi kabur secara pelan-pelan dan guna perban tiada lagi. Tapi, jika tertembak di posisi tubuh yang vital, maka gamer akan koit seketika itu juga dan akan respawn pada kelas-kelas prajurit yang tersisa secara acak. Di setiap peta level, setiap beberapa menit sekali akan ada bantuan tentara dari teman yang akan berguna untuk menambah kekuatan saat merebut beberapa obyektif misi yang ada. JIka semakin banyak AI Team yang jatuh berguguran, maka gamer harus mampu bertahan hidup pada sekian waktu yang telah ditentukan hingga AI Team bantuan akan datang. JIka gagal, maka siap-siap-lah untuk merestart checkpoint terakhir sebagai satu-satunya sistem save game yang ada di REd Orchestra 2 ini. PeRtempuran di game ini terasa lebih realistik dibandingkan game-game pc bertemakan WW II yang lainnya, jika ada AI team/musuh yang tertembak, ada kalanya mereka akan mengaduh kesakitan ataupun teriak-teriak minta tolong, dan tiada seorangpun yang akan menolongnya karena di game ini tidak ada kelas prajurit bagian kesehatan (medic).

Jadi, jika ada AI Team yang mengaduh kesakitan menjelang ajalnya tiba, gamer hanya bisa menyaksikannya saja tanpa bisa menolong sama sekali. Atau kadang-kadang, jika tertembak pun, baik AI team/musuh akan masih sempat berlari, berjalan, lalu mati terjatuh di tanah begitu saja, bagaikan manusia beneran yang sedang sekarat. Lalu, ketika gamer salah menembak dan ada friendly fire, maka AI team lainnya akan segera berteriak-teriak memperingatkan kepada gamer untuk tidak menembak lagi. Jika berada diposisi yang mengungkan, secara otomatis sebagian AI team/musuh akan mencari perlindungan dan akan menembak dari balik perlindungan, gamer pun bisa melakukan hal yang sama, bahkan gamer bisa melaukan blind fire dari balik tembok perlindungan. Selain itu, muncul fitur suppressing fire yang mengagumkan, jk gamer terus terdesak oleh serangan musuh ketika tak berlindung di balik tembok, maka pandangan mata gamer akan perlahan-lahan menjadi kabur, yang akan kembali pulih jika gamer cepat-cepat berlindung di balik tembok.




Tidak semua tembok bisa dijadikan tempat berlindung yang aman, jika bersembunyi di balik tembok kayu atau bahan-bahan tipis lainnya, maka peluru-peluru dari musuh akan mudah menembus tembok itu dan akan segera membunuh gamer. Jika ada granat yang dilemparkan ke musuh, maka tubuh musuh itu akan hancur dan serpihan tubuhnya akan berserakan di tempat kejadian perkara. Begitu pula jika ada serangan artileri dan tepat mengenai sasaran, maka bersiaplah untuk melihat serpihan tubuh mayat berceceran di jalanan. Para AI team itu bisa diperintahkan untuk menyerang/mempertahankan obyektif misi yang ada, tapi gak semua AI team itu akan mematuhi gamer, sebagian lainnya lebih suka mengikuti dan melindungi gamer secara otomatis. Sebagian lainnya suka bergerak otomatis tuk menjalakan obeyktif-obyektif misi yang ada. kualitas IQ AI musuh/team terbilang standar bagus, namun mereka tidak akan pernah melakukan serangan melalui granat peledak ataupun granat asap.

Di setiap peta level akan ada supply amunisi dan radio komunikasi mini, GUna supply amunisi ya untuk mengisi peluru secara otomasti bagi infanteri maupun kavaleri (tank). Dan guna Radio, bisa dimanfaatkan oleh siapapun, tanpa kecuali untuk meminta bantuan tembakan artileri ataupun misi recon oleh pesawat terbang. Penggunaan radio itu akan dijelaskan melalui salah satu sesi latihan di kampanye cerita Axis. Di game ini hanya ada dua kendaraan saja yang bisa dikendarai oleh gamer, yakni tank T-34 (Soviet) dan Panser IV (Jerman). Gamer bisa bebas memerankan salah satu dari empat posisi di T-34 dan lima posisi di Panzer IV, yakni driver, MG gunner 1, MG gunner 2, Tank Gunner, dan Komandan. Khusus, di T-34, entah mengapa mekis game ini sudah memakai update ke-3, tetap saja hany ada tiga posisi yang tersedia, sisanya takbisa dimainkan sama sekali di mode SP offline.

Di tank ini juga takada crosshair, tapi dibagian tank gunner dan komandan, akan diberikan teropong khusus (seperti model teropong untuk senapan sniper) untuk membidik target. Pengendaraan tank ini terbilang mudah, semudah jika gamer terbiasa memainkan game seri ARMA. Sekali lagi, pengendaraan tank ini tiada mode 3rd person view hanya 1st person view sama sperti jika gamer menjadi pasukan infanteri. Dalam beberapa peta level kampanye cerita, ada yang khusus digunakan untuk perang antar tank saja, tapi adapula yang gabungan antara perang sesama infanteri dan tank dalam satu peta level. Ada kalanya, di peta level tersebut, gamer hanya bisa berperan sebagai anggota pasukan tank, ada kalanya gamer hanya bisa menjadi pasukan infanteri saja. Tergantung skenario cerita.

Suasana perang di Red Orchestra 2 terasa realistis dan bertempo agak lambat (jika memakai mode kesulitan hard), hanya mengandalkan HUD peta mini sebagai kompas, gamer harus sering-sering menunduk, berlindung di balik tembok ataupun tiarap, lalu sering-sering menembak dari balik tembok persembunyian, sambil mengintip ataupun memakai lean left/right untuk menembak target. Jika berlari, harus bisa memperkirakan, akan sejauh mana bisa berlari karena ada pembatasan stamina. Seringkali gamer akan tertembak/tewas tanpa pernah tahu siapa yang telah menembak, apakah pihak musuh atau dari teman sendiri. Yang jelas, gamer akan respawn menjadi kelas prajurit secara acak, sebab di mode SP offline, gamer tidak bisa memilih secara manual mau menjadi kelas prajurit yang mana dari para AI team yang tersisa. Kalau beruntung, sesudah respawn, gamer akan bisa mengambil kembali senjata-senjatanya sendiri yang tergeletak di tanah, di samping mayatnya itu sendiri, yang terbunuh sebelumnya.



SOUND
Setiap memainkan salah satu pihak dalam kampanye cerita, game ini akan mempersembahkan beberapa musik-musik yang khas dari negara masing-masing yang bernuansa menambah semangat perjuangan. Detail bagaimana cara menembak di setiap pertempuran di dalam game ini diperlihatkan sangat jelas, yakni semisal cara memasukkan peluru satu demi satu, memasang magazin peluru ataupun cara mengkokang peluru. Cara kokang peluru ini juga bisa dibuat secara otomatis ataupun manual, jika manual setiap kali sehabis menembak dengan senapan KAR98/mosin nagan/senapan sniper lainnya, maka gamer akan mengkokang peluru dan kemudian baru bisa menembak lagi. Dan karena tiada HUd detail jumlah amunisi yang tersisa, gamer hanya diberi tahu melalui sebuah text sederhana setiap memegang senjata, yakni apakah kotak pelurunya masih berisi penuh, setengah penuh, dan atau hampir kosong.

Selain itu, kedetailan bagaimana mengisi peluru/mengganti kotak peluru, juga terdengar sangat jelas bunyinya. Apalagi ketika gamer menembak setiap senjata yang digunakan, maka suaranya juga akan terdengar sangat nyaring dan bisa memekakkan telinga jika gamer bertempur didalam ruangan. Bukan hanya suara senjata para infanteri saja yang terdengar sangat detail, akan tetapi, suara mesin tank dan bagaimana prosedur memasang peluru ke dalam meriam utama tank, juga terdengar sangat jelas. Deru suara mesin yang berisik di dalam kabin ketika menjadi anggota kru tank, sehingga saat menjadi prajurit infanteri bisa mendengar suara tank dari kejauhan. Kalau gamer merasa berisik mendengar suara tank, saat berperang sebagai sopir tank ataupun jadi komandan tank, gamer bisa mengeluarkan sedikit posisi tubuh dari dalam tubuh tank, untuk melihat sekeliling suasana dengan lebih luas lagi daripada hanya ngumpet di dalam kabin tank saja.

Ada hal unik, ketika gamer berperan misalnya sebagai tentara Jerman, maka narasi cerita dan ucapan-ucapan para AI Team akan memakai bahasa Inggrid dengan logat Jerman, namun ketika bertempur maka para AI musuh hanya terdengar memakai bahasa Rusia saja. Begitu pula sebaliknya, jika gamer menjadi tentara Rusia, maka narasi dan para AI team akan berbahasa INggris dengan logat Rusia namun ketika bertempur maka para AI musuh hanya terdengar memakai bahasa Jerman saja. Benar-ebnar detail penggarapan suaranya itu.




GFX
Game ini masih menggunakan Dx9c denagn gfx Unreal Engine 3 (UE3) yang dipadukan dengan Phsyx Apex CPU, mirip dengan gfx engine HUnted Demon Forge. Penggambaran wajah karakter, seragam tentara, model setiap senjata yang ada, serta interior kabin tank2, semuanya terlihat detail texture yang tajam. Gerakan animasi terlihat mulus, contohnya terlihat pada ceceran potongan tubuh atau mayat-mayat yang berserakan di lantai. Namun LIngkungan sekitar, yakni kualitas interior/exterior bangunan serta wilayah sekitarnya terlihat dipoles secara lebih sederhana jika dibandingkan dengan detail para karakter dan tank serta senjata. Bahkan di beberapa peta level, sangat terlihat penggambaran detail texture tanah yang low resolusi, bahkan hanya terkesan tempelan gambar 2D semata. Jadi, gfx game ini campuran antara detail texture yang tinggi dengan yang rendah.

Sungguh mengherankan untuk sebuah game pc yang khusus dirilis ke PC, seharusnya pihak pengembang mampu memaximalkan gfx UE3 yang ada. Mungkin hal ini disebabkan oleh bujet pembuatan game ini yang tidak besar, melainkan terbatas, maklum bukan game populer semacam seri COD. Namun, terlepas dari kelemahan-kelemahan tersebut, sang pengembang tetap mampu mendesain setting kehancuran kota akibat perang dengan baik. Reruntuhan kota Stalingrad terlihat sangat kusam dan kumuh, kobaran api terlihat pada beberapa sudut kota di peta-peta level tertentu. Dan, beberapa peta level merupakan pengulangan dari kedua belah pihak yang berseteru, jadi akan ada banyak peta level yang sama, yang digunakan oleh Jerman maupun Soviet, dengan obyektif misi yang berbeda tentunya.



REPLAYBILITY
Sebenarnya, di mode SP offline sehabis gamer menamatkan semua kampanya cerita yang ada, gamer takkan bisa membuka berbagai item dan senjata-senjata menarik di REd Orchestra 2. Untuk bisa membuka semua item-item tersebut maka gamer musti rajin-rajin mengikuti mode MP OL nya. Sebab game ini memang memfokuskan ke mode MP OL sama sperti prekuelnya. Tetapi, tak seperti si Dice dalam BF 1942, pihak pengembang game ini tak melupakan mode SP offline begitu saja, namun mereka memolesnya menjadi lebih berharga untuk bisa dimainkan hingga tamat. Hitung-hitung, memainkan mode SP offline demi melatih reaksi dan sensitiftas gamer terhadap situasi dan kondisi, melawan para AI musuh, bersama-sama dengan AI team, yang sama-sama lumayan tak bodoh, dalam game fps shooter realistik ini. Genre game yang langka untuk di kalangan game bersetting-kan WW II.




EPILOGUE
Saat menjadi tentara Soviet, seringkali akan terdengar teriakan bersemangat, For Freedom dari para AI team lainnya. Menurut penulis, kebebasan yang diperjuangkan oleh warga Rusia selama WW II itu terasa tumpul usai perang berlangsung. Sebab, Stalin kemudian berkuasa secara mutlak dan menjadi diktaktor yang tak kalah kejamnya dengan Hitler dengan menindas siapapun tanpa pandang bulu bagi pihak-pihak yang dianggap menentang kekuasaannya di wilayah Uni Soviet, terutama terhadap warga Rusia itu sendiri. Well, sebelum WW II pecah pun, si Stalin sudah menjadi diktaktor yang bertangan besi, dan selama WW II berlangsung, ia meluapkan semangat nasionalisme warga Rusia melawan Jerman, salah satunya untuk menutupi berbagai sifat kediktaktorannya selama ia memerintah di Uni Soviet.

Usai WW II, sifat kediktaktoran Stalin semakin menjadi-jadi hingga akhir hayatnya, akibatnya selama pemerintahannya berkuasa, secara langsung dan tak langsung, jutaan warganya tewas terbunuh oleh tindakan polisi rahasia dan tentara Uni Soviet itu sendiri. Memang, di Red Orchestar 2 itu tidak diceritakan soal sepak terjang Stalin ataupun Hitler dalam berkuasa di negaranya masing-masing. Melainkan yang diperlihatkan hanyalah bagaimana kedua belah pihak saling mengerahkan seluruh kekuatan militernya yang ada, untuk bertempur secara mati-matian dalam memperebutkan ataupun mempertahankan kota Stalingrad. Pertempuran di kota tersebut-lah, sekali lagi, akan menjadi salah satu penyebab, awal runtuhnya negara Jerman dalam WW II.

Dan pengembang dari game ini, berhasil menggambarkan dengan mantap, sebagian kecil dari begitu banyak pertempuran besar yang terjadi di KOta Stalingrad itu. Padahal, perang di Stalingrad itu juga hanya sebagian kecil dari perang besar di wilayah timur Eropa, perang paling masif dan paling brutal dalam sejarah manusia, terutama pada era WW II. Melebihi kekejaman perang yang berlangdung di wilayah barat Eropa. Korban jiwa dari kedua belah pihak baik pihak sipil maupun militer, tercatat sebagai yang terbesar melebihi korban perang di front barat Eropa semasa WW II. Satu dari empat warga Soviet menjadi korban perang selama WW II berlangsung, entah menjadi korban luka-luka ataupun tewas. Tidak mengherankan jika kehebatan tentara Jerman menjadi lumpuh, sebab jumlah tentara Soviet dan sekutunya, berjumlah berkali-kali lipat lebih banyak daripada jumlah kekuatan tentara Jerman dkk.


============================================
Penilaian
============================================

Storyline----> 8
Bagaikan mendengar kisah sejarah Pertempuran di Stalingrad yang sesungguhnya

Gameplay-----> 8
Menegangkan dan sangat seru untuk membidik musuh

Sound--------> 9
Tembakan MG 34 sangat nyaring terdengar di telinga

Gfx-----> 7
Seragam tentara Jerman dan Soviet, terlihat sangat detail perbedaannya

Replayability----> 7
Hanya untuk melatih kecepatan reaksi gamer dalam menembak musuh tanpa crosshair.


Total Skor = 7,8


(+) :
- Detail pertempuran ala WW II yang sesungguhnya
- AI team dan musuh lumayan pintar
- Ada sistem suppressing fire yg mantap

(-) :
- buggy like hell
- auto checkpoint only
- gfx UE3 yang berat


sumber : http://www.gamexeon.com/forum/review/79657-red-orchestra-2-heroes-stalingrad-review.html 

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | free samples without surveys